Ben Foster Manchester United. Foto: Give Me Sport

Hair dryer treatment yang dikeluarkan Sir Alex Ferguson seperti menyadarkan Ben Foster kalau dia memang tidak cukup layak untuk bermain bersana Manchester United.

Sebelum dikuasai oleh David de Gea, posisi penjaga gawang utama United dipegang oleh Edwin Van der Sar. Enam musim, posisinya tidak bisa digantikan oleh siapa pun penjaga gawang yang berada di bawahnya. Kehilangan penjaga gawang asal Belanda tersebut seperti mengurangi kekuatan lini belakang Manchester United.

United sempat merasakan hal itu pada musim 2009/2010. Van der Sar mengeluh sakit di jarinya setelah menghadapi babak adu penalti dalam pra-musim Audi Cup melawan Bayern Munich. Setelah menjalani pemeriksaan, diketahui kalau jari Van der Sar ada yang patah dan memaksanya absen selama dua bulan. Ia kehilangan 12 pertandingan akibat cedera tersebut.

Absennya Van der Sar sebenarnya tidak menjadi masalah jika melihat kiper cadangan saat itu yang diisi oleh Tomasz Kuszczak dan Ben Foster. Nama terakhir kemudian dipilih oleh Fergie sebagai pengganti sementara Van der Sar sekaligus memberikan kesempatan pada penjaga gawang didikan akademi klub untuk mencicipi peran sebagai kiper utama. Bahkan, Fergie juga melihat Foster sebagai pengganti yang tepat untuk Van der Sar setelah pensiun nanti.

“Saya melihat dia sebagai salah satu penjaga gawang terbaik di Inggris dan kami juga melihatnya sebagai penerus Edwin. Saya senang ketika Ben (Foster) telah menandatangani kontrak empat tahun,” tuturnya.

Ferguson sebenarnya sempat ragu untuk memilih Foster ketimbang memberikan tempat kepada Kuszczak sebagai pengganti Van der Sar. Cedera yang pernah ia alami musim sebelumnya membuat Ferguson tidak yakin terhadap kebugaran pemain kelahiran Royal Leamington tersebut. Namun, rasa ragu Ferguson berubah setelah melihat Foster menunjukkan perkembangan dari segi fisik maupun performa di tempat latihan.

Sayangnya, perkembangan itu tidak terlihat ketika Foster sudah bermain di pertandingan yang sebenarnya. Pada Community Shield 2009, ia menjadi biang keladi kekalahan United atas Chelsea. Saat itu, United kalah adu penalti setelah bermain imbang 2-2.

Foster sebenarnya tidak disalahkan dalam babak adu penalti. Akan tetapi, Foster dianggap bertanggung jawab terhadap dua gol The Blues yang bersarang ke gawangnya. Ia justru meninju bola ke arah Ricardo Carvalho pada proses gol pertama dan tidak bisa menepis bola dengan baik hasil sepakan Frank Lampard pada gol kedua.

Sejak saat itu, timbul keraguan apakah Foster benar-benar layak untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan Van der Sar. Ditambah dengan ucapan Fergie yang sebelumnya menyebut kalau Foster akan menjadi kiper utama timnas Inggris pada Piala Dunia 2010, justru membuat rasa ragu itu semakin bertambah.

Tekanan Foster memang cukup berat saat itu. Selain ia dituntut untuk bisa bermain sebaik Van der Sar, ia juga dituntut untuk bisa melindungi lini belakang United dengan baik. Musim sebelumnya, lini belakang tempat ia berdiri dan memberi komando tersebut baru saja mencatatkan rekor tidak kebobolan terpanjang sepanjang sejarah Premier League.

“Saya adalah penjaga gawang nomor dua sehingga saya masuk dalam tim dan memulai dengan baik, sebelum kemudian saya menjalani pertandingan dengan performa yang tidak meyakinkan. Salah satunya adalah laga derby dengan skor 4-3 untuk United, ketika Michael Owen mencetak gol kemenangan pada menit akhir,” ujarnya.

