Semenjak diangkat sebagai pundit oleh BT Sport, Paul Scholes tampaknya selalu menjadi orang pertama yang akan memberikan kritik apabila mantan klubnya, Manchester United, mendapatkan hasil yang tidak terlalu baik. Setelah sempat mengkritik kebijakan transfer klub dan perkembangan akademi Manchester United yang mulai didekati oleh Manchester City, beberapa hari lalu Scholes kembali menunjukkan rasa kecewanya ketika setan merah kembali kalah dalam lanjutan Europa League.

Setelah pertandingan melawan Fenerbahce, presenter BT Sport, Jake Humphrey, memosting gambar di akun twitternya berupa kertas team sheet milik Paul Scholes yang penuh dengan coretan layaknya benang kusut yang digambar oleh anak TK.

Meskipun seperti benang kusut, tetap saja ada hal yang menarik dari coretan tersebut. Di pojok kanan atas, Scholes menuliskan “Rojo, Big Worry” sebagai bentuk kekesalannya terhadap permainan bek tim nasional Argentina tersebut. Selain itu, Scholes mencoret nama Jose Mourinho dengan tanda silang serta menuliskan kata “kejar” sebagai bentuk pelafalan terhadap pemain belakang Fenerbahce Simon Kjaer. Coretan-coretan tersebut seolah menunjukkan bahwa pemain yang mengoleksi 132 kartu kuning sepanjang kariernya ini cukup frustrasi dengan keadaan United sekarang.

“Benar-benar tiga tahun yang sangat menyakitkan dan saya pikir 18 bulan sampai dua tahun kemudian akan seperti ini sampai manajer memiliki tiga sampai empat kali jendela transfer untuk mendapatkan pemain yang benar-benar diinginkan,” tutur Scholes selepas laga.

Pemain yang terkenal dengan nomor 18 ini bahkan mengatakan bahwa dengan skuad seperti ini, United tetap tidak akan mampu memenangi liga.

Menjelang pertandingan Manchester United melawan Swansea, Scholes kembali berkomentar kepada BT Sport terkait United. Kali ini, Scholes mencoba untuk cenderung kalem dan tidak menunjukkan rasa frustrasinya. Dia bahkan memberikan saran kepada Jose Mourinho terkait starting eleven yang menurutnya layak mengisi skuad setan merah. Skema 4-3-3 menjadi pakem yang sangat ideal menurut Scholes.

“Jelas Chris Smalling dan Eric Bailly,” tutur Scholes ketika ditanya siapa yang pantas berada di depan David De Gea. Setelah itu Scholes memilih Luke Shaw dan Antonio Valencia sebagai pemain yang layak mengisi posisi bek kiri dan kanan.

Di lini tengah, Scholes memilih Ander Herrera, Michael Carrick dan Paul Pogba. Akan tetapi, Scholes juga menganggap bahwa Schweinsteiger memiliki kemampuan yang dapat dimaksimalkan oleh United.

“Schweinsteiger memiliki sesuatu yang dapat diberikan kepada tim,” kata Scholes. “Apa yang dia punya? 130 caps untuk Jerman? Itu adalah pengalaman yang sangat besar untuk orang-orang di sekitarnya.”

Scholes kemudian memilih Rashford dan Martial. Hal ini dikarenakan kecepatan yang dimiliki kedua pemain tersebut. Untuk posisi striker utama, Scholes memilih Ibrahimovic dengan opsi Wayne Rooney sebagai alternatif.

Pemain yang memutuskan untuk gantung sepatu pada 2013 ini mengatakan bahwa dengan skuat seperti ini, United memiliki kesempatan untuk bersaing memperebutkan gelar liga. Namun Scholes merasa posisi empat besar adalah pilihan yang realistis dengan keadaan skuad yang sekarang.

Skuat impian Scholes ini tidak terwujud kala United dijamu Swansea akhir pekan lalu. Pasalnya, Herrera, Pogba, dan Baily tidak bisa bermain. Herrera absen karena akumulasi kartu sementara Pogba dan Baily mengalami cedera. Selain itu, rasa frustrasi juga agaknya mendera Scholes jelang pertandingan tersebut karena Rojo ditempatkan sebagai bek tengah bersama Phil Jones.

Namun, apapun itu, United tetap menang 3-1 dengan skuat yang bukan merupakan impian Scholes. Memang, terkadang sepakbola itu tidak semudah corat-coret di atas kertas.