Jose Mourinho terlihat kesal saat ditanya mengapa timnya bisa kalah 0-3 di kandang sendiri dari Tottenham Hotspur. Sambil membentuk angka tiga di jarinya, ia menjawab pertanyaan wartawan tersebut dengan wajah penuh rasa marah.

“Kalian tahu 3-0? 3-0! Tiga ini memiliki arti tiga gelar Premier League. Artinya, saya memenangi Premier League lebih sering dibandingkan 19 manajer lain yang berada di kompetisi ini. Tiga untuk saya dan dua untuk mereka (Pellegrini dan Guardiola). Respect, respect, respect man.”

Ia kesal terhadap para wartawan yang seolah tidak menghormatinya semasa menangani United. Maka dari itu, ia meminta pers untuk lebih menghargai kinerjanya di pinggir lapangan. Hasil 2-0 melawan Burnley kemudian dijadikan senjata untuk menyerang media. “Ketika saya senang, kalian (media) tidak akan senang.”

Dua kejadian tersebut menunjukkan kalau nama Manchester United begitu besar di mata media. United begitu seksi di mata mereka sehingga mereka akan selalu mencari apa saja yang bisa diberitakan dari pemilik 20 gelar liga Inggris ini. Bahkan ada istilah yang menyebut kalau oplah suatu media akan naik secara signifikan apabila memberitakan hal-hal (terutama yang buruk) tentang United.

Beberapa kali nama United kerap menghiasi sampul depan koran-koran Inggris. Rata-rata mereka memberitakan rumor-rumor buruk yang kebenarannya belum diketahui secara pasti. Tidak jarang, hal-hal ini membuat United sering konflik dengan beberapa media.

Konflik Ferguson dan BBC yang Legendaris

Jauh sebelum Mourinho meminta respect dari beberapa media, Sir Alex Ferguson pernah merasakan bagaimana sakitnya difitnah oleh media. Pada 2004, BBC3 menyiarkan sebuah film dokumenter berjudul Fergie and Son yang ditayangkan pada 27 Mei 2004. Film tersebut bercerita tentang Jason, putra dari Fergie, yang bekerja sebagai salah satu agen di sebuah agensi sepakbola. Dalam film tersebut, disebutkan kalau Jason menggunakan nama besar Ferguson untuk mendompleng kesuksesan dalam kariernya.

Hal ini yang membuat Ferguson geram. Ia tidak terima anaknya dicap buruk seperti itu. Ia kemudian bersumpah untuk tidak menerima ajakan wawancara oleh acara-acara olahraga yang disiarkan BBC sampai mereka meminta maaf kepada dirinya dan juga Jason. Setiap ada wawancara yang berkaitan dengan acara olahraga yang disiarkan BBC semisal Match of the Day dan Radio 5 Live, maka ia akan menyuruh Carlos Queiroz dan Mike Phelan untuk berbicara dengan mereka

Ferguson diem-dieman kepada BBC selama 7 tahun. Sayangnya, BBC adalah media resmi untuk kompetisi Premier League yang mengharuskan seorang manajer untuk berbicara kepada mereka dan tidak boleh diwakilkan oleh orang lain. Klub harus membayar 348 juta rupiah setiap kali manajer mereka membatalkan wawancara pasca pertandingan. Hal ini berarti, United harus menyiapkan uang 13 miliar lebih setiap musimnya untuk membayar denda kepada BBC. Jika Fergie menghabiskan 7 tahun untuk menolak wawancara, itu berarti United sudah mengeluarkan 92,5 miliar hanya untuk membayar denda ke otoritas Premier League.

Suatu ketika, Ferguson pernah didatangi oleh salah satu direktur BBC, Peter Salmon yang memohon kepada Fergie untuk mengakhiri konflik diantara mereka dan berdamai. Namun, ketika Fergie meminta permohonan maaf dari BBC, mereka tidak menjawab.

“Mereka berkata, BBC sekarang mendukung Manchester. Tetapi, ketika saya meminta permohonan maaf mereka, mereka memilih untuk tidak menjawab,” tuturnya dalam My Autobiography.

