foto: sportal.co.nz

Sejak kembalinya Michael Carrick ke tim utama, Manchester United seakan memiliki kehidupan kedua. Setiap Carrick bermain, United selalu berhasil meraih kemenangan. Rekornya adalah enam kemenangan dari enam kali Carrick diturunkan sebagai starter. Plus catatan tambahan 17 gol berhasil dicetak dalam pertandingan-pertandingan tersebut.

Para penggemar United semestinya tidak asing dengan keadaan seperti ini. Tentu masih segar dalam ingatan bagaimana kesebelasan berjuluk Setan Merah ini sangat rapuh dan kesulitan begitu Paul Scholes memutuskan untuk pensiun. Carrick, Darren Fletcher, serta Anderson, yang disiapkan sebagai pengganti, tidak bisa menjalankan peran yang ditinggalkan oleh Scholes.

Kejadian tersebut terulang kembali. Menuanya Carrick tidak dibarengi dengan kesiapan para pemain pengganti untuk menjadi suksesor gelandang Inggris tersebut. Ketika Carrick absen, serangan tim langsung buntu. Aliran bola tidak tentu arah, dan tujuan serangan pun seringnya tidak efektif. Yang pada akhirnya yang sering terjadi adalah United kemudian menelan kekalahan di akhir hari.

Sudah banyak yang dilakukan oleh para juru taktik untuk “mengganti” peran Carrick, mulai dari perubahan taktik hingga mencari suksesor. Bahkan yang terbaru tentunya adalah membawa pulang Paul Pogba yang sudah berguru di Italia dengan harga selangit. Tetapi yang terjadi nyatanya peran Carrick yang katanya hanya bisa mengoper bola ke depan dan jangkauannya tidak luas ini masih tetap saja dibutuhkan. Dan rasanya United perlu waktu sampai akhirnya bisa menemukan pengganti. Sama ketika waktu transisi dari Paul Scholes ke Michael Carrick.

Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi pada gelandang. Manchester United memiliki permasalahan yang serupa di sektor-sektor lain. Ada nostalgia masa lalu yang begitu hebat di posisi tertentu yang begitu ikonik. Berikut di antaranya.

Kiper Hebat

fabian-barthez-talksport

Selepas Harry Gregg yang gagah dan legendaris, United perlu waktu dekade demi dekade untuk menemukan sosok Peter Schmeicel. Dan kiper berjuluk “Great Dane” ini adalah yang kemudian mengenalkan sekaligus menerapkan pakem serta standar, jika United mesti memiliki seorang kiper yang hebat dan penuh aksi penyelamatan di bawah mistar dalam setiap eranya.

Setelah Schmeichel, silih berganti kiper yang diharapkan bisa menjadi pengganti, mulai dari kiper juara dunia Fabien Barthez sampai kiper tangguh macam Tim Howard pun dianggap tidak mampu menjadi suksesor yang sepadan dari seorang Peter Schmeichel.

Era selanjutnya regenerasi terjadi lebih baik. Edwin van der Sar kemudian memberikan kembali apa yang sudah lama hilang, seorang kiper hebat di bawah gawang United. Setelah enam tahun yang luar biasa, termasuk satu tepisan tendangan penalti di final Liga Champions Moskow, Van der Sar kemudian pensiun pada tahun 2011. United kemudian mendapatkan penggantinya dengan cepat. Sempat diisukan akan mengangkut Manuel Neuer, estafet kiper hebat tersebut kemudian jatuh kepada David de Gea. Dan yang selanjutnya seperti yang bahkan dunia pun tahu kalau David bisa jadi merupakan pemain terbaik yang dimiliki United saat ini.

