Foto: Standard.co.uk

Ole Gunnar Solskjaer berhasil memberikan hasil positif yang luar biasa dengan meraih tujuh kemenangan beruntun di semua ajang. Bukan cuma memperbaiki posisi United di klasemen, Solskjaer juga membuat rasa percaya diri penggemar MU kian meningkat. Pasalnya, ia bukan cuma menghadirkan kemenangan, tapi juga gaya main yang selama ini dianggap hilang dari The Red Devils.

Sejak era Sir Alex Ferguson, Manchester United pernah ditangani David Moyes, Ryan Giggs, Louis van Gaal, dan Jose Mourinho. Dari semua manajer ini, secara permainan, baru di bawah Solskjaer, MU tampil mirip di era Ferguson: menguasai pertandingan tapi efektif kalau diperlukan. Sebenarnya ada sejumlah hal yang berhasil diubah Solskjaer secara perlahan, mulai dari kemampuan mengorganisasi pemain, sampai taktik dan filosofinya di atas lapangan.

Nafas Ferguson

Sebagai pemain, Solskjaer bergabung dengan Manchester United pada musim 1996/1997 dan pensiun pada akhir musim 2006/2007. Artinya, ia sudah 10 tahun mendapatkan arahan dari Sir Alex Ferguson di ruang ganti. Lalu, pada musim 2007/2008 Solskjaer menjadi pelatih untuk ara penyerang United. Pada 2008, ia pun menjadi pelatih tim United Reserves.

Pengalaman yang begitu lama bersama Ferguson, membuat Solskjaer pun punya nafas yang hampir mirip dengannya. Hal ini juga diungkapkan oleh mantan kiper United, Tim Howard. Menurut kiper berkebangsaan Amerika Serikat tersebut, Solskjaer berhasil memberikan kehidupan baru di skuat United. Howard pun memuji etos kerja dan taktik pelatih berkebangsaan Norwegia tersebut.

“Anda selalu ingin melihat Manchester United di atas sana, itu adalah tempat di mana mereka pantas berada,” kata Howard.

“Jelas, dengan Ole Gunnar datang dan memainkan gaya yang amat mirip dengannya dan menggemakan beberapa pemikiran Sir Alex Ferguson dalam hal bermain menyerang, mengumpan ke depan, dan menjadi agresif.”

“Anda bisa melihat bahwa mereka punya para pemain yang bisa melakukan itu dan mereka cuma butuh lepas dari belenggu. Ole Gunnar telah memberikan mereka kehidupan yang baru.”

Permainan Menyerang Solskjaer

Yang membedakan antara Manchester United di era Solskjaer dengan Mourinho adalah reaksi para pemain ketika menyerang. Solskjaer tampak membebaskan Paul Pogba beraksi di lini tengah dan memaksimalkan semua kreativitasnya. Sejauh ini, memang Pogba yang menjadi sorotan karena penampilannya yang berubah drastis.

Padahal, dampak yang diberikan Solskjaer lebih dalam daripada sekadar membebaskan Pogba. Ini bisa dilihat dari pergerakan para pemain, utamanya full-back United, yang menurut Solskjaer mestinya bisa lebih naik untuk membantu serangan.

Hal ini diungkapkan oleh Ryan Giggs ketika keduanya menyaksikan pertandingan United sebelum Solskjaer menjabat sebagai manajer sementara klub. Pada 23 Oktober 2018 lalu, Solskjaer menyaksikan MU dikalahkan 0-1 oleh Juventus di fase grup Liga Champions. Ia yang duduk di director box langsung menyampaikan pendapatnya soal permainan United pada Giggs. Kala itu, Luke Shaw dan Ashley Young diturunkan sepasang sebagai fullback. Solskjaer sendiri diketahui menyukai permainan keduanya terutama ketika membantu penyerangan.

“Aku sedang duduk di sebelahnya dan dia menunjuk, ‘lihat full-back-nya, mereka tak cukup tinggi (garis pertahanannya)’. Hal yang biasa kami lakukan, hal yang biasa diasosiasikan dengan Manchester United,” kata Giggs.

Menurut Giggs, setiap kesebelasan perlu mencetak gol. Caranya adalah dengan menyerang dan meninggikan garis pertahanan. Di pertandingan tersebut, Solskjaer sempat punya pandangan positif kalau MU akan punya peluang. Namun, melihat dalamnya kedua fullback, Solskjaer pun merasa kalau United akan bertahan karena bermain lebih dalam. Padahal, United punya pemain depan yang punya kualitas amat mumpuni untuk memberikan dampak.