Jonny Evans masuk ke Manchester United dari akademi. Ia naik ke tim utama pada 2006 di sebuah tim yang berisikan Wayne Rooney, Cristiano Ronaldo, sampai Nemanja Vidic. Namun, di dua tahun pertama, ia dipinjamkan ke Royal Antwerp dan Sunderland.
Debut Evans di Premier League bersama Manchester United baru hadir pada 2008. Itupun, setelah ia debut terlebih dahulu bersama The Black Cats. Setelah itu, ia rutin mengisi daftar susunan pemain United, meski tidak menjadi starter.
Bertahan hingga 2015, Evans mengumpulkan 198 laga bersama The Red Devils. Ia lalu pindah ke West Bromwich Albion dan Leicester City sebagai pemain utama.
Saat kontraknya di Leicester City tidak diperpanjang, Evans tanpa klub. Ia lantas ikut berlatih bersama tim U-21 Manchester United, tapi Erik ten Hag punya rencana lain. Evans ditarik menjadi pemain utama, sejalan dengan Lisandro Martinez dan Raphael Varane yang cedera. Evans, bisa jadi pelapis buat Harry Maguire atau Victor Lindelof.
Nyatanya, Evans justru sering diturunkan oleh Ten Hag. Laga melawan Burnley di Premier League, menandai laganya yang ke-200 untuk United! Ia pun hampir mencetak gol di laga tersebut kalau tidak dianulir VAR.
Dulu Pemain Muda, Kini Penuh Pengalaman
Evans memang tidak dianggap sebagai bek terhebat Manchester United. Salah satu faktornya tentu karena usia. Ditambah lagi, United punya Rio Ferdinand dan Vidic di poros pertahanan. Belum lagi kehadiran Chris Smalling dan Phil Jones yang sempat menjadi andalan di lini pertahanan.
Meski bukan jadi pemain utama, tapi Evans membantu United menjuarai Premier League sebanyak tiga kali dan Liga Champions sebanyak sekali. Pengalaman dan mental juaranya ini membuat Evans tidak sulit beradaptasi baik saat di West Brom maupun Leicester.
Evans bilang kalau dirinya selalu belajar, utamanya dari rekannya sesama bek. “Hampir semua bek tengah yang pernah aku main bareng,” kata Evans.
Setiap bek tengah punya gaya mainnya sendiri, dan yang ia senangi akan ia coba untuk melakukannya. Dengan banyaknya bek tengah yang jadi rekannya, makin banyak pula yang ia pelajari selama bertahun-tahun ini.
“Dan hari-hari muda Anda mungkin adalah saat Anda paling mudah dipengaruhi dan aku pikir, Anda tahu, tentu saja Rio [Ferdinand], Wes [Brown], [Nemanja] Vidic – pemain top,” terang Evans.
Evans cerita kalau Wes Brown pernah memberinya tips saat duel udara dan menyundul bola. Pun apa yang ia pelajari dari Ferdinand dengan merebut bola dari kaki penyerang lawan.
“Jadi mereka semua brilian, sebagai pemain bertahan, untuk dipelajari dan aku sangat beruntung bisa melihatnya dari dekat dan bisa belajar dari pemain-pemain top seperti itu.”
Dibantu Rio Ferdinand
Para pemain muda kerap kehilangan arah dalam menjalani hidupnya. Untungnya, Evans dibimbing oleh Rio Ferdinand. “Di luar lapangan, aku harus bilang, Rio sungguh luar biasa padaku,” kata Evans.
Sebagai pemain muda yang baru masuk tim utama, Ferdinand kerap membantu dan menjaganya.
“Dan aku pikir dia melakukannya dengan semua pemain muda, semua pemain akademi yang promosi. Ada banyak pemain senior di skuad yang membuatku merasa diterima dan benar-benar tergabung di skuad. Dan aku cuma bisa berterima kasih padanya untuk itu.”
“Rio adalah pemain yang luar biasa untuk dicontoh dan dimiliki di ruang ganti,” ucap Evans.
Alasan Ten Hag Membawa Evans
Sejatinya, Evans cuma akan berlatih di tim akademi. Namun, setelah melihatnya berlatih, Ten Hag memutuskan untuk membawanya ke tim utama.
“Pada musim panas, aku dengar dia masuk, dia akan berlatih bersama tim U-21. Aku berkata, ‘Fletch, ayo bawa dia ke tim utama, mungkin dia bisa membantu kami,” terang Ten Hag.
Fletch yang dimaksud Ten Hag adalah Darren Fletcher yang merupakan Direktur Teknik United. Fletcher sendiri pernah bermain bersama Evans di United maupun West Brom.
“Kami memutuskan untuk merekrutnya karena aku pikir dia bisa benar-benar berkontribusi di skuad. Dan hari ini Anda telah melihat betapa pentingnya dia.”
Evans sendiri mengakui kalau bergabung kembali dengan United adalah sebuah kesempatan. Ditambah ia sedang gelisah karena tak punya pilihan lain.
“Aku harus datang ke sini, melihat ke mana hal ini membawaku dan mencoba kembali ke sini dan menjadi seprofesional mungkin. Dan mudah-mudahan tubuhku dapat membantu.”
200 Laga untuk United
200 laga Evans untuk United mungkin terlihat banyak. Meski, capaiannya bersama West Brom dan Leicester jauh lebih banyak: 248 laga dalam 8 musim.
Evans pun menikmati setiap menit ia bermain untuk United.
“Kadang-kadang Anda merasakan sesuatu dan aku tidak sabar menunggu – Anda benar-benar merasakan kegembiraan dan naik ke bus, aku sangat bersemangat,” kata Evans.
“Aku tidak pernah berpikir aku akan memainkan 200 pertandingan tapi itu adalah suatu kehormatan mutlak, dan salah satu malam terbaik dalam hidupku bisa kembali dan bermain untuk klub ini lagi.”
“Untuk kembali ke sini dan di hadapan para penggemar adalah mimpi yang menjadi kenyataan dan itu tidak bisa lebih baik lagi.”
Evans juga sudah menyumbangkan asis untuk tendangan voli indah Bruno Fernandes. Saat itu, yang ada di pikirannya hanyalah mencoba membuat peluang. Ia melakukan kontak mata dan Bruno sebelum mendapatkan bola.
“Aku pikir, ‘baik aku harus menendangnya’. Dan sesegera bola pergi dari kakiku, aku pikir itu adalah umpan yang bagus karena meluncur ke atas.”
Di United, Evans tentu harus beradaptasi dengan pendekatan taktikal Ten Hag, yang jelas berbeda dengan era Sir Alex Ferguson. Ini yang membuatnya fokus mengamati bagaimana United yang saat ini bermain.
“Ini sedikit berbeda jadi aku mencoba beradaptasi dengannya. Mungkin aku memerlukan sedikit waktu untuk menyelesaikan hal-hal tertentu.”
“Dari sisi taktikal, memainkan bola dari belakang jelas berubah. Erik ten Hag terkadang menginginkanmu mengumpan ke fulbek dan Anda berlari ke depan sebagai bek tengah, dan itu cukup berbeda. Aku bisa mengingat diperintahkan seperti itu di tempat latihan!”
“Tetapi aku menikmati perasaan mempelajari sesuatu yang baru dan ketika Anda selalu belajar, itu adalah sesuatu yang membuat Anda termotivasi.”