Apa kabar United Fans? Kalimat itu tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita saat diperkenalkan pertama kali oleh Denis Irwin saat mempromosikan MUTV di salah satu kanal streaming terkenal Indonesia. Seiring berjalannya waktu, kalimat ini bergeser menjadi ucapan yang pertama kali dikeluarkan pendukung rival United saat ingin mencemooh Setan Merah saat mengalami kekalahan.

Ketika tulisan ini dibuat, masih terbayang di benak penulis bagaimana seorang Wissam Ben Yeder, pemain yang menjadi cadangan di era kepelatihan Montella, bisa membuat De Gea menahan tangis hanya dalam waktu lima menit. Sevilla, yang kebobolan 42 gol di liga dan 12 di Liga Champions berhasil memulangkan United, salah satu tim dengan pertahanan terbaik di Inggris.

Tetapi, saya tidak mau membahas laga itu lagi secara taktik. Semuanya sudah saya bahas dalam tulisan sebelumnya. Satu hal yang menarik perhatian saya untuk membuat tulisan ini adalah sebuah fenomena menarik dari fans United yang bisa memutarbalikkan status seseorang hanya dari satu pertandingan saja.

Masih lekat di ingatan ketika banyak pujian yang mengalir untuk Jose Mourinho saat United mengalahkan tiga lawan sebelum Sevilla. Master taktik, pandai membaca lawan, paham situasi, adalah kata-kata yang keluar mayoritas dari kita, para fans awam bin layar kaca, setelah pertandingan itu. Akan tetapi, semua pujian tersebut berubah menjadi hujatan ketika United menderita kekalahan, tiga hari setelah Mohamed Salah tidak bergerak di tangan veteran botak, Ashley Young.

Kecewa atas kekalahan semalam sah-sah saja. Mengkritik tanpa menghujat adalah sesuatu yang diharuskan dari para penggemar sepakbola seperti kita. Akan tetapi, ketika ada yang meminta manajemen untuk memecat Jose hanya dari kekalahan melawan Sevilla maka itu hanyalah sebuah keputusan terburu-buru yang hanya berdasarkan emosi yang bergejolak di diri kita.

Alah… tapi Mou itu cuma bisa parkir doang. MU itu DNA nya menyerang.

Beberapa kali saya pernah mengungkapkan bahwa istilah “parkir bus” seperti yang diucapkan banyak orang hanyalah omong kosong. Secara harafiah, istilah parkir tersebut bermakna sebuah kesebelasan yang hanya ingin mencari satu poin tanpa ada niatan untuk mencetak gol sama sekali.

Lantas, apakah julukan tersebut pantas diberikan kepada United yang semasa dilatih Jose sudah 15 kali memenangi laga dengan mencetak 4 gol yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh manajer Belanda yang mengaku-ngaku punya filosofi menyerang sekalipun? Jose memang pernah melakukan itu di Inter Milan. Akan tetapi tidak dalam setiap pertandingan yang dijalani.

Musim ini bisa dibilang adalah musim pelik Jose Mourinho ketika menangani United. Bagaimana tidak, di saat ia berhasil meningkatkan segala aspek seperti jumlah kemenangan, posisi, dan statistik lain, kekalahan dari Bristol dan Sevilla seolah menutupi semua progres yang ia buat pada musim keduanya bersama United. Akan tetapi, itu semua tidak bisa dijadikan dasar untuk menyuruh Mou angkat kaki dari Old Trafford.

Saat United mengalami kekalahan, kamera TV rama-ramai mencari wajah Fergie. Mereka membuat kita kembali terjebak nostalgia pada masa-masa indah di tangan kakek 76 tahun ini. Akan tetapi, hal ini justru akan membuat kita sebagai fans sulit untuk menerima Manchester United dengan wajah baru. Manchester United yang murni 100 persen terlepas dari bayang-bayang pria Govan ini.

Ada Andil Fergie dari Sulitnya Manchester United

Di saat kita berani mengutuk Jose, LVG, bahkan Moyes sekalipun, apakah tidak ada yang berani menyalahkan kalau situasi naik turun yang dialami oleh United saat ini juga ada andil dari Fergie selaku manajer tersukses United sepanjang masa Setan Merah?

Fergie berniat untuk pensiun sejak akhir Desember 2012. Akan tetapi, dia baru mengumumkannya pada 8 Mei 2013 atau saat 11 hari sebelum musim Premier League berakhir. Hanya orang-orang dekat macam David Gill, Mike Phelan, bahkan petugas kantin Old Trafford yang tahu akan keputusan tersebut. Hal ini semata-mata ia lakukan agar para pemainnya tidak sedih akan kehilangan dirinya.

Akan tetapi, 11 hari bukanlah waktu yang ideal untuk mencari pengganti. Saat ia memutuskan akan mengakhiri karir, United kehabisan stok pelatih berkategori top karena sudah di-booking oleh klub lain. Pep sudah mengatakan sepakat untuk ke Bayern Munich sebelum Fergie mendatanginya di sebuah bar. Begitu juga dengan Ancelotti dan Jose Mourinho. LVG pun baru dikontrak lagi oleh timnas Belanda. Maka mau tidak mau Moyes akhirnya diberikan mandat.

Saat kita mencela Mou karena membuat United tampil buruk, kita seolah amnesia kalau Fergie pun pernah membuat United terlihat medioker dari lawannya. Kalah dari Bilbao, dibantai City 1-6, dibuat terpuruk oleh klub sekelas Wigan, bahkan kalah dari klub yang kurang terkenal macam Oxford United pun pernah ia alami. Itu semua tertutupi dengan fakta kalau ia sudah memberikan 38 gelar untuk klub yang sebelumnya bernama Newton Heath ini. Yang jelas, Fergie patut berterima kasih kepada situasi yang saat itu belum ada media sosial sehingga ia bisa tenang membangun United sesuai keinginannya.

Manchester United Memberikan Kita Pelajaran

Saat ini, para fans United sedang dibuat silau oleh permainan tetangga mereka Manchester City. Idiom yang menyebut kalau rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri memang bukan sekedar kata-kata penghias di buku bahasa Indonesia semata melainkan sebuah fakta.

Timbul penyesalan kenapa United tidak memilih Pep sejak awal ketimbang Mourinho. Tapi, kita lupa kalau Pep sudah dikontrak City sejak Februari 2016, saat United masih sayang-sayangnya bersama Van Gaal. Toh kalaupun Pep menjadi manajer United juga tidak ada jaminannya bagi Setan Merah untuk sukses seperti apa yang dia lakukan di City.

Menjadi manajer Setan Merah adalah pekerjaan yang luar biasa berat. Karena ujung-ujungnya siapa yang menjadi penerus Mou, entah Giggs, Pochettino, Enrique, Tuchel, hingga Djajang Nurjaman sekalipun maka ia akan selalu berada di bawah bayang-bayang kebesaran Fergie.

Namun, segala situasi yang terjadi di United saat ini memberikan sebuah pelajaran bagi kita selaku para penggemarnya. Pelajaran mengenai kehidupan yang selalu berputar layaknya roda. Terkadang kita (United) berada di atas namun sewaktu-waktu bisa berada di bawah. Lantas apakah kita siap kalau nantinya, United mendapati takdir seperti Liverpool atau Arsenal yang hingga musim ini kesulitan menjadi juara liga?

Karena sejujurnya menjadi penggemar Manchester United itu berat, bahkan rindunya Dilan pun belum ada apa-apanya dibanding kerinduan fan United melihat klub kesayangannya ini kembali disegani di Inggris maupun di Eropa.