Foto: DailyExpress

Enam setengah musim bermain di Manchester, Juan Mata kini sudah menjelma menjadi salah satu sosok senior dalam skuat Manchester United. Total 249 pertandingan ia lakoni dan telah memberikan kontribusi berupa 90 gol United (48 gol dan 42 asis). Catatan yang mungkin sudah menjadikannya sebagai legenda baru bagi para pendukung Setan Merah mengingat United kini menjadi klub terlama yang pernah ia perkuat sebagai pesepakbola.

Dibanding David de Gea dan Phil Jones, Mata mungkin kalah senior dibanding kedua pemain tersebut. Akan tetapi, Mata punya rekam jejak karier yang bisa dibilang cukup spesial. Dia menjadi satu-satunya pemain dalam skuat United yang tidak pernah dilatih oleh Ferguson namun selalu dipercaya oleh empat manajer setelahnya.

Hal ini menandakan betapa vitalnya sosok yang pernah bermain untuk Real Madrid ini baik di dalam maupun di luar lapangan. Dalam Podcast Manchester United, dia memiliki pandangan mengenai empat manajer yang semuanya memiliki tujuan serupa yaitu mengembalikan kejayaan klub.

David Moyes

Mantan manajer Everton ini adalah orang yang menyelamatkan karier Mata sekaligus yang membuka jalannya menjadi pemain Manchester United. Sayangnya, Moyes hanya empat bulan melatih Mata. Ia keburu dipecat setelah rangkaian hasil buruk yang dialami klub.

“Saya selalu merasa tidak enak ketika seorang manajer harus pergi, karena itu berarti Anda tidak melakukan pekerjaan yang benar, atau Anda tidak mendapatkan hasil. Bukan perasaan yang baik sehingga dia harus pergi, tapi tentu saya berterima kasih kepadanya.”

Saat itu, Mata sedikit memaksa Chelsea untuk menjualnya ke United. Ia penasaran untuk bisa bermain di klub yang sebelumnya menjadi juara bertahan Liga Inggris. Perekrutan yang super kilat tersebut membuatnya menjadi pemain termahal saat itu mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang Dimitar Berbatov.

“Yang paling saya ingat dari musim itu adalah pertandingan terakhia. Ryan Giggs menjadi manajer sementara, dan kami melakukan lap of honour sebagai ucapan terima kasih dan selamat tinggal sekaligus ucapan ‘sampai jumpa musim depan’.”

“Saya takut dengan kondisi United saat itu, karena kami berada di urutan tujuh. Posisi yang seharusnya tidak pernah ditempati oleh Manchester United. Saya merasa kalau tepuk tangan yang kami lakukan akan berdampak dengan dicemoohnya kami karena kami mengerti apa yang mereka rasakan. Saya datang dari Spanyol dan saya tahu bagaimana keadaan menjadi sulit ketika tim tidak bermain dengan baik,” kata Mata.

Ada perasaan malu dalam diri Mata karena dia diharapkan bisa mengubah nasib Setan Merah setelah didatangkan dari Chelsea. Meski begitu, apa yang dia takutkan tidak pernah terjadi. Sebaliknya, pendukung United masih membalas tepuk tangan mereka degan nyanyian dan dukungan.

“Saya malu, namun setelah setengah jalan, saya sadar kalau mereka juga tepuk tangan, terus bernyanyi, mendorong kami, serta mengatakan kalau hasil itu tidak masalah. ‘Musim depan’, ‘musim depan’, adalah kata yang mereka keluarkan. Saya merasa begitu luar biasa.”

“Jujur saja, sulit dipercaya kalau penggemar masih berada di belakang Anda. Anda baru saja berada di urutan ketujuh di liga bersama United, setelah menjadi juara liga dengan Sir Alex Ferguson. Mereka ternyata tidak kehilangan kesabaran dan berkata, ‘Teruslah, itu tidak jadi masalah’. Itu membuat saya sangat emosionnal karena saya tidak mengharapkan adanya hal itu,” katanya.

