Tidak bisa dipungkiri bahwa laga Manchester United menghadapi Liverpool selalu dinanti setiap penggemar sepakbola. Tidak terkecuali Gary Neville. Komentarnya selalu dinanti jelang pertandingan antarakeduanya. Selain ia bekerja sebagai pundit, Gary juga merupakan sosok yang secara terang-terangan membenci Liverpool.

Tidak terkecuali ketika ia bersama mantan pemain Liverpool sekaligus rekannya sesama pundit, Jamie Carragher. Dalam acara bertajuk ‘Soccerbox’ keduanya berbincang mengenai perseteruan kedua tim.

Salah satunya adalah ketika Gary bercerita bahwa Sir Alex Ferguson bisa menjadi sosok yang berbeda ketika Setan Merah akan berhadapan dengan Si Merah. Sosok Fergie diceritakan bisa menjadi lebih tenang sebelum pertandingan berlevel Big Match namun jika memasuki hari pertandingan, kakek 75 tahun ini bisa menjadi seorang yang cerewet.

“Sir Alex akan berbeda jika di pertandingan besar. Dia bisa sangat tenang dalam pertandingan yang terbilang normal. Tapi jika pertandingan menghadapi Liverpool dan Manchester City, dia akan lebih intens,” ujarnya.

Ia menambahkan, “Selama seminggu, jika Anda menyusuri koridor sebelum laga-laga besar dia akan berkata ‘Hai nak’, sedangkan di game yang tarafnya biasa-biasa saja dia justru lebih cerewet. Tapi saat berada di pertandingan besar, dia kembali berubah menjadi sosok yang suka marah-marah. Saya melihatnya dengan jelas.”

Pemain yang hanya menghabiskan kariernya bersama United ini juga mengungkapkan bahwa Anfield menjadi tempat tersering bagi Fergie untuk mengeluarkan Hair Dryer Treatment yang menjadi senjata utamanya. Ia juga menjelaskan bahwa Fergie sangat tidak suka apabila United mengalami kekalahan di Anfield.

“Orang-orang membicarakan tentang semprotan Hair Dryer yang tidak terlalu sering terjadi. Tapi jika saya dapat jujur kepada anda, tempat paling konsisten Fergie mengeluarkan Hair Dryer-nya adalah Anfield. Entah ketika jeda babak pertama atau selesai pertandingan,” ujarnya menambahkan.

“Baginya yang terbaik di dunia adalah menang di Anfield karena dia tidak tahan kalah di sana. Hal yang terburuk juga ketika kita sedang ketinggalan di babak pertama atau di akhir pertandingan kita kalah. Saya melihat dia duduk disana dengan diam di ruang ganti selama 25 menit sementara para pemain sedang mandi.”

“Suatu ketika ketika saya masih remaja, saya ingat ketika dia memarahi (Peter) Schmeichel dan (Paul) Ince di ruang ganti. Kami tahu para pemain Liverpool mungkin sedang tertawa mendengar apa yang dia katakan karena jarak ruang ganti kami sangat dekat.”

Selain membicarakan soal Fergie, Gary dan juga Carra tidak ketinggalan mengomentari sosok Rafael Benitez. Mantan pelatih Valencia ini dikenal pernah melakukan perang urat saraf terhadap Sir Alex Ferguson pada musim 2008/2009.

Ketika itu, dalam konferensi pers jelang menghadapi Stoke City, Rafa (sapaan akrabnya) ditanya oleh wartawan perihal Fergie yang meragukan kemampuan Liverpool saat The Reds memimpin klasemen dengan keunggulan tujuh poin.

Manajer yang sekarang menangani Newcastle United tersebut justru mengeluarkan beberapa catatan yang dia sebut sebagai “Fakta”. Catatan tersebut berisi keuntungan-keuntungan yang sering diterima Sir Alex dari wasit. Data-data tersebut dijelaskan Rafa secara detil hingga masalah Fergie yang kerap mengeluhkan soal padatnya jadwal timnya.

Apa yang dilakukan pria Spanyol tersebut justru mendapat sindiran balik oleh Fergie. Dalam buku autobiografinya Fergie dengan enteng menjawab, “Jika klub saya diragukan menjadi juara maka saya anggap itu sebagai pujian.”

Tidak disangka ucapan Fergie tersebut justru membuat peruntungan Liverpool berubah. Mereka gagal menjadi juara dan disalip United di beberapa pekan terakhir. Hal ini turut dikomentari oleh Jamie Carragher. Ia mengatakan bahwa kegagalan Liverpool menjadi juara pada musim tersebut bukan karena kesalahan Rafa yang berkonfrontasi dengan Fergie.

“Sampai saat ini orang-orang mengatakan bahwa hal tersebut (ucapan Rafa) mempengaruhi kami. Tapi saya rasa bukan karena itu penyebab kami gagal karena kami hanya dua kali mengalami kekalahan,” ujar Carra.

Sementara menurut Gary, apa yang dilakukan Rafa justru mengundang Fergie untuk terus mempermainkannya. Ia mengatakan, “Saya ingat momen itu dan berpikir, apa yang sedang Rafa lakukan? Dia justru membawa Sir Alex ke dalam permainannya sendiri yaitu permainan pikiran. Anda bisa bayangkan setelah kejadian itu, Sir Alex berada di rumah sambil berkata ‘saya mendapatkannya.”