foto: skysports.com

Kehidupan Jose Mourinho berubah drastis saat ia menangani Manchester United. Pundaknya barangkali baru pertama kali menanggung tekanan yang sebesar ini.

Tekanan barangkali baru terasa saat Mou menukangi Chelsea. Ia dipecat karena tidak mampu memberikan gelar Liga Champions. Padahal, ia telah mengubah Chelsea dari yang awalnya kesebelasan semenjana, menjadi yang disegani bukan cuma di Inggris, tapi juga di dunia.

Namun, tekanan itu tentu tak seberapa saat ia datang ke Manchester. Ia hadir saat semuanya berantakan; saat United dianggap sebagai kesebelasan yang tak punya kekuatan.

Kehadiran Mou tak memberikan dampak yang signifikan. Ia bahkan dicap tak lebih baik ketimbang dua manajer sebelumnya, David Moyes dan Louis van Gaal. Padahal, Mou hadir bagaikan sebuah ramalan yang dikehendaki Fergie akan membawakan kejayaan.

Tekanan besar itu terwujud di Manchester. Ia menukangi salah satu kesebelasan dengan pendukung terbanyak di dunia. Ia punya uang kas yang seolah tak terbatas. Namun, hidupnya masih saja tak tenang.

Mou, tinggal di lantai teratas di Hotel Lowry, yang jaraknya tepat di pusat kota Manchester. Namun, ia cuma tinggal sendirian karena keluarganya tetap tinggal di London.

Dalam wawancaranya dengan Sky Sports, Mou mengisyaratkan ketidaksenangannya dengan kondisi tersebut. Tinggal sendirian kala membesut kesebelasan merupakan pengalaman pertama dalam hidup Mou. Sejak datang ke Manchester pada Juli silam, ia tinggal terpisah dengan keluarganya.

Keputusan Mou untuk tinggal di hotel memang membuat orang mengerenyitkan dahi. Namun, bukannya Mou tidak punya uang untuk membeli rumah yang nyaman di Manchester, melainkan karena kesibukan kedua anaknya.

Saat ini, putrinya, Matilde, kuliah di London. Sementara itu, putranya, Jose Jr., telah menandatangani kontrak beasiswa dua tahun bersama Fulham yang juga berbasis di London. Mau tidak mau, istri Mou tetap tinggal di London untuk mengawasi kedua anaknya.

“Putriku akan berusia 20 tahun pekan depan, sementara putraku akan berusia 17 tahun beberapa bulan lagi. Mereka tengah dalam kehidupan yang stabil, kuliah di London, sepakbola di London, dan teman-teman,” jelas Mou kepada Sky Sports.

Mou menjelaskan bahwa keduanya berada dalam masa di mana mereka tak perlu lagi mengejar-ngejar dirinya. Keduanya telah tumbuh dewasa dan hidup mandiri.

Tinggal di Manchester pun nyatanya memberikan tekanan yang besar bagi Mou. Soalnya, wartawan selalu menungguinya setiap saat ia akan keluar dari hotel, baik itu sekadar untuk jalan-jalan atau mencari makan.

“Buatku, ini sedikit seperti bencana karena terkadang aku ingin jalan-jalan, tapi aku tak bisa. Aku hanya ingin menyebrangi jembatan dan makan di restoran. Tapi, aku tidak bisa dan itu amatlah buruk,” jelas Mou.

Beruntung teknologi membuat segalanya menjadi mudah. Teknologi membuat statistik pertandingan bisa diketahui secara real time dan dianalisis dengan cepat. Teknologi membuat jarak London-Manchester dipersingkat menjadi sepersekian milidetik; di mana kini begitu mudah bagi Mou untuk bertemu kedua anak dan istrinya lewat panggilan video.

Dan teknologi pula yang membuat dirinya tidak kelaparan karena takut dicegat wartawan di lobby hotel. “Aku punya aplikasi di mana aku bisa memesan makanan dan langsung dikirimkan,” terang Mou.