Louis van Gaal

Setelah menjalin kerja sama singkat dengan David Moyes, Mata mendapat manajer baru yaitu Louis van Gaal. Tidak bisa dipungkiri kalau masa-masa terbaik Mata sebagai pemain United muncul ketika dilatih oleh pria asal Belanda ini. Pada musim 2015/2016, Mata mencetak 10 gol dan 11 asis.

Ada ketakutan dalam diri Mata saat Van Gaal tiba. Ia takut kalau ia langsung dijual kembali mengingat Van Gaal terkenal berani untuk melepas pemain United meski mereka adalah pemain utma. Javier Hernandez, Nani, Rafael, dan Robin van Persie adalah korban-korban Van Gaal.

“Dia menakutkan! Dia pria yang baik, sangat tulus. Dia orang yang menggunakan pikirannya. Dia bisa menjadi emosional dan menangis ketika dia berbicara tentang hal-hal penting yang ia termukan baik di kehidupan maupun sepakbola. Dia bisa menjadi emosional.”

“Saya ingat pertemuan pertama yang kita semua lakukan dengannya. Kejadiannya di Los Angeles. Kami sedang pra-musim. Jadi manajer berkata ‘Saya ingin bertemu Anda satu-satu di ruangan setelah makan malam’. Saya kemudian mengikuti perintah tersebut.”

“Tibalah giliran saya. Saya masuk da nada Ryan Giggs, sebotol anggur merah, dan tiga gelas. Dia bertanya ‘apakah Anda ingin minum?’ Saya menjawab ‘tidak’, lalu dia mengambil gelas dan dia minum sambil berkata, “Katakan siapa kamu?”

“Saya menjawab, ‘nama saya Juan, 26 tahun, bermain sepakbola’. Lalu dia memotong dan berkata ‘Tidak, tidak. Katakan siapa kamu sebagai pria. Apa kamu punya keluarga? Apa yang menurut Anda penting dalam kehidupan,” kata Mata menirukan ucapan Van Gaal.

Raut muka Van Gaal memang kurang bersahabat, tapi Mata menegaskan kalau mantan pelatih AZ Alkmaar ini adalah orang yang baik jika kita juga membangun relasi yang dekat dengan dirinya. Itulah yang dilakukan Mata. Terbukti, penampilannya cukup bagus bersama Van Gaal meski hanya memberikan satu trofi kepada United.

“Saya ingat dia suka mengatur taktik untuk tim di atas kertas, dan dia selalu bertanya ‘Di mana kamu merasa paling cocok?’ Saya bilang ‘di sini’ dan dia berkata ‘tidak’. ‘Di sini?’ dia juga menjawab ‘Tidak’.”

“Jadi, selama pra-musim kami bermain dengan lima pemain belakang, dua pemain tengah, satu nomor 10, dan dia memainkan saya ke nomor 10 dan dia berkata, ‘Anda akan bermain di sini’ dan saya merasa senang. Sejak saat itu saya sadar kalau dia bisa terlihat menakutkan jika bertatapan dengan Anda. Namun setelah itu dia pria yang baik, hangat, dan tulus.”

“Dia sering memberi tahu kami untuk menemui penggemar dan memberi tanda tangan. Jangan langsung masuk mobil dan pergi. Dia juga pernah berkata kalau menerima surat dari seorang ibu yang berterima kasih karena para pemain mau menemui anaknya. Dia lebih dari seorang manajer dengan taktinya. Dia manusia hebat dan saya belajar banyak. Kami punya beberapa momen indah seperti kembali ke Liga Champions, dan menjuarai Piala FA yang sangat penting bagi dirinya.”

Sayangnya, trofi Piala FA tidak cukup. Hubungan petinggi United dengan Van Gaal sudah memburuk sejak Desember 2015 atau ketika mereka punya peluang untuk mendatangkan Jose Mourinho. Van Gaal akhirnya dipecat beberapa hari setelah memberikan trofi tersebut.

“Dia berpidato dan berterima kasih kepada kami karena memenangkan trofi dan betapa bahagianya dia. Saya tidak berpikir dia tahu apakah dia akan melanjutkan atau tidak di United, jadi itu bukan sebuah perpisahan yang tepat. Sebuah pidato yang emosional, dan setelah itu kami bertukar pesan. Sedih melihatnya pergi terutama ketika tahu betapa hebatnya sebagai seorang pria.”