Foto: Juventus.com

Beberapa waktu lalu, Manchester United diberitakan akan merekrut seseorang yang akan diberi jabatan sebagai direktur olahraga. Akan tetapi hingga tulisan ini dibuat, belum jelas apakah pihak klub benar-benar ingin mewujudkan jabatan tersebut yang belum pernah dimiliki United sejak pertama kali berdiri.

Beberapa nama sempat muncul sebagai kandidat. Sebut saja Zinedine Zidane, Monchi, Andrea Berta, dan Peter Kenyon dirumorkan akan mengisi peran tersebut. Yang terbaru, United dikabarkan sedang melakukan negosiasi dengan Giuseppe Marotta.

Baca juga: Zinedine Zidane Tak Akan Tangani Manchester United?

Pria berusia 61 tahun ini baru saja mengumumkan akan mundur dari jabatannya sebagai CEO Juventus akhir September lalu. Visi yang sudah tidak sejalan dengan Andrea Agnelli menjadi alasan Marotta memilih untuk meninggalkan jabatannya. Akan tetapi, Marotta baru benar-benar resmi mengundurkan diri sebagai CEO pada 25 Oktober nanti.

Setan Merah dikabarkan menjadi peminat yang paling serius. Mereka bahkan siap membawa serta Fabio Paratici yang merupakan direktur olahraga Juventus di era Marotta. Jika keduanya berhasil didatangkan, maka Paratici akan menjadi direktur olahraga United sementara Marotta akan menjadi CEO. Sedangkan Ed akan kembali ke posisi awalnya yaitu mengurus klub dari sisi komersil.

Status Marotta yang sebentar lagi akan available mengundang beberapa klub untuk merekrutnya. Selain United, Inter Milan juga dikabarkan siap memakai jasa Marotta. Setidaknya ada beberapa keberhasilan Marotta yang nampaknya menarik minat United untuk merekrutnya.

Pandai Membangkitkan Klub dari Keterpurukan

Rekam jejak kesuksesan Marotta dimulai saat ia menjadi CEO di Sampdoria 2002. I Blucerchiati, yang pernah menjadi finalis Piala Champions, sedang mengalami keterpurukan karena tiga musim berkutat di Serie B. Masuknya Marotta kemudian mengubah klub ini dari yang sebelumnya semenjana menjadi kuda hitam di Serie A.

Ia kemudian menunjuk Walter Novellino sebagai pelatih Sampdoria. Novellino adalah orang yang pernah bekerjasama dengan Marotta ketika menangani Venezia. Beberapa kebijakan kemudian dilakukan oleh dua orang tersebut. Salah satunya adalah mengombinasikan pemain berpengalaman seperti Massimo Paganin dan Sergio Volpi dengan bakat muda semisal Angelo Palombo dan Andrea Gasbarroni.

Tidak butuh waktu lama, Marotta membawa Il Samp promosi pada 2003. Sejak saat itu, klub ini berkembang menjadi kekuatan yang tidak bisa dianggap remeh. Sejak tujuh musim sekembalinya mereka ke Serie A, Sampdoria hanya tiga kali keluar dari 10 besar.

Masuknya Fabio Paratici juga semakin membuat klub ini meningkat, terutama dari kualitas rekrutan pemain mereka. Kehadiran Fabio Quagliarella, Antonio Cassano, Marco Donadel, dan Giampaolo Pazzini kelak membawa mereka berhasil menembus final Coppa Italia, Piala UEFA, serta lolos ke Liga Champions pada 2010.

Setelah sukses bersama Sampdoria, tugas Marotta sedikit lebih rumit ketika bergabung dengan Juventus pada 2010. Misinya jelas, membangkitkan kembali Si Nyonya Besar sebagai salah satu klub hebat di Italia bahkan Eropa.

Beberapa kebijakan kembali dibuat Marotta. Membuang pemain tanpa kontribusi seperti Camoranesi, David Trezeguet, hingga Diego Ribas ia lakukan dan menggantinya dengan 14 pemain anyar termasuk Milos Krasic, Alberto Aquilani, dan Alessandro Matri. Tidak semua nama berjalan sukses, tetapi kebijakan ini membawa perubahan baru di kubu Juventus.

Sempat kesulitan di musim pertamanya dengan hanya finis di posisi 7, Juventus baru menuai kesuksesan dari Marotta pada musim kedua. Perekrutan Antonio Conte, yang diikuti pembelian Andrea Pirlo, Stephan Lichsteiner, dan Arturo Vidal dengan harga murah langsung membawa klub ini memenangi Serie A di akhir musim dengan status tak terkalahkan.

Prestasi Juventus semakin meningkat sejak saat itu. Tujuh kali juara liga secara beruntun yang diikuti dengan lolosnya mereka dua kali ke final Liga Champions menjadi efek dari kehadiran Marotta. Jika ia benar-benar datang ke Manchester, maka bukan tidak mungkin United akan mengalami kebangkitan setelah lima tahun terpuruk.

Transfer yang Tepat Guna

Salah satu kesuksesan Marotta dalam memimpin kesebelasan adalah transfernya yang selalu efektif. Memang ada beberapa pemain yang gagal ketika didatangi oleh Marotta seperti Krasic dan Matri. Akan tetapi, hal itu tidak menutup kesuksesan Marotta sebagai sosok jitu dalam bergerak di lantai bursa.

Ia meraih kesuksesan ketika berjudi mendatangkan Andrea Pirlo yang statusnya saat itu adalah buangan AC Milan. Lichsteiner dan Vidal direkrut dengan harga kurang dari 20 juta Euro. Pada 2012, ia dengan berani mempersilahkan pergi bintang mereka, Alessandro Del Piero. Namun di sisi lain ia berhasil mendatangkan Paul Pogba yang statusnya saat itu adalah wonderkid. Kehadiran Financial Fair Play tidak membuat luntur insting Marotta dalam mencari pemain yang tepat untuk timnya.

Pada 2013, Marotta memilih untuk merekrut Carlos Tevez. Salah satu alasannya adalah harga Tevez yang hanya 10 juta Euro. Meski irit, namun keputusan ini terbilang tepat. El Apache menjadi aktor utama keberhasilan mereka memenangi liga tiga kali beruntun. Risiko berbuah manis kembali berhasil dilakukan saat mengganti Antonio Conte dengan Massimiliano Allegri.

Keputusan membeli pemain-pemain mahal baru dilakukan Marotta pada 2015. Paulo Dybala, Mario Mandzukic, Alex Sandro, dan Juan Cuadrado didatangkan. Hal tersebut dikarenakan beberapa pilar Juve seperti Andrea Pirlo dan Carlos Tevez memutuskan hengkang sekaligus melakukan regenerasi di beberapa lini yang dianggap sudah menua.

Kejeniusan Marotta kembali terlihat saat mereka kehilangan Paul Pogba pada 2016. Tidak butuh waktu lama, ia berhasil mengganti gelandang asal Prancis tersebut dengan Miralem Pjanic. Tidak hanya itu, ia merekrut Dani Alves, Mehdi Benatia, dan Gonzalo Higuain. Keempat nama tadi kembali membawa Juve ke final liga Champions untuk kedua kalinya dalam kurun tiga musim.

Sebelum menutup kariernya di kota Turin, Marotta mempersembahkan mega bintang Cristiano Ronaldo sebagai hadiah perpisahan. Kedatangan CR7 diharapkan menjadi modal agar bisa memberikan prestasi yang belum bisa diberikan Juve di era Marotta yaitu liga Champions.

Melihat rekam jejaknya, ada baiknya United segera cepat apabila benar-benar tertarik dengan Marotta. Jangan sampai, kegagalan merekrut orang secerdas Marotta akan menimbulkan kerugian bagi Setan Merah di kemudian hari.