Ini adalah lanjutan dari wawancara eksklusif Manchester United dengan Jose Mourinho pasca dirinya menandatangani kontrak baru hingga 2020. Pada bagian ini, Jose menceritakan mengenai pengalamannya menjadi manajer klub-klub dunia serta gol favoritnya selama menangani Setan Merah.

Anda berbicara soal tekanan dan anda pernah beberapa kali berada di klub besar dunia, namun tekanannya bisa dibilang lebih kuat disini. Apakah anda menikmati tekanan itu?

Real Madrid, Inter, mereka semua adalah klub hebat dan saya juga belajar ketika masih di Benfica dan Porto. Bahkan Chelsea dengan Abramovich selalu membawa harapan besar, dan tekanan-tekanan seperti itu menjadi bagian dari hidup saya. Saya pikir jika saya bekerja di level yang berbeda maka tekanan itu akan hilang. Jadi saya sangat menikmati tekanan itu dan tidak ada masalah soal itu. Terkadang tidak adi bagi industri sekarang ini dimana kami tidak diberi kesempatan untuk melawan tekanan itu.

Menjadi manajer Manchester United sangat sulit. Saya bahkan harus menjelaskan kalau kedatangan Alexis murni dari kerja keras dewan klub. Namun, sulit bagi kita untuk memberikan pujian bagi mereka. Selalu saja ada kata ‘jika’ ketika kita memenangi pertandingan atau ketika seseorang tampil fantastis. Selalu saja ada hal negatif yang kita katakan. Tapi kenyataannya, industri surat kabar akan bermasalah tanpa berita Manchester United. Secara tidak langsung, tekanan sudah jadi bagian klub ini.

Bagian mana yang paling menyenangkan saat anda berkarir sebagai manajer?

Tantangannya adalah ketika saya menghadapi hal-hal déjà vu. Ketika saya ke Real Madrid pada 2010, klub ini dalam masa sulit. Selama delapan tahun tidak bisa ke perempat final liga Champions, jarang mendapat gelar liga ataupun piala. Pengalamannya sulit tapi menyenangkan. Klub besar selalu memberi harapan besar. Tapi, saat anda melakukannya dengan baik maka anda punya kesempatan untuk memenangkan piala dan membuat jutaan penggemar merasa bahagia.

Apa gol favorit anda selama di Manchester United? Tidak harus yang terpenting tapi yang benar-benar anda nikmati.

Gol Zlatan di wembley pada menit terakhir di final Piala Liga. Saya tahu itu hanya Piala Liga, namun gol itu terjadi di Wembley dan di menit-menit terakhir. Anda merasakan bagaimana perasaan anda meledak dengan sukacita. Ini adalah gol yang membawa saya meraih gelar pertama bersama United, jadi jika saya harus memilih maka gol itu yang saya pilih.

Laga melawan Yeovil akan menjadi pertandingan ke 100 anda bersama United. Dari 100 pertandingan anda, manakah yang menurut anda terbaik?

Saya tidak tahu karena saya kira kita punya banyak permainan bagus dalam mode yang berbeda. Terkadang orang hanya menyukai satu jenis permainan dalam sepak bola. Sementara saya tidak seperti itu. Permainan yang sempurna adalah permainan yang sesuai dengan rencana anda dan kami punya beberapa.

Semifinal Liga Europa melawan Celta Vigo contohnya. Kita bisa bermain 10 jam tapi tidak mencetak gol lagi dan seharusnya kita bisa mencetak lebih banyak dari yang kita bisa lakukan. Final liga Europa melawan Ajax. Tim itu seperti jam tangan Swiss tapi semuanya berjalan sempurna. Beberapa laga di liga Primer juga berjalan sempurna. Banyak momen-momen bagus, banyak kekalahan yang tidak terduga, performa buruk yang tidak terduga, kesalahan tidak terduga, namun itu semua adalah bagian dari evolusi tim.

Melihat kembali CV anda, anda sudah memenangi 25 piala, 2 liga Champions, 2 liga Europa, meraih gelar liga di empat liga berbeda, menjadi ksatria di Portugal, bahkan nama anda dijadikan nama jalan. Namun anda masih sangat lapar. Bagaimana anda menjaga rasa lapar tersebut?

Itulah saya. Saya melihat semua generasi pemain dan menemukan hal yang sama seperti saya. Saya pernah bekerja dengan pemain di usia akhir 30an tapi keinginan, motivasi, dan profesionalisme mereka masih menakjubkan. Saya sudah lama menjadi manajer tapi saya masih merasa sangat muda, jadi saya tidak setua orang-orang pikir! (Tertawa) Saya baru berumur 55 tahun dan masih sangat muda.

Jadi, ketika saya mengatakan kalau saya tidak mungkin mengakhiri karir di Manchester United, yang ingin saya katakan sebenarnya adalah kalau dalam sepakbola modern, mustahil untuk bertahan 10 hingga 15 tahun di sebuah klub. Saya tidak mengatakan kalau saya akan pergi, saya bahkan ingin bekerja 10 atau 15 tahun lagi karena saya menyukai apa yang saya kerjakan.