Pada tulisan bagian pertama, menyebut beberapa faktor mengapa Manchester United begitu kesulitan untuk bisa bersaing kembali di Premier League. Ada tiga faktor yang mempenaruhi seperti mentalitas tim yang berubah-ubah, tidak adanya pemain dengan jiwa kepemimpinan, serta rekrutan yang kerap tidak sesuai.

Di bagian ini, kami menambahkan beberapa faktor lain terkait sulitnya Setan Merah bersaing untuk gelar juara Premier League.

Lawan Mulai Tidak Takut dengan Old Trafford

Saat masih ditangani Ferguson, beberapa manajer Premier League menjadikan Old Trafford sebagai stadion yang paling merepotkan bagi mereka. Lawan-lawan yang dihadapi pun kerap kesulitan ketika bermain di Old Trafford. Mark Hughes pernah berkata kalau tim yang bermain di OT sudah kalah bahkan sejak di lorong pemain.

Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir Teater Impian mulai kehilangan aura magisnya. Di era Moyes, United kalah tujuh kali di kandangnya. Musim lalu, United meraih 10 hasil seri di Old Trafford. Beruntung di musim ini, United mulai rajin meraih kemenangan di stadionnya itu.

Bergantinya Orang-orang di Belakang Layar

David Moyes menolak ketika Fergie menitipkan Mike Phelan dan Rene Meulensteen untuk dijadikan asistennya saat menangani United. Hal ini dibayar mahal dengan terpuruknya mereka hingga posisi ketujuh.

Padahal, nama-nama seperti Phelan dan Rene adalah pilar dibalik kesuksesan United ketika mereka menggulingkan Liverpool sebagai kesebelasan terbaik Inggris. Moyes lebih percaya dengan nama-nama seperti Steve Round dan Phil Neville yang ia percaya sejak masih di Everton.

United kemudian menjadikan Ryan Giggs saat Louis van Gaal masuk. Akan tetapi, ketika LVG keluar Mourinho tidak ingin menjadikan Giggs sebagai asistennya karena ia lebih percaya dengan Rui Faria yang sudah bersama-sama dengannya sejak di Inter Milan lalu.

Munculnya Media Sosial

Ini mungkin merupakan faktor eksternal atau berasal dari luar tubuh United, akan tetapi pengaruhnya bisa terbilang signifikan.

Saat UEFA mengumumkan grup Liga Champions di musim 2012/2013, hanya Manchester United satu-satunya kesebelasan yang tidak memiliki twitter saat itu. Fergie merasa twitter bisa menimbulkan persepsi yang salah terkait sebuah pendapat mengingat mereka hanya memiliki 140 karakter. United baru membuat akun twitter 10 hari setelah Moyes resmi menggatikan Ferguson.

Media Sosial kemudian menjadi cara bagi Manchester United menunjukkan citra mereka di mata dunia. Saat mereka meresmikan Paul Pogba, tanda pagar #Pogback menjadi topik yang merajai trending topic selama beberapa hari. Pengumuman Alexis Sanchez pun dikemas melalui video yang mengundang beberapa retweet dan likes dari para penggemarnya.

Sayangnya, para pemain United seperti tidak bisa jauh dengan media sosial. Ketika bus United diserang pendukung West Ham, Jesse Lingard justru asyik mereka sambil tertawa melihat tingkah para pendukung tersebut, beberapa pemain juga gemar mengabadikan langkah mereka ketika masuk ke tempat latihan Carrington. Hal ini mungkin tidak akan terjadi jika sosok Fergie masih berada di dalam skuad.

Hilangnya Keyakinan

United punya slogan khas yaitu “Believe”. Kata tersebut terkenal mulai terkenal setelah United mengalahkan Chelsea di final Liga Champions 2008. Kata yang berimplikasi dengan keyakinan ini menunjukkan ciri khas MU yang sering meraih kemenangan di menit-menit akhir. Setelah pensiunnya Fergie, hal-hal seperti ini mulai menghilang.

Keyakinan dari para fans juga perlahan mulai luntur. Mereka menginginkan semua manajer yang menangani United langsung meraih sukses tanpa memikirkan proses adaptasi yang harus dijalani manajer tersebut. Hal ini perlahan mulai menghilangkan jati diri Setan Merah sebagai kesebelasan yang begitu menghargai proses.

Sumber: Fourfourtwo, Republic of Manchunian