Foto: Manchester Evening News.

Kamis (17/1) malam kemarin, pesta demokrasi Indonesia dimulai. Bertempat di Hotel Bidakara, Pancoran, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar debat pertama Pemilihan Presiden 2019. Kedua calon presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, mengutarakan gagasannya terkait hukum, hak asasi manusia (HAM), korupsi, dan terorisme.

Debat selalu menjadi sesuatu yang menarik untuk diikuti. Hal ini dikarenakan masing-masing pihak akan mencoba mempertahankan argumen sekaligus menelaah gagasan yang dikeluarkan oleh lawannya. Adu sudut pandang ini bertujuan untuk menggugah banyak pihak untuk berpikir kritis satu sama lain. Dalam debat pemilihan umum, hal ini juga menjadi cara untuk meyakinkan para pendukungnya kalau ia adalah sosok yang tepat untuk menjadi yang terbaik ketika pemilihan nanti.

Selain politik, debat juga kerap muncul di dunia olahraga, khususnya sepakbola. Biasanya, perdebatan akan muncul ketika kita memilih siapa yang terbaik diantara dua pemain. Tidak hanya itu, perdebatan juga akan terjadi ketika kita menilai kelayakan seorang pemain saat memenangi sebuah penghargaaan.

Terpilihnya Luka Modric sebagai pemenang Ballon D’Or, gol Mohamed Salah yang didaulat meraih Puskas Award, serta siapa yang terbaik diantara Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, adalah topik-topik yang kerap memicu perdebatan di sepakbola. Bahkan jauh sebelum era CR7 dan Messi, perdebatan di dunia sepakbola sudah dimulai ketika kita disuruh menilai siapa yang lebih hebat antara Pele dan Diego Maradona.

***

Perdebatan juga kerap mewarnai hari-hari para penggemar Manchester United. Mereka biasanya akan berdebat dengan penggemar klub lain untuk mengukuhkan klub pujaan mereka sebagai yang terbaik. Pendukung United datang dengan argumen 13 trofi Premier League. Akan tetapi, hal ini dibantah oleh mereka yang memuja Liverpool kalau United tidak bisa meraih lima trofi Piala Champions seperti yang dilakukan The Reds.

Debat menjadi lebih seru ketika penggemar Arsenal merasa kalau diri mereka yang terbaik karena menjadi satu-satunya tim di era Premier League yang menjuarai liga tanpa terkalahkan. Akan tetapi, barisan pemakai baju biru muda dengan sombong menyebut kalau klub merekalah yang terbaik karena bisa mencapai 100 poin di kompetisi yang sama.

Saling patah mematahkan argumen bahkan bisa terjadi sesama suporter United. Topik perdebatan klasik yang sedang berlangsung saat ini adalah tentang pemilihan pelatih anyar. Ada yang meminta Ole Gunnar Solskjaer dipertahankan, namun tidak sedikit yang merasa kalau Solskjaer masih belum layak diberi kontrak panjang meski memulai pekerjaannya dengan sangat baik.

Debat lainnya adalah apakah Mourinho patut diberikan apresiasi selama dua setengah musim kepelatihannya di kota Manchester. Secara rasio kemenangan, The Special One menjadi pelatih yang memiliki rataan kemenangan tertinggi. Berkat Mourinho pula United meraih finis tertinggi dan meraih Liga Europa, yang membuat mereka menjadi kesebelasan Inggris kedua yang memenangi seluruh trofi yang berada dalam naungan UEFA.

Akan tetapi, mereka yang kontra akan menyebut kalau Mourinho tidak layak diberikan apresiasi dalam bentuk apapun. Karena pria asal Portugal tersebut, identitas United yang dikenal bermain menyerang dan penuh dengan kecepatan berubah menjadi permainan pragmatis yang cenderung menekankan hasil akhir.

Perdebatan lainnya adalah soal filosofi klub. Hal ini terkait dengan apakah klub ini harus mempertahankan sejarah mereka yaitu mempromosikan pemain dari akademi, atau berubah menjadi klub yang serba instan dan membeli pemain-pemain bintang.

Sebelumnya, United dikenal sebagai kesebelasan yang jarang membeli pemain-pemain mahal dengan jumlah yang besar. Mereka akan membeli pemain murah yang belum menjadi bintang untuk dipoles menjadi pemain yang penting bagi perjalanan klub di semua kompetisi.

Akan tetapi, dalam beberapa musim terakhir United kerap membeli bintang-bintang mahal. Romelu Lukaku, Paul Pogba, Angel Di Maria, dan Henrikh Mkhitaryan, adalah pemain-pemain yang didatangkan klub dengan nilai yang bisa dibilang sangat mahal. Sayangnya, beberapa dari mereka bahkan sudah pergi meninggalkan klub ini karena permainannya tidak berkembang bersama United.

Menilai kelayakan para pemain United saat ini juga kerap memancing kita untuk berdebat. Hal ini biasanya terjadi saat bursa transfer sedang dibuka seperti sekarang ini. Beberapa hari terakhir, United dikabarkan siap melepas Marcos Rojo. Penjualan Rojo terpaksa dilakukan untuk mencari pemain yang jauh lebih fit.

Para pemuja Marcos Rojo tentu tidak senang dengan berita ini. Mereka merasa kalau pemain Argentina ini tidak pantas untuk dijual karena Rojo adalah pemain yang kerap mengerahkan seluruh kemampuannya meski kariernya kerap bermasalah dengan cedera. Namun bagi mereka yang menolak, Rojo hanya akan menjadi benalu bagi tim karena kontribusinya yang kurang maksimal dalam beberapa musim terakhir.

Selain Rojo, kita juga kadang-kadang berdebat mengenai apakah pemain seperti Marouane Fellaini, Phil Jones, Chris Smalling, Antonio Valencia, dan Ashley Young, masih layak dipertahankan oleh United pada musim ini.