Laga derby ini pelan-pelan seperti membuka mata Fergie kalau Foster tidak sebagus yang ia lihat. Pertandingan baru berjalan 16 menit, Foster langsung membuat kesalahan. Alih-alih menyapu bola, ia justru melakukan gerak tipu yang terbaca oleh Carlos Tevez. Sang mantan kemudian memberikan bola kepada Gareth Barry untuk mencetak gol.

Momen ini membuat Ferguson berang dan mengeluarkan hair dryer treatment pertamanya kepada Foster. Padahal, saat itu United baru saja menang dalam partai besar melawan rival sekota. Fergie tidak mau tahu karena yang ingin ia soroti adalah kesalahan Foster yang begitu fatal dan sembrono.

“Kami baru saja menang sehingga semua orang masih bersorak tetapi dia membungkam semua orang untuk melihat saya. Saya merasa kalau saya tidak perlu diperlakukan seperti itu. Dia berkata, ‘Sekali lagi kau membuat kesalahan itu lagi, selesai sudah!’” kata Foster meniru ucapan Fergie.

Foster masih beruntung kalau kesalahannya saat itu masih diampuni. Buktinya, ia masih bermain dalam pertandingan berikutnya melawan Stoke City. Namun keberadaan Foster kemudian hanya bertahan hingga pekan berikutnya ketika ia mengulangi kesalahan yang sama layaknya laga melawan Chelsea ketika United bermain melawan Sunderland.

Ia lagi-lagi luput mengantisipasi bola udara. Ia kalah cepat dari Kenwyne Jones saat itu yang sukses menyambut bola kiriman Andy Reid. Skor itu membuat Sunderland unggul 2-1 di Old Trafford sebelum Patrice Evra menyelamatkan muka United melalui golnya pada menit terakhir pertandingan.

Foster masih punya harapan kalau kesalahannya bisa diampuni mengingat United juga tidak kalah. Namun kali ini, reaksi Ferguson berbeda. Tidak ada ampunan lagi untuk orang yang terus-menerus membuat kesalahan. Foster sudah divonis tidak lagi bermain untuk United sejak kesalahan itu.

“Kenwyne Jones begitu kuat, dia mengalahkan saya dalam sundulan. Saya terpuruk, namun Patrice Evra mencetak gol penyeimbang dan saya sedikit bersemangat sambil mengucapkan terima kasih kepada Tuhan. Tapi ternyata tidak, Fergie datang kepada saya pada akhir laga dan mengatakan ‘kamu sudah selesai, kamu keluar dari tim dan berada di tim cadangan, semua sudah berakhir.’

Ferguson memang tidak pernah main-main dalam berucap. Sadar akan kesalah demi kesalahan yang sudah dibuat, delapan kebobolan dari delapan pertandingan, Foster menghabiskan sisa musim untuk kembali ke tim cadangan dan hanya tiga kali tampil bersama tim utama. Motivasi dari Paul Scholes kalau hair dryer treatment adalah senjata yang ia keluarkan untuk semua pemain, juga tidak membuatnya terhibur. Karier Foster benar-benar habis saat itu juga.

Terusirnya Foster besar kemungkinan disebabkan Van der Sar yang sudah mulai pulih pada saat itu. Kehadiran mantan kiper Ajax tersebut sedikit memberikan rasa aman bagi lini belakang United hingga kemudian ia harus absen lagi untuk jangka waktu yang lama karena harus menemani istrinya yang menderita sakit pada bagian otak. Meski begitu, Foster tetap tidak lagi mendapat tempat karena kali ini peran kiper utama jatuh kepada Kuszczak.

“Saya belum siap untuk United saat itu. Itu adalah tempat yang salah dan waktu yang salah bagi saya. Saya tidak siap menghadapinya,” kata Foster.

Foster kemudian dilepas United ke Birmingham City pada musim panas 2010. Setelah meninggalkan Manchester, kariernya perlahan mulai membaik. Sejak saat itu, ia konsisten bermain di Premier League dan mulai menjadi penjaga gawang utama meski memperkuat klub-klub papan tengah seperti West Bromwich Albion dan Watford.

Setidaknya, hal itu jelas lebih baik ketimbang tersingkir ke liga yang kualitasnya lebih rendah ketimbang Premier League.