Alex Dawson meninggal dunia pada usia 80 tahun. Foto: Independent

Sebuah penghormatan diberikan Manchester United sebelum memulai pertandingan melawan West Ham United. Mereka mengheningkan cipta selama satu menit untuk mengenang kepergian Alex Dawson.

***

Manchester United kehilangan salah satu mantan pemainnya. Pada 17 Juli 2020 lalu, Alex Dawson meninggal dunia pada usianya yang ke-80 tahun. Ia meninggal dunia di Kettering Home Care karena penyakit demensia.

“Manchester United sangat sedih mengetahui kalau mantan striker United, Alex Dawson meninggal dunia pada usia 80 tahun. Doa kami dari Manchester United untuk keluarga serta dukungan dari ribuan pendukung United kepada keluarga Alex dan teman-teman yang juga merasa sedih seperti mereka,” kata situs resmi klub.

Nama Alex Dawson mungkin tidak seterkenal penyerang United lain seperti Denis Law, David Herd, atau Brian Kidd. Namun, torehannya selama bermain di Old Trafford tidak bisa dipandang sebelah mata. Ia hanya bermain empat musim dan mengumpulkan 95 penampilan. Akan tetapi, ia mampu membuat 45 gol dalam kurun waktu tersebut.

Pemain kelahiran Aberdeen ini ditemukan oleh pemandu bakat United yaitu Jimmy Murphy dan Joe Armstrong ketika usianya baru delapan tahun. Keduanya terkesan dengan keahlian Alex yang mampu menendang bola mengenai tiang gawang dari jarak 28 meter. Dengan proses yang cukup panjang, Alex kemudian mendapat debut ketika United melawan Burnley pada musim 1956/1957.

Ia menutup debutnya tersebut dengan mencetak gol. Bahkan dua laga berikutnya melawan Cardiff dan West Brom ia kembali mencetak gol. Debut Alex sebenarnya bisa saja tidak terjadi jika kereta yang ia tumpangi untuk pulang ke kampung halamannya sudah meninggalkan stasiun.

“Saya tidak tahu kalau saya akan melakukan debut sampai pelatih tim utama, Bert Whalley menyusul saya di stasiun. Saat itu, saya mau pulang kampung. Dia menarik saya dan menyebut kalau saya akan menjalani debut. Kami kemudian langsung naik bus menuju tempat latihan,” kata Alex pada Inside United edisi September 2012.

Sayangnya, kebahagiaan Alex saat itu tidak berlangsung lama. Kurang dari setahun setelah ia debut, teman-temannya meninggal dunia karena tragedi Munich. Saat itu, Alex beruntung tidak menjadi korban karena dia tidak dibawa oleh Matt Busby menuju Belgrade. Ia kehilangan idolanya yaitu Duncan Edwards. Dua pemain ini memang tidak memiliki perbedaan usia yang jauh. Ia juga kehilangan sosok panutan dalam diri Johnny Berry. Johnny tidak menjadi korban tewas namun kecelakaan itu membuat dia tidak bisa bermain sepakbola lagi.

Tewasnya sang striker, Tommy Taylor, serta cederanya Dennis Viollet membuat posisi lini depan menjadi milik Alex. Ia menyumbang lima gol di sisa pertandingan liga Inggris dan menjadi pencetak gol pertama United setelah tragedi Munich. Dalam kondisi United yang mengenaskan, Alex masih mampu membawa tim ini tampil di final Piala FA.

Meski pada akhirnya United kalah, Alex menjadi pahlawan United dengan 10 gol yang ia buat hanya dari 18 penampilan. Tiga diantaranya ia buat pada semifinal Piala FA melawan Fulham. Alex menjadi satu-satunya pemain United yang bisa mencetak tiga gol pada semifinal Piala FA. Sejak saat itu, Alex mulai menjadi pilihan pertama Busby di lini depan.

Kedatangan Albert Quixall setahun berikutnya sebenarnya memperkecil peluang Alex untuk menjadi pemain inti. Namun ia berhasil mencetak empat gol dalam 11 laga Liga Inggris musim 1958/1959. Jumlah ini sama dengan torehan Albert yang jumlah laganya tiga kali lebih banyak dari Alex.

Betapa efektifnya Alex membuat Busby mau memberikan banyak kesempatan kepadanya. Dua musim berikutnya, Alex bermain 57 kali. Ia kembali memanfaatkan kesempatan itu dengan baik. Ia menorehkan 35 gol dengan musim terbaiknya terjadi pada 1960/1961 saat ia mencetak 20 gol di semua kompetisi.

Sayangnya, torehan tersebut tidak membuat Alex bertahan lebih lama di Old Trafford. Busby mendatangkan David Herd pada 1961 yang disusul kemudian dengan datangnya Denis Law. Selain itu, meski ia bisa membuat banyak gol dalam dua musim terakhirnya, ia merasa kalau dirinya bukan Alex yang dulu. Tragedi Munich membuat mentalnya terganggu sebagai seorang pemain sepakbola hingga membuatnya memutuskan pindah ke Preston North End.

“Tragedi Munich memberi banyak pengaruh kepada saya selama dua tahun. Meski saya bisa menjadi pencetak gol terbanyak, namun saya merasa kalau diri saya sudah tidak sama lagi. Saya kehilangan banyak teman baik akibat tragedi tersebut. Saya ingat saat itu kami sedang main biliar ketika Mark Pearson datang dan memberi tahu kecelakaan itu. Kecelakaan yang menghancurkan kami,” ujarnya.

Beruntung Alex bisa memulihkan diri bersama Preston. Ia menjadi legenda besar di sana dengan raihan 132 gol dalam 237 penampilannya selama enam musim di Deepdale. Meski tidak pernah memberikan gelar juara dan selalu apes ketika di Piala FA, Alex kalah pada final 1964 melawan West Ham United, namun Alex selalu dikenang. Ketajamannya tidak pernah menurun meski ia sempat memperkuat Bury, Brighton, dan Brentford di sisa kariernya.

Oleh Wilf McGuinness, mantan pemain sekaligus manajer United, Alex mendapat julukan The Black Prince. Hal ini karena potongan rambut dan gaya mainnya yang seperti seorang jagoan. Julukan yang cukup tepat mengingat kiprahnya bersama United dan Preston seperti jagoan dalam film yang datang dan selalu siap ketika dibutuhkan.