Foto: Telegraph

Musim 1982/1983 merupakan salah satu musim terbaik Manchester United di bawah arahan Ron Atkinson. Ketika itu, Bryan Robson dan kawan-kawan sukses menyelesaikan kompetisi liga di peringkat ketiga untuk dua musim beruntun. Selain itu, mereka juga berhasil meraih trofi Piala FA pada akhir bulan Mei. Gelar tersebut membuat Setan Merah berhasil memutus puasa gelar yang sudah berlangsung sejak 1977.

Sebenarnya, puasa gelar United saat itu bisa dibuka dua bulan lebih cepat. Pada 26 Maret 1983, mereka sukses melaju ke final Piala Liga setelah mengalahkan Arsenal dengan agregat 6-3. Di Wembley, mereka sudah ditunggu oleh Liverpool yang juga memiliki ambisi meraih trofi domestik keduanya saat itu setelah Community Shield. Inilah North west derby pertama yang terjadi pada final Piala Liga.

Kondisi kedua tim bisa dibilang berbeda tipis meski sama-sama langganan papan atas. Sayangnya, United hanya sekadar penggembira. Beda dengan Liverpool yang saat itu adalah salah satu tim kuat di Inggris dan Eropa. Sejak 1972, tim ini tidak pernah berhenti mendapat trofi. Bahkan semusim sebelumnya, mereka adalah juara bertahan Piala Liga. Mereka jelas ingin memberikan banyak gelar pada musim tersebut karena pelatih mereka, Bob Paisley, memutuskan pensiun di akhir musim.

Meski berbeda prestasi, namun derby selalu menghadirkan tensi tinggi dan permainan yang menarik. Itu juga yang terjadi di Wembley saat itu. Kedua kesebelasan saling jual beli serangan dan sama-sama ngotot untuk menghindari kekalahan. Sederet pemain terbaik kedua kesebelasan dimainkan sejak awal. Tidak peduli kalau ini hanya final kompetisi kelas tiga di Inggris.

Bruce Grobbelaar, Alan Hansen, Phil Neal, Kenny Dalglish, dan Ian Rush dimainkan oleh Paisley. Di sisi lain, United memainkan Gary Bailey, Remi Moses, Ray Wilkins, Steve Coppell, dan remaja 17 tahun penuh sensasi, Norman Whiteshide. Semuanya demi satu tujuan yaitu mengangkat trofi yang saat itu bernama Milk Cup tersebut.

United unggul terlebih dahulu melalui Norman Whiteshide pada menit ke-12. Terciptanya gol ini sangat baik. Menerima bola panjang dari Gordon Mcqueen, Whiteshide yang membelakangi gawang tiba-tiba melakukan Cruyff turn untuk mengecoh Alan Hansen. Sepakan mendatarnya juga tidak bisa dijangkau Grobbelaar.

Setelah mencetak gol, United justru kesulitan untuk menambah keunggulan. Sebaliknya, kuartet Duxburry, Moran, McQueeen, dan Albiston, mendapat gempuran dari lini depan dan lini tengah Liverpool. Peluang emas datang dari Ian Rush ketika sepakan jarak dekatnya masih bisa dihalau oleh Bailey.

Bailey menjadi salah satu pemain terbaik United saat itu. Jika tidak ada dia, bukan tidak mungkin gawang United sudah kebobolan lebih dari dua gol. Dua penyelamatan gemilang sukses ia lakukan yaitu ketika menepis sepakan Graeme Souness dan sepakan jarak dekat David Fairclough.

Namun, lama-kelamaan Bailey tidak sanggup terus-terusan dibombardir. Pertahanan yang keropos itu akhirnya jebol juga. Sepakan jarak jauh Alan Kennedy tidak bisa ditahan oleh Bailey. Apes karena gol itu terjadi 10 menit sebelum pertandingan berakhir. Skor 1-1 membuat laga harus dilanjutkan ke extra time.

Selepas kebobolan, United justru makin sulit untuk keluar dari tekanan Liverpool. Mereka terlihat kelelahan ketika memasuki tambahan waktu. Whiteshide sudah kesulitan bekerja sendiri di depan. Perlu diingat, kalau pergantian pemain saat itu hanya satu dan belum tiga sampai empat seperti sekarang. Siapa yang siap bermain 120 menit maka dia punya peluang yang besar untuk menang.

Liverpool akhirnya yang berhasil memenangkan pertandingan. Menit ke-99, Ronnie Whelan melepaskan sepakan lengkung yang mengecoh Bailey. Liverpool unggul dan tidak bisa dikejar oleh United. Skor 2-1 bertahan hingga akhir pertandingan dan membuat Liverpool mempertahankan gelar yang ia raih semusim sebelumnya sekaligus pembalasan dendam Liverpool kepada United setelah ambisi treble mereka pupus pada 1977.

Pensiunnya Paisley berakhir dengan manis karena Liverpool menutup musim dengan kembali menjadi juara liga. Sementara United harus menunggu dua bulan lagi untuk mencapai final ajang piala yaitu Piala FA. Beruntung, kesempatan ketiga main di Wembley (final diulang karena bermain imbang 2-2) tidak disia-siakan oleh Atkinson. United menang 4-0 atas Brighton and Hove Albion melalui dua gol Robson, dan masing-masing satu dari Whiteshide dan Muhren.