Legenda hidup Italia, Andrea Pirlo baru saja mengumumkan akan pensiun dari dunia sepakbola. Sang gelandang sudah memastikan bakal gantung sepatu ketika kontraknya bersama klub Amerika Serikat New York City FC habis pada Desember 2017 mendatang.

Pirlo sendiri sudah memperkuat klub yang berlaga di Major League Soccer (MLS) itu sejak Juli 2015, setelah memutuskan meninggalkan jawara Serie A Italia, Juventus, dengan status bebas transfer. Masalah usia yang sudah semakin menua jadi alasan utama. Saat ini, Pirlo memang sudah hampir memasuki usia kepala empat, tepatnya 38 tahun.

“Anda menyadari waktunya sudah tiba. Setiap hari Anda punya masalah fisik. Anda tak bisa berlatih sesuka hati karena masalah selalu datang. Di usia seperti sekarang, semua sudah cukup. Anda tidak bisa bermain terus hingga usia 50 tahun. Saya akan melakukan hal-hal lain.”

“Di usia 38 tahun ini Anda harus memberi ruang utuk pemain yang lebih muda. Saya tidak kecewa. Saya akan membantu rekan setim dan pelatih. Saya akan melakukan hal lain. Desember 2018 nanti saya kembali ke Italia,” ucap Pirlo saat memberikan keterangan soal keputusan pensiunnya itu, dilansir La Gazzetta dello Sport.

Pirlo bukanlah pemain sembarangan. Pemain kelahiran 19 Mei 1979 yang mengawali karir di Brescia pada 1995 dalam usia 16 tahun, serta pernah membela Inter Milan dan AC Milan itu punya segudang prestasi. Trofi Piala Dunia 2006 untuk tim nasional Italia, enam Scudetto alias juara Serie A dan dua trofi Liga Champions menjadi buktinya. Namun, sebagai deep-lying playmaker yang tangguh, dia lebih dikenal sebagai gelandang yang piawai mengendalikan tempo dan mengatur irama permainan, sehingga dijuluki L’Architetto atau Sang Arsitek. Dilengkapi dengan tendangan bebas mematikan.

Sang bintang pun disegani kawan dan lawan, baik di dalam maupun di luar lapangan. Salah seorang pemain legendaris Manchester United asal Korea Selatan, Park Ji-Sung turut mengenang Pirlo usai memutuskan akan pensiun.

Meski tampil di kompetisi yang berbeda, gelandang yang menuai sukses besar bersama tim Setan Merah di era Sir Alex Ferguson, tepatnya di periode 2005-2012 itu pernah bertarung dengan Pirlo dalam sebuah pertandingan. Ketika itu, United bentrok dengan Milan dalam babak 16 besar Liga Champions 2009/2010. Dia pun merasakan langsung kehebatan Pirlo di laga itu.

“Secara fisik, dia tidak besar tetapi punya kemampuan tinggi, dalam mengoper, mengeksekusi bola mati, melepaskan tembakan jarak jauh, dan membangun serangan. Ketika itu, aksinya adalah yang terbaik di dunia. Pirlo pemain hebat yang bisa mendikte permainan. Dia adalah ancaman terbesar untuk setiap tim,” cerita Park belum lama ini, seperti dilansir Goal Internasional.

Meski mengakui playmaker ikonik itu merupakan salah seorang pesepakbola terbaik di dunia, namun ternyata dia tak gentar menghadapinya. Bahkan, Park pernah bertugas untuk mematikan aksi Pirlo dalam laga itu.

Ketika itu, Sir Alex memang memerintahkan pemain yang sudah pensiun sejak 2014 lalu dalam usia 33 tahun tersebut untuk menempel ketat Pirlo dalam dua pertandingan pada babak 16 besar Liga Champions 2009/2010 itu.

“United menganalisis permainan Milan, dan kesimpulannya Pirlo adalah kunci bagi mereka. Sir Alex meminta saya untuk mengikuti kemanapun Pirlo pergi. Saya mengikuti instruksi dan selalu memotong bola hingga dia gagal menguasainya. Saat Pirlo memegang bola, saya mencegahnya mengoper ke depan,” lanjut Park bercerita tentang perannya pada laga tersebut.

“Menempel Pirlo bukan pekerjaan mudah. Secara mental dan fisik sangat sulit, tapi ketika itu Milan benar-benar kesulitan melawan United,” pungkasnya.

Alhasil, The Red Devils pun memang sukses mengungguli klub berjuluk I Rossoneri tersebut. Pada laga pertama di San Siro, markas Milan, United memang tipis 3-2. Sedangkan pada leg kedua di Old Trafford, Park dkk., berhasil mencukur lawannya tersebut dengan skor telak 4-0, sehingga United berhak melaju ke babak selanjutnya dengan agregat 7-2. Park pun turut mencatatkan nama di papan skor dengan mencetak gol di pertandingan kedua.

Terkait pertandingan tersebut, Pirlo