Foto: Bleacher Report

Brasil 1982 disebut-sebut sebagai salah satu generasi emas timnas sepakbola Brasil sepanjang sejarah. Mengikuti filosofi sang pelatih Tele Santana, yang menganut paham kalau sepakbola adalah sebuah pertunjukkan yang layak ditonton, tim ini menggemparkan dunia melalui permainan cantik yang kerap disebut sebagai Jogo Bonito.

Sayangnya, tim Brasil 1982 ini tidak pernah meraih gelar juara dunia. Bersama timnas Hungaria 1954 (Magical Magyars) dan Belanda (Total Football) 1974, mereka kerap disebut sebagai juara tanpa mahkota. Pada Piala Dunia 1982, Brasil takluk dari Italia yang kemudian menjadi juara dunia. Meski begitu, tidak ada cercaan dan ejekan yang hadir. Rakyat Brasil tetap mengakui kalau Brasil 1982 adalah tim sepakbola terbaik karena apa yang mereka tampilkan di atas lapangan.

Keberhasilan Tele Santana memperagakan sepakbola indah juga tidak lepas dari peran para pemainnya. Mereka saat itu punya Zico, Socrates, Falcao, Luizinho, Serginho, hingga Eder. Nama yang disebut terakhir ini adalah pemain sayap kiri yang dibekali kecepatan luar biasa dan memiliki kekuatan kaki kiri yang mumpuni.

Pada Piala Dunia 1982, Eder memukau Brasil dengan mencetak gol indah ke gawang Uni Soviet dan berada pada peringkat tujuh gol terbaik Brasil di Piala Dunia versi FIFA. Selain itu, ia juga mencetak gol indah ke gawang Skotlandia pada pertandingan berikutnya melalui lob yang juga tidak kalah indahnya.

Eder di Piala Dunia 1982 (Foto: Independent)

Sosok Eder menjadi favorit di timnas Brasil saat itu bersanding dengan Zico dan juga Socrates. Salah satu yang mengaku terinspirasi dari pria berusia 62 tahun ini adalah gelandang Manchester United, Fred. Pemain yang musim ini menjadi andalan Setan Merah merupakan mantan murid di sekolah sepakbola yang dimiliki oleh Eder. Rasa hormat ia berikan kepada pria yang sudah memberikan wadah untuk dirinya bisa menjadi seperti sekarang.

“Dia adalah seorang pelatih dan dia adalah orang yang hebat. Saya sangat senang dilatih olehnya. Dari situlah semuanya dimulai untuk saya, bahkan untuk waktu yang singkat. Dia adalah orang yang hebat. Saat ini, ia melatih di klub kota asalku, Atletico Mineiro dan saya berharap yang terbaik untuknya karena dia adalah orang yang top,” kata Fred pada Inside United edisi Maret.

Menjadi pemain sepakbola adalah impian semua anak-anak di Brasil. Mereka menjadikan sepakbola sebagai jalan untuk keluar dari kemiskinan. Oleh karena itu, mereka harus bersaing satu sama lain untuk bisa menarik hati para pemandu bakat agar mau membawanya ke Eropa.

“Brasil adalah negara besar yang dimana ada 10 anak yang semuanya ingin menjadi pemain sepakbola. Saya tumbuh di lingkungan sepakbola, bermimpi menjadi pemain profesional dan menjadi pemain hebat. Ibu dan ayah saya selalu berpengaruh besar, mereka membantu segalanya seperti keluarga, sekolah, pekerjaan rumah, dan sepakbola. Ini semua sangat penting karena saya dibesarkan dengan cara terbaik yang bisa dibayangkan. Saya berterima kasih kepada semua orang yang membantu saya dalam perjalanan ini. Melihat lagi ke belakang, saya sadar kalau perjalanan saya sangat berharga.”

Selain Eder, sosok lain yang berpengaruh besar terhadap karier Fred adalah Fernandao. Dia adalah pemain sepakbola asal Brasil yang pernah bermain untuk dua klub Prancis yaitu Marseille dan Toulouse. Sosok kelahiran Goiania ini merupakan orang yang memberikan debut kepada Fred di sepakbola internasional. Sayangnya, Fernandao tidak bisa melihat Fred berkarier di Inggris karena dia sudah meninggal dunia pada 2014 lalu akibat kecelakaan helikopter.

“Saran terbaik yang pernah saya terima datang dari Fernandao, seorang pelatih yang sudah meninggal dunia, Fernandao. Dia yang memainkan saya di tim utama ketika saya berkarier profesional di Internacional. Dia tahu saya suka sepakbola.”

“Setelah pertandingan pertama saya, dia datang dan mengatakan kepada saya agar jangan kehilangan hasrat dan motivasi untuk terus bermain sepakbola. Nasehat yang sangat penting, karena berpengaruh besar terhadap karier saya. Itulah sarang terbaik yang pernah saya miliki dalam hidup dan seluruh karier saya,” ujarnya.

Bukan tidak mungkin, saran dari Fernandao ini yang membuat Fred tidak putus asa meski sempat berada dalam tekanan besar ketika menjalani musim pertamanya di kompetisi sepakbola Inggris. Fred kemudian bangkit pada musim keduanya dan kini menjadi andalan Setan Merah di lini tengah.