Foto: The Footy Blog

Para pecinta sepak bola era 1990-an mungkin mengenal nama pemain yang satu ini. Dia pernah menjadi salah satu bintang sepak bola Eropa pada masa itu. Namanya Darko Pancev. Dulu dikenal sebagai pahlawan sepak bola Yugoslavia, sebelum negara federal itu pecah, dan dia pun memilih untuk membela tim nasional Makedonia, karena lahir di Skopje, kini jadi kota terbesar sekaligus ibukota negara tersebut. Salah satu pencapaian terbaik dalam karier profesionalnya adalah meraih Sepatu Emas Eropa 1990/1991 alias pencetak gol terbanyak liga-liga negara Eropa dalam semusim.

Saat itu Pancev mencetak 34 gol dalam 32 laga di Liga Yugoslavia bersama Red Star Belgrade, salah satu klub raksasa Eropa Timur yang kini bergabung dalam Liga Serbia dengan nama Crvena Zvezda. Pada musim itu pula mereka memenangkan Liga Champions untuk pertama kali dan satu-satunya hingga saat ini. Selain itu, pemain yang mengawali karier dengan FK Vardar; kini di Liga Makedonia itu juga mengantarkan Red Star menjuarai Liga Yugoslavia tiga musim beruntun sejak 1989/1990; sebelum dibubarkan pada 1992, serta Piala Yugioslavia 1989/1990 dan Piala Interkontinental 1991.

Berkat prestasinya itu, sekaligus menjadi pencetak gol terbanyak Liga Yugoslavia dalam tiga musim beruntun sebelum hijrah pada musim panas 1992, Pancev pun diburu oleh klub-klub raksasa Eropa Barat. Salah satunya adalah Manchester United. Tapi, dia akhirnya lebih memilih pindah ke Inter Milan di Serie A Italia, yang ternyata malah jadi kesalahan terbesar dalam kariernya.

“Saya sangat populer pada tahun 1992 dan menerima banyak tawaran transfer, tetapi sayangnya memutuskan untuk klub yang salah,” ungkap Pancev kepada media Jerman, Der Tagesspiegel belum lama ini.

“Inter memiliki tim rata-rata di bawah bayang-bayang rival sekota, AC Milan. Selain itu, saya juga memiliki perbedaan pendapat dengan pelatih di masa itu Osvaldo Bagnoli, yang tentu saja kontra produktif,” kata Pancev lagi, saat itu masih berusia 27 tahun.

Sebenarnya, masih ada kesempatan kedua baginya tak lama setelah itu. Manajer legendaris Sir Alex Ferguson rupanya mengirimkan tawaran langsung padanya untuk bergabung dengan tim Setan Merah, pada bursa transfer musim dingin 1993. Namun, lag-lagi membuat kesalahan, hanya karena ingin memberikan bukti di Italia.

“Musim dingin berikutnya saya menerima tawaran dari Sir Alex Ferguson, yang ingin membimbing saya ke United. Namun, saya tidak mengikuti panggilan itu, karena saya ingin membuktikan pada Italia bahwa saya bisa melakukannya di Serie A. Saya bodoh,” ucap Pancev melanjutkan ceritanya.

Kariernya di ‘Negeri Pizza’ memang jadi ‘mimpi buruk’, seperti roda yang berputar; setelah di atas tiba-tiba berada di bawah pada periode berikutnya. Selama tiga musim, dia hanya bermain dalam 29 laga dengan 10 gol, dan sempat dipinjamkan ke VfB Leipzig di Jerman pada awal Januari 1994.

Pada 2002, Pancev pernah menceritakan penyebab ‘hancurnya’ kariernya di Italia itu. “Ada striker yang tidak berlari dan ada striker yang berlari. Saya adalah salah satu striker dengan bakat alami untuk mencetak gol, dan saya berlari hanya ketika saya berada dalam jarak 30 meter dari gawang. Sayangnya Inter tidak mau menerima gaya permainan itu,” ceritanya dikutip dari Wikipedia.

Dia juga mengeluhkan sikap rekan setim yang dinilainya tidak bersahabat terhadap pemain asing di ruang ganti. Bahkan, Pancev menyebut pemain bintang seperti Walter Zenga adalah di antaranya.

“Mereka adalah masalah saya! Mereka memaksa Bagnoli, yang merupakan pelatih ‘lemah’ untuk memainkan Salvatore Schillaci, bukan saya. Saya pernah bertemu Zenga saat jadi pelatih National Bucharest [klub Rumania pada 2002/2003], dan berkata, ‘Saya harap kamu jadi pelatih yang lebih baik dari Bagnoli di Inter’. Saya mengatakannya untuk mengingatkannya pada masa itu. Bergabung ke Inter adalah kesalahan terbesar saya dalam sepak bola,” lanjut pemain yang membela Vardar enam musim dan dan Red Star empat musim; keduanya di Yugoslavia, sebelum pindah ke Inter itu.

“Pada 1992, saya adalah striker top di Eropa. Saya bisa pergi ke mana saja yang saya inginkan; Real Madrid, Barcelona, ​ United. Karier saya akan jauh lebih kaya, dalam hal sepak bola dan finansial, jika saya memilih mereka. Dan saya hanya salah satu pemain yang kariernya di Inter jadi hancur; lihat Wim Jonk, Matthias Sammer, Igor Shalimov [rekan-rekan setimnya saat itu yang juga pemain asing]. Dennis Bergkamp pergi setelah dua tahun, dan dia membutuhkan setahun di Inggris untuk menemukan dirinya lagi,” pungkasnya.

Sejak itu, karier Pancev tak pernah lagi kembali ke posisi tertinggi, hingga dia pindah ke Fortuna Dusseldorf pada 1995 dan FC Sion di Swiss pada musim berikutnya, sebelum memutuskan pensiun pada 1997 meskipun usianya baru menjelang 32 tahun.