Foto: StraitTimes

Manchester United akhirnya mendapat rekrutan baru pada bulan Januari ini. Sayangnya, sosok baru tersebut bukanlah seorang pemain sepakbola. Dia adalah Neil Ashton, mantan wartawan yang diangkat Ed Woodward sebagai konsultan media United dengan misi khusus yaitu mempermbaiki citra sang wakil dewan eksekutif.

Kekalahan dari Burnley membuat amarah para pendukung Manchester United memuncak. Penonton mulai tidak percaya kepada United dengan munculnya aksi meninggalkan stadion pada menit ke-84. Segalanya menjadi lebih buruk ketika muncul himbauan kepada suporter United untuk meninggalkan stadion pada menit ke-58 saat mereka menjamu Wolverhampton pada 1 Februari. Aksi ini bisa saja terjadi lebih cepat, jika dua laga terakhir Setan Merah pada Januari ini tidak dimainkan di kandang lawan.

Ed Woodward menjadi orang yang terpojok. Kesabaran penggemar nyaris selama tujuh tahun akhirnya tidak bisa ditahan lagi. Woodward, dan keluarga Glazer, harus segera dijatuhkan bagaimana pun caranya meski itu mengorbankan klub untuk tidak mendapat dukungan sama sekali.

“Sementara Ed Woodward mendapat dukungan dari pemilik dan dibayar mahal, namun ada kemungkinan ia akan menjadi bosan dengan kritik dan memutuskan untuk pergi sendiri,” tutur jurnalis BBC, Simon Stone.

Namun, Ed tetap orang yang pintar. Jika dia bisa membuat United konsisten menjadi tim yang meraih pendapatan terbaik di Eropa, maka dia juga bisa mengusahakan diri untuk keluar dari situasi terpojok yang dia alami sekarang ini. Caranya adalah dengan mencari orang-orang yang bisa diajak bekerja sama. Oleh karena itu, dipilihlah Ashton sebagai klien dengan tugas memperbaiki citra pribadinya agar tempatnya sebagai wakil dewan eksekutif aman.

Ashton bukan jurnalis abal-abal. Ia bisa dibilang adalah salah satu yang terbaik ketika masih bekerja di NBC Sports dan Sky Sports. Ia juga menjadi chief football reporter di harian The Sun. Pekerjaan tersebut kemudian ia tinggalkan demi meluncurkan bisnis konsultan medianya sendiri dengan Ed Woodward dan Manchester United menjadi klien pertamanya dan sudah mengeluarkan serangan pertamanya kepada penggemar United yang menghujat Woodward.

“Pekerjaan saya adalah membangun kembali Manchester United. Saya mengenal Ed Woodward dan banyak sekali berita-berita yang tidak akurat tentang dirinya. Dia adalah pria yang sangat mencintai Manchester United. Saya ingin mengubah persepsi tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga sebagai bagian dari kepemilikan klub,” ujar Ashton.

Tugas Ashton untuk memulihkan citra Woodward sebenarnya berbanding terbalik dari apa yang pernah ia tuliskan di The Sun 18 bulan lalu. Saat itu, beberapa artikelnya cenderung menyudutkan Woodward dengan memintanya untuk mendukung Solskjaer dan staf pelatih melalui transfer mengingat kompetisi Premier League dikenal sengit dan tidak kenal ampun. Pada Mei 2019, artikel lain muncul dengan isi Woodward harus membantu Solskjaer keluar dari masalah yang ia temui jelang musim 2018/2019 berakhir.

Foto: ProlificNorth

Woodward tampak sedang giat-giatnya mencuri hati jurnalis-jurnalis di Inggris untuk membuat propaganda demi memulihkan citra dirinya yang sekarang semakin memburuk di depan penggemar Setan Merah. Sebelum Ashton, ada Neil Custis yang juga beberapa kali berusaha membela Woodward meski ia tidak dikontrak sebagai konsultan oleh kubu United. Sama seperti Ashton, Custis juga bekerja untuk The Sun.

“Tiga setengah tahun terakhir klub masih membawa Piala FA, Piala Liga, Liga Europa, dan meraih posisi kedua Premier League. Sejak pensiunnya Sir Alex Ferguson pada 2013, United membuat pengeluaran hingga 550 juta pounds. Namun, angka itu menunjukkan bahwa sejauh mana David Moyes, Louis van Gaal, Jose Mourinho, dan Solskjaer, didukung pada bursa transfer,” tuturnya.

Custis bisa dibilang jauh lebih frontal dalam mendukung Woodward. Ia menyebut kalau United tidak perlu orang yang dipekerjakan sebagai direktur olahraga. Mereka sudah punya beberapa orang yang bisa mengerjakan tugas layaknya sporting director.

“Orang seperti Sir Alex saja tidak butuh direktur olahraga dan saat ini mereka punya sekitar lima orang yang melakukan tiap helai dari pekerjaan itu. Semua pembelian tidak dilakukan lewat Woodward. Joel Glazer dan orang-orang yang lain adalah yang memegang keputusan terakhir. Jika manajer seperti Van Gaal dan Mourinho membeli seorang pemain, maka mereka tidak akan bertanya siapa itu Woodward, siapa itu David Gill. Mereka pasti akan datang.”

“Lagipula, bukankan David Gill itu keberatan dengan datangnya Glazer dan menyebut kalau utang adalah jalan menuju kehancuran, tapi dia justru membantu dengan bertahan selama delapan tahun lagi. Sir Alex bahkan tidak pernah sekalipun mengkritik pemilknya yang menghabiskan ratusan juta untuk membayar utang,” tuturnya menambahkan.

Narasi-narasi seperti ini jamak dilakukan kubu Woodward dan Glazer untuk menyerang balik suporter Manchester United. Mereka jelas mempertanyakan ada di mana aksi protes mereka saat tim ini masih bergelimang gelar bersama Sir Alex Ferguson. Tandanya, mereka masih bisa meraih prestasi meski dipimpin oleh orang-orang seperti mereka.

Apa yang diucapkan Ashton dan Custis ini sudah pasti membuat penggemar tambah berang. Perseteruan antara manajemen dengan suporter kini sudah memasuki babak baru. Yang kasihan sudah pasti Solskjaer dan para pemain di atas lapangan. Mereka tidak bisa bergerak ke mana-mana karena suporter siap meninggalkan mereka untuk sementara sedangkan manajemen berusaha untuk memulihkan citra mereka.