Bahkan gelar juara pun tidak bisa menyembuhkan luka di hati Fergie. Ketika United memenangi Piala Liga musim 2009/2010, BBC Radio 5 Live menyangka kalau Fergie tampaknya sudah bisa membuka diri untuk diwawancarai. Apa daya, ketika mereka mencoba untuk mewawancarai Fergie, mantan manajer Aberdeen ini memilih untuk tak menghiraukan ajakan tersebut.

Ferguson sendiri hanya dua kali pernah berbicara kepada BBC dalam 7 tahun konfliknya. Namun, itu semua bisa dibilang terpaksa karena ia diminta untuk memberikan testimoni kepada pencapaian Sir Bobby Charlton dan Ryan Giggs.

Konflik akhirnya benar-benar berakhir pada pertengahan 2011. Keputusan damai akhirnya dikeluarkan kedua belah pihak. “Sir Alex Ferguson dan BBC memutuskan untuk melupakan pertikaian yang terjadi sehingga membuat Sir Alex tidak mau berbicara untuk BBC. Isu ini telah dituntaskan dengan pertemuan antara Direktur Umum BBC, Mark Thompson dan Direktur Utara BBC, Peter Salmon. Sir Alex akan berbicara kembali kepada BBC untuk program Match of the Day, Radio 5 Live, dan acara lainnya.”

Pertandingan Manchester United melawan Arsenal menjadi penampilan pertama Fergie di depan BBC.

Aksi Walk out Louis van Gaal

Kiprah Louis Van Gaal di United hanya berlangsung dua musim. Namun, dalam rentang waktu tersebut, ia pernah berkonflik dengan media. Sama seperti Mourinho, Van Gaal merasa tidak dihormati oleh wartawan yang terus menanyakan kabar tentang pemecatan dirinya.

Kekalahan United dari Norwich City pada Desember 2015 membuat United sudah lima laga tidak meraih kemenangan di semua kompetisi. Hal ini yang membuat kabar pemecatan dirinya semakin menguat. Kesal karena tekanan media, ia hanya menghabiskan waktu 4 menit 58 detik serta menjawab hanya tiga pertanyaan saja dalam konferensi persnya jelang laga melawan Stoke.

“Apakah orang-orang di ruangan ini tidak merasa harus meminta maaf kepada saya? Kalian seolah-olah merasa kalau teman saya (Mourinho) sudah ada di sini. Apa kalian tidak memikirkan nasib istri dan anak-anak saya? Jadi, kalian semua berpikir bahwa saya mau berbicara soal itu (kabar pemecatan dirinya) sekarang.”

“Saya disini hanya karena aturan Premier League. Saya kesini hanya fokus untuk persiapan melawan Stoke City. Saya akan membantu pemain-pemain saya. Saya ucapkan kepada kalian semua Selamat Hari Natal dan juga Selamat Tahun Baru. Nikmatilah anggur dan kue kalian. Goodbye,” tuturnya sambil melangkah keluar ruangan.

***

Dalam buku My Autobiography, Sir Alex membuat satu bab khusus yang membahas soal media. Dalam tulisannya tersebut, ia mengatakan kalau ada dua cara untuk menghadapi media yang gemar mencari hal-hal buruk dalam diri seorang pelatih.

“Yang pertama adalah jangan jawab pertanyaan-pertanyaan singkat seperti “Kenapa Anda kalah?” Pertanyaan seperti itu membuat kita menjawab panjang lebar. Hal ini nantinya akan membawa Anda berbicara terlalu banyak. Namun yang pasti, jangan ungkap kelemahan pemain. Apabila tiga hari kemudian akan ada pertandingan lagi, maka sebaiknya pertandingan itu harus ada dalam jawaban-jawaban Anda.”

Selain itu, Ferguson juga berkata kalau manajer tidak boleh terlihat lemah di depan media atau mempermalukan diri sendiri dengan jawaban buruk. Gestur manajer sebisa mungkin tidak boleh menunjukkan wajah bingung.