Foto: Reddit.com

Pada bagian pertama, Paul Scholes menceritakan pandangannya mengenai situasi lini per lini Manchester United musim ini. Dan pada bagian kedua ini, Scholes mengungkapkan pendapatnya soal Paul Pogba, Romelu Lukaku, Jose Mourinho, dan kebangkitan Liverpool dan Manchester City.

***

“Seharusnya kami tidak mengalami perbedaan dengan Manchester City dan Liverpool tetapi kenyataannya tidak demikian. Sekarang harus saya bilang kalau United terasa seperti Liverpool terutama sejak tahun lalu. Kita membuat kesalahan seperti yang mereka kerap lakukan beberapa waktu sebelumnya.”

“Kami suka menertawakan mereka dari jauh saat Liverpool dan City berganti-ganti manajer dan membeli pemain setiap tahun. Kami tertawa melihat mereka tidak bisa melakukan sesuatu yang benar. Sekarang semuanya sedang berbalik. Rasanya kita telah berubah menjadi Liverpool atau Manchester City.”

“Saya merasa orang-orang di Liverpool dan Manchester City sedang melihat kami dan tertawa seperti yang kami lakukan pada mereka bertahun-tahun yang lalu. Tetapi jika Anda melihatnya ke seberang jalan, maka mereka sebenarnya melakukan segalanya dengan benar. Mereka berhasil membawa manajer terbaik di dunia. Mereka membawa staf untuk bertanggung jawab dalam merekrut pemain. Dan permainan mereka tidak pernah berubah setiap minggunya.”

“Semuanya menjadi mudah bagi mereka. Mudah karena mereka tahu posisi pemain dan apa yang ingin mereka datangkan. Tidak mungkin seorang pencari bakat di United melakukan hal yang sama. Apakah Jose punya cara yang jelas di masa depan? Saya tidak tahu.”

“Sulit bagi saya melihatnya terlalu jauh karena saya tidak di dalam klub, entah itu di United atau di timnas Inggris. Namun yang jelas, saya tidak akan menjelekkan permainan saya sendiri hanya untuk memecat manajer. Entah di United hal itu terjadi atau tidak, tapi mendengar kalau para pemain sengaja bermain buruk hanya untuk membuat manajer dipecat, maka hal itu tidak dibenarkan. Saya sangat membenci hal itu. Saya sering bermain buruk, tetapi tidak dilakukan dengan sengaja.”

“Itulah yang hilang di United saat ini yaitu usaha dan sikap. Ketika Anda melihat laga melawan West Ham, tampak kalau pemain tidak ingin bermain untuk Jose, tetapi jika saya menjadi pemilik United maka saya tidak akan memecatnya. Saya harap situasinya bisa dibalik. Jose menunjukkan kepada orang mengapa dia disebut pelatih hebat. Sangat bagus jika dia bisa melakukannya. Tetapi apakah bisa? Saya tidak tahu.”

“Saya tidak kenal dekat dengan Mourinho. Saya suka melihat wawancaranya, keangkuhannya. Saya pikir dia brilian, tetapi Jose yang seperti itu sudah lama pergi. Sekarang Jose hanya bisa merintih yang membuat Anda frustrasi. Dia mengeluh soal pemain yang tidak bisa dia dapatkan. Dia sering mengatakan kalau dia adalah pelatih terbaik dan dia harus membuktikan itu.”

“Dia seolah tidak diberi apa-apa. Dia sudah banyak membeli pemain. Dia sudah membeli dua bek tengah yang tidak terlihat bagus. Jika dia berpikir kalau beknya tidak bagus, maka latih mereka untuk jadi lebih baik.”

“Selain itu, klub ini seperti kehilangan hal yang paling penting dalam sepakbola yaitu jati diri mereka di lapangan. Tetapi seberapa lama klub ini bisa menghasilkan uang jika tim terus bermain buruk?”

“Klub ini sudah mengeluarkan banyak uang. Untuk Paul Pogba misalnya. Usianya 25 tahun. Dia melakukan beberapa hal terbaik dalam gim, umpan yang bagus, dribelnya yang luar biasa, dan sentuhan-sentuhan ajaibnya. Tetapi, lima menit kemudian, dia melakukan sesuatu yang buruk. Fungsi otaknya tiba-tiba mati, ia merasa kalau semua orang akan memperhatikannya karena dia adalah pemain bagus. Dan itu justru membuat lawan Anda tahu kalau kesombongan akan datang. Melawan Wolverhampton contohnya, ia memberikan asis yang hebat kepada Fred tetapi kemudian ia menjadi penyebab gawangnya kebobolan.”

“Kami tidak melihat Pogba yang seperti itu di Juventus. Pogba saat itu adalah ikan kecil. Lihatlah sekelilingnya, ada Buffon, Pirlo, Bonucci, Chiellini, dan Marchisio. Semuanya adalah pemain berpengalaman yang hebat. Dan ketika Pogba datang ke United, dia tidak punya orang yang bisa mengendalikan dirinya seperti yang dilakukan orang-orang itu di Juventus.”

“(Ketika ditanya tentang Lukaku) Saya tidak yakin Anda bisa menjuarai liga dengan pencetak gol seperti dia. Saya tidak berpikir permainannya di luar kotak cukup bagus. Saya tidak yakin apa dia benar-benar bekerja keras atau tidak. Tetapi dia masih muda dan golnya di United cukup banyak. Dia hanya kurang percaya diri saja. Saya rasa dia tidak menyadari betapa bagusnya dia. Lukaku butuh suplai karena siapa lagi pemain United yang bisa menjadi penyerang tengah selain dirinya.”

“Rashford dan Martial mungkin saja. Tapi saya lebih senang melihatnya bermain di posisi sayap. Dulu kami punya empat striker yang semuanya adalah penyerang tengah, dan ketika mereka bermain buruk maka salah satu diantara mereka akan menggantikan pemain yang buruk tersebut. Itu membantu penampilan mereka karena mereka nantinya akan tahu bahwa jika mereka tidak bermain baik maka mereka akan dicadangkan.”

“Saya sering kurang percaya diri. Bahkan berbulan-bulan. Anda mungkin berada dalam kondisi sehat setelah latihan tetapi sepanjang perjalanan Anda akan berpikir kalau Anda sedang sakit. Saya tidak pernah meragukan manajer karena kalaupun saya bermain buruk, dia akan tetap memainkan saya. Anda merasa sangat buruk jika tidak bermain baik.”

“Dulu tidak ada media sosial. Tetapi Anda tahu kalau Anda bermain buruk saat berada di dalam kerumunan. Anda akan sering mendengar komentar, ‘Paul bermain seperti sampah hari ini.’ Anda akan sering mendenganya sepanjang waktu. Atau ketika manajer berpura-pura memeluk Anda namun membisikkan sesuatu dan berkata, ‘Bisakah kita melihat Paul Scholes hari ini?”