Pada 2011 silam, eks manajer Manchester United, Sir Alex Ferguson pernah mengancam untuk melarang anak-anak asuhnya untuk menggunakan Twitter. Rencana ini muncul tak lama setelah insiden penyerang andalan United saat itu, Wayne Rooney mengajak tarung seorang penggemar secara di dunia maya. Mengenai hal ini, Rio Ferdinand menilai aksi tersebut terjadi karena Sir Alex  terlalu mencintai sepakbola. Di mana hidupnya adalah untuk sepakbola dan bernafas pun dari sepakbola.

“Menurut saya Sir Alex Ferguson tidak pernah mengerti soal itu (Twitter). Dia tidak pernah mau memahaminya. Sir Alex hanya ingin kamu bermain sepakbola dan usai latihan atau pertandingan pun juga berpikir tentang sepakbola,” tutur Ferdinand.

Baca juga: Serial Sir Alex Ferguson soal tiga hal dalam hidupnya di luar sepakbola: politik, wine, kuda.

Meskipun manajer asal Skotlandia tersebut terkesan anti dengan teknologi tersebut, Ferdinand tetap percaya bahwa jika diberi tahu mengenai manfaat dari Twitter, Sir Alex perlahan akan menerima perubahan tersebut.

“Hal terbaik tentang Sir Alex Ferguson adalah ia memahami perubahan, dia akan berubah juga. Justru dia yang terbaik untuk urusan perubahan. Buktinya Sir Alex berhasil membangun 3 atau 4 skuat yang luar biasa dan saya katakan padamu bahwa dia mampun untuk berubah mengikuti zaman.”

“Jadi jika itu (Twitter) berarti sebuah kemenangan, saya yakin dia akan ada di belakangmu untuk itu,” terang Ferdinand.

‘Twitter Bisa Jadi Taktik untuk Ganggu Lawan’

Ferdinand dengan media sosial berlambang burung biru tersebut tampaknya punya hubungan yang spesial. Sebenarnya bukan hanya Ferdinand yang menempatkan Twitter sebagai kegiatan yang serius dalam kehidupannya, kini media sosial menjadi salah satu saluran penting bagi para pemain sepakbola. Terutama untuk keperluan iklan atau self branding.

Bahkan menurut Ferdinand, seharusnya Twitter kini dimaksimalkan penggunaannya untuk keperluan pertandingan. Dimana menurut eks pemain Leeds United tersebut Twitter dapat digunakan sebagai ‘taktik kotor” untuk merusak konsentrasi lawan. Taktik tersebut lebih tepat lagi digunakan jika bermain sebagai striker.

Baca juga: Tentang Wayne Rooney yang Salah Cara Ngetwit

“Kehadiran Twitter membuat saya ingin jadi striker, karena dapat mengganggu mental bek lawan seminggu sebelum pertandingan atau setelahnya. Jadi ketika saya turun ke pertandingan, mereka akan ketakutan karena saya sudah berbicara banyak. Justru saya bingung kenapa tidak ada striker yang gunakan cara itu,” tutur Ferdinand.

Lebih lanjut lagi, Ferdinand membeberkan sejumlah taktik yang dapat digunakan untuk menjalankan idenya. Salah satunya ia mencontohkan serangan terhadap eks kompatriotnya di United, Gerard Pique.

“Sebelum pertandingan jika saya sedang di luar dan akan berhadapan dengan Pique di semifinal Champions League, saya akan menganggu dia terus.”

“Seperti mengirimnya foto-foto saya yang lucu di bawah bantalnya. Jadi dia tahu bahwa dia akan bertemu dengan dia. Lalu jua foto dimana dia terlihat lemah dan bilang bahwa saya akan membuatnya seperti ini nanti,” terang Ferdinand.

Ferdinand hakul yakin dengan taktik ini, pemain lawan yang diganggu akan punya aura negatif. Kemudian dia juga yakin jika diberi kesempatan untuk mengulang waktu, dia akan menjadi striker dengan jumlah gol yang banyak karena taktik ini.

“Akan ada keraguan di kepalanya karena kamu berbicara dan tidak ada yang pernah terbiasa dengan hal itu. Jadi jika saya bisa mengulang jadi striker, minimal 15 gol bisa saya cetak dalam semusim karena taktik menakutkan saya di media sosial, ini sangat mudah.”

“Saya tidak takut (jadi bumerang), striker selalu mendapat kesempatan kedua. Selalu ada jalan belakang untuk striker, apalagi striker dengan kemampuan seperti saya pasti selalu punya jalan.” jelas bapak tiga anak ini.

Pernah Marahi Pogba dan Lingard Karena Media Sosial 

Walaupun mengakui bahwa media sosial bisa menjadi senjata bagi para pemain sepakbola, namun pada bulan Februari silam Ferdinand sempat berlaku sebaliknya. Dilansir dari Telegraph, latihan perayaan gol Paul Pogba dan Jesse Lingard di Instagram sempat mendapat kritikan tajam dari Ferdinand.

Menurutnya kelakuan kedua pesepakbola tersebut tidak pantas, lantaran United saat itu masih bercokol di posisi enam Premier League.

“Saya baru saja melihat video para pemain berjoget di ruang ganti. Saya memang suka juga bermain di sosial media dan semacamnya. Namun tidak ketika kamu sedang di posisi 6 dan tidak juga berada di posisi tim Champions League, kamu sedang berjuang,” tutur Ferdinand saat itu.

Segala yang berlebihan memang tidaklah baik. Begitu juga dengan media sosial yang terbukti seperti kata Ferdinand mampu memberikan dampak positif, namun bisa juga berdampak negatif. Bagaimana menurut Anda?

 

Sumber : BT Sport dan Telegraph