Foto: Esquireme.com

“United harus mencari identitas mereka yang sebenarnya.” Itulah kata-kata yang keluar dari mulut Peter Schmeichel ketika menanggapi kiprah Manchester United saat ini. Ayah dari Kasper Shmeichel ini merasa kecewa melihat mantan timnya didera krisis identitas setelah melewati masa kejayaan selama lebih dari seperempat abad.

Sejak ditinggal pensiun oleh Sir Alex Ferguson pada 2013, United begitu kesulitan untuk kembali bersaing di kompetisi domestik maupun Eropa. Gelar Europa League pada 2017 dan finis di urutan kedua musim lalu pun tidak begitu memuaskan para penggemarnya karena mereka tetap tertinggal dari kesebelasan lain.

Krisis identitas United juga diperparah dengan hobi mereka yang mulai gemar memecat pelatih. Hanya dalam waktu empat musim, Setan Merah sudah menggunakan empat pelatih berbeda. Sayangnya, tiga pelatih tersebut datang dengan membawa identitas permainan yang berbeda-beda sehingga ketika salah satu pelatih gagal, maka pelatih yang baru harus mulai membangun tim lagi dari awal. Hal inilah yang tidak disukai oleh Schmeichel ketika melihat kondisi United saat ini.

“Perubahan itu (pensiunnya Sir Alex) justru membuat kami kehilangan identitas untuk beberapa waktu. Hal itu justru muncul di periode terburuk United. Saya tidak tahu apa yang ada di pikiran mereka (United) dan saya benci fakta kalau United saat ini adalah klub yang gemar memecat manajer mereka,” tutur Peter seperti dilansir dari BBC.

Bahkan pada musim lalu, pihak klub diisukan akan memecat Jose Mourinho karena mendapat beberapa hasil buruk baik di kompetisi Liga Primer maupun Liga Champions. Schmeichel sendiri masih menganut paham kalau United adalah kesebelasan yang membutuhkan proses panjang untuk mendapat pelatih hebat. Dan itu tidak bisa dilakukan dengan terus mengganti pelatih setiap musimnya.

“Moyes dpecat setelah tujuh bulan, Louis van Gaal juga tidak cocok, dan sekarang kami memiliki Jose Mourinho. Ketiganya adalah orang-orang yang memiliki pemahaman berbeda dan membutuhkan waktu agar bisa sukses. Kami terbiasa dengan manajer yang tinggal selama seperempat abad. Itu adalah identitas klub ini.”

Pemain yang baru berulang tahun pada 18 November ini yakin kalau Mourinho sebenarnya bisa membawa United kembali berjaya seperti dulu. Akan tetapi, hal itu dengan catatan kalau pihak klub maupun penggemar sabar dalam menjalani proses yang nampaknya akan memasuki musim keenam ini serta tidak kembali mengulang hobi mereka yaitu memecat pelatih.

“Saya tidak mengeluh tentang Mourinho. Dia adalah manajer yang bisa memberi piala tapi dia bukan orang yang bisa mengembangkan klub seperti Sir Alex. Akan tetapi, jika dia bisa bertahan di klub ini selama 10 tahun maka United bisa kembali. Karena sifat seperti itulah yang ada di Manchester United. Kenapa kita tidak mencobanya dengan Jose Mourinho?”

Berubah Menjadi yang Penggemar Benci

Ucapan tentang Schmeichel yang menyebut kalau United hobi memecat pelatih, seolah mengamini tulisan salah satu rekan penulis, Aun Rahman. Aun, dalam tulisannya yang berjudul “Manchester United Berubah Menjadi Apapun yang (Fans) Mereka Benci” memaparkan kalau United berubah menjadi segala sesuatu yang sebenarnya menjadi olok-olok para penggemar mereka kepada klub lain

Para penggemar United sering mencibir Chelsea karena kebiasaan The Blues mengganti manajer tiap musim. Sayangnya, United kemudian melakukan apa yang dilakukan Chelsea tersebut selepas Sir Alex pensiun. Sejak 2013, United sudah empat kali memakai pelatih berbeda, jumlah yang sama dengan apa yang dilakukan Chelsea.

Saat Sheikh Mansour datang ke Manchester City dan membeli bintang-bintang mahal, para penggemar United juga menyindir keras apa yang dilakukan tetangganya tersebut. Sir Alex bahkan melabeli mereka dengan sebutan “Tetangga Berisik”. Namun siapa yang menyangka kalau saat ini United juga ketularan tetangganya tersebut dengan membeli beberapa pemain mahal. Mereka bahkan berharap, Pangeran Arab Saudi mau membeli klub mereka. Setelah menyindir datangnya Sheikh dari Jazirah Arab, para penggemar United kini berharap uluran tangan dari negara Arab.

Yang paling parah adalah saat United mengikuti jejak Liverpool dan Arsenal. Di saat The Reds mulai merangkak naik ke papan atas, penggemar United mencoba menghibur diri dengan mengenang sejarah-sejarah mereka di era 90-an. Hal ini mirip dengan apa yang dilakukan pendukung Liverpool yang suka mengungkit kejayaan mereka di dekade 70 hingga 80-an. Tidak salah memang, namun mengenang sejarah tanpa melakukan perbaikan hanya akan membuat klub ini jalan di tempat.

Para penggemar United juga sering mengolok-ngolok Arsenal karena kebiasaan Meriam London finis di urutan keempat Liga Primer. Sekarang, giliran United merasakan apa yang Arsenal rasakan yaitu sulitnya untuk sekadar finis di zona empat besar.