Dari Andrea Berta hingga Mochi. Dari Peter Schmeichel sampai Edwin Van Der Sar. Nama-nama tadi sempat digadang-gadang akan menjadi direktur sepakbola pertama sepanjang sejarah Manchester United. Namun hingga tulisan ini dibuat, kabar terkait pengangkatan direktur sepakbola masih sebatas wacana.
Kabar terakhir menyebut kalau Setan Merah akan mengangkat direktur sepakbola paling cepat sebelum awal musim depan. Akan tetapi, belum diketahui secara spesifik pada bulan apa dan siapa yang akan mengemban jabatan tersebut. Isu berkembang kalau United diharapkan sudah memiliki seorang direktur teknik pada awal Juni. Kemungkinan besar orang yang akan bekerja di posisi baru tersebut adalah orang dalam klub yang sudah paham filosofi Manchester United.
Jabatan direktur olahraga, sepakbola, teknik, atau apa pun itu namanya, menjadi topik yang terus menyertai perjalanan klub ini sejak ditinggal Sir Alex Ferguson pada 2013 lalu. Puncaknya terjadi pada musim panas 2018 lalu ketika timbul percekcokan antara Jose Mourinho dan orang yang mengurus pembelian pemain United, Ed Woodward, terkait pergerakan tim pada bursa transfer. Mourinho yang saat itu menginginkan pemain belakang tambahan ternyata tidak digubris oleh Ed. Menurut Ed, pemain belakang yang masuk dalam daftar incaran seperti Harry Maguire, Godin, Jerome Boateng, hingga Toby Alderweireld tidak memiliki harga yang cocok. Sejak saat itu, hubungan keduanya memanas.
Keadaan semakin menyudutkan United ketika beberapa waktu lalu Louis Van Gaal menyindir United sebagai klub yang mementingkan aspek komersial alih-alih fokus ke lapangan sepakbola. Koresponden The Times, Oliver Kay, menambahkan kalau United lebih jago di luar lapangan ketimbang di dalam lapangan. Kata-kata di luar lapangan ini mengarah pada penjualan jersey para pemain mereka yang laris manis di pasaran meski klub tidak punya prestasi yang bisa dibanggakan dalam enam tahun terakhir.
Sejak ditinggal duet Sir Alex Ferguson dan David Gill, pergerakan United di bursa transfer terbilang tidak terkendali. Mereka mengeluarkan hampir 12 triliun rupiah untuk mendatangkan beberapa pemain yang mayoritas adalah nama besar. Akan tetapi, beberapa pembelian tersebut justru tidak mengangkat prestasi tim ini. Sebaliknya, para pemain baru ini memberikan masalah tersendiri.
Angel Di Maria konflik dengan Louis Van Gaal. Memphis Depay mendadak flop meski datang dengan status pemain terbaik dan top skor Liga Belanda. Hal serupa juga menimpa Henrikh Mkhitaryan. Daftar ini belum menyertakan Morgan Schneiderlin, Daley Blind, Bastian Schweinsteiger, Alexis Sanchez, hingga Fred yang kualitasnya ternyata biasa-biasa saja setelah direkrut. Kini, mereka terancam kehilangan Ander Herrera secara gratis.
Bahkan beberapa nama juga sebenarnya didatangkan tanpa persetujuan Mourinho. Paul Pogba contohnya. Mourinho sebenarnya tidak terlalu menginginkan gelandang Prancis ini untuk datang. Alasannya sama dengan keputusan Ferguson melepas Pogba yaitu keberadaan Mino Raiola sebagai agen. Akan tetapi, Ed tetap mendatangkan Pogba karena memiliki nilai jual.
Alasan ini pula yang membuat Ed ingin menggelontorkan dana untuk bek Real Madrid, Raphael Varane. Rumor menyebut kalau mereka siap memecahkan rekor transfer klub demi bek tengah asal Prancis tersebut. Alasannya satu, nama Varane bisa ‘dijual’ seperti rekan senegaranya tersebut.
Direktur Sepakbola Bisa Membantu Kinerja Solskjaer
Dalam kesebelasan yang memiliki seorang direktur sepakbola, maka tugas paling utama yang harus dikerjakan adalah menjembatani manajemen klub dengan tim pelatih. Ketiga orang ini biasanya akan bertemu jika membahas mengenai jual beli pemain. Orang dengan pekerjaan ini yang selama 140 tahun tidak dimiliki United.
Sebelumnya, United memiliki David Gill. Namun dia bukanlah seorang direktur sepakbola melainkan CEO dari United. Beruntung, ayah dari Oliver Gill ini mempunyai kemampuan kerja sama yang bagus dengan Ferguson terutama dalam hal negosiasi pemain dan kontrak.
Ole Gunnar Solskjaer, yang sudah diangkat sebagai manajer permanen United, tentu butuh sosok sekaliber David Gill. Meski ia bisa membangkitkan semangat bertanding para pemain yang sudah melemah ketika masih dipegang Mourinho, namun tidak bisa dipungkiri kalau Ole masih butuh banyak belajar soal cara merekrut dan menjual pemain.
“Solskjaer butuh orang-orang berkualitas dan struktur yang kuat untuk memastikan United memiliki kelebihan dalam merekrut pemain. Hal itu sangat penting. Solskjaer tidak akan sukses di United kecuali klub mampu memiliki orang-orang yang tepat. Orang-orang yang bisa menjamin kalau dia mendapatkan pemain yang diinginkan,” kata Gary Neville.
Hal serupa juga dikatakan oleh Rory Smith. Jurnalis sepakbola Inggris ini menyebut jika ada satu kelemahan Ole Gunnar Solskjaer yang harus diperbaiki adalah kemampuannya dalam mendatangkan pemain di bursa transfer.
Saat masih menangani Cardiff di Premier League 2013/2014, Ole mendatangkan tujuh pemain pada bursa transfer Januari. Beberapa diantaranya adalah pemain yang sudah punya nama seperti Fabio dan Wilfried Zaha. Selain itu, Ole mendatangkan anak asuhnya di tim akademi United, Matts Daehli dan merekrut Magnus Eikrem yang saat itu bersinar bersama Heerenveen. Akan tetapi, nama-nama tadi tidak mengangkat mereka dari zona degradasi hingga akhir musim.
Musim berikutnya, Ole mendatangkan 12 pemain. Namun, ternyata hasilnya sama saja. Cardiff tidak menunjukkan penampilan yang memukau hingga akhirnya membuat Ole dipecat dari kursi manajer Cardiff pada 18 September.
“Kualitas yang tidak cukup dikuasai Ole adalah rekrutmen. Pemain-pemain yang ia datangkan nyaris tidak membawa dampak apa pun untuk tim yang akhirnya membawa kami ke divisi dua. Itulah yang membuatnya pergi tidak lama kemudian,” kata mantan penggawa Cardiff asuhan Ole, Tommy Smith.
Kita bisa berkilah kalau kas Cardiff memiliki nominal yang tidak sebanyak kepunyaan Setan Merah. Namun, kejadian seperti ini bukan tidak mungkin akan terjadi lagi pada bursa transfer pertama Ole sebagai manajer tetap. Oleh karena itu, United secepatnya butuh seorang direktur olahraga yang bisa bekerja sama dengannya soal jual-beli pemain. Akan tetapi, itu semua masih sebatas wacana.
Sumber: The Times, Sky Sports, BBC, Pandit Football