Duet Bek Tengah

Daley Blind dan Eric Baily. Foto: bleacherreport.net
Daley Blind dan Eric Baily. Foto: bleacherreport.net

Duet bek tengah paling tersohor di United di era awal tentunya adalah Steve Bruce dan Garry Pallister. Bruce dan Pally kemudian menjadi patokan bagi duet bek tengah selanjutnya yang dimiliki oleh United. Satu bek tengah yang senang menebas dan menerjang serta satu bek tengah yang lebih kalem dan tenang, serta bisa mengalirkan bola. Setelah Bruce dan Pally kemudian ada Jaap Stam dan Ronny Johnsen yang juga turut andil dalam malam yang luar biasa di Nou Camp pada 1999.

Setelah Stam dan Johnsen, United begitu kesulitan mencari bek tengah yang mumpuni. Laurent Blanc mungkin termasuk yang bagus, tapi sisanya bukan pemain yang betul-betul hebat. Hingga akhirnya United mendapatkan duet bek tengah terbaik dalam sejarah klub: Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic.

Dalam prosesnya pun agak cukup memakan waktu, Rio mesti menunggu sekitar tiga tahun sejak kedatangannya. Barulah ia dipertemukan dengan partner sehati yang mungkin tidak pernah ia duga sebelumnya. Rio dan Vida merupakan bagian penting ketika United mendominasi sepakbola Inggris di paruh terakhir era kepemimpinan Alex Ferguson.

Setelahnya yang terjadi adalah bongkar pasang. Bahkan lebih mirip dengan mobil tua yang sering gonta-ganti onderdil agar bisa tetap berjalan. Phil Jones dan Chris Smalling masih saja belum stabil. Eric Bailly memang memberikan secercah harapan. Tapi Bailly juga masih perlu waktu. Mirisnya adalah United yang sempat memiliki duet bek tengah terbaik di dunia, kini bahkan memaksa seorang pemain bertinggi 5,4 kaki yang berposisi asli bek kiri di sektor tersebut (baca: Daley Blind).

Pemain Nomer Punggung 7

foto: grantland.com
foto: grantland.com

Di antara semua mungkin ini adalah yang paling pelik. Sudah disebutkan sebelumnya dalam tulisan “Ada yang Hilang di Teater Impian”. Bahwa United saat ini mungkin membutuhkan kembali pemain “Nomor Punggung Tujuh” yang benar-benar ideal; yang mampu menjadi ikon klub; yang menjadi interpretasi nilai dan juga kebesaran dari Manchester United.

Sir Alex Ferguson sudah seringkali menceritakan, jika ia pun selalu kesulitan ketika mencar pemain dengan model ikon tersebut pada awalnya. Giggs yang diharapkan untuk mengemban peran tersebut nyatanya bukan tipe pesolek namun lebih pendiam. Hingga akhirnya ia mendapatkan sosok ikon tersebut dalam diri David Beckham.

Setelah Beckham hengkang. Kemudian perlu waktu hingga akhirnya munculah pemain nomer punggung tujuh yang di hari selanjutnya menjadi megabintang sepakbola yang terkenal seantero planet bumi bernama Cristiano Ronaldo. Selepas Ronaldo, nomer punggung tujuh terus berganti tuan namun tak ada yang sanggup untuk setidaknya menyamai karier hebat sang pria Portugal ketika masih berada di Old Trafford.

***

Fenomena seperti ini bisa jadi unik. Karena masalah ikon ini yang kemudian akan menjadi ciri khas sekaligus yang membuat Manchester United akan begitu diingat. Bagaimana kemudian kiper hebat, duet bek tengah tangguh, dan pemain dengan nomer punggung tujuh yang memiliki daya magis, yang kemudian menjadi citra atau brand bagi Manchester United.

Maka, mungkin saja yang terjadi pada tim United yang saat ini ditangani oleh Jose Mourinho adalah perkara seperti ini. Bahwa United masih belum bisa lepas dari brand atau kejayaan masa lalu yang sudah pernah dibuat dan tercatat dengan tinta emas dalam sejarah. Tapi pada dasarnya memang begitu kan ya? Mantan terindah membuat diri susah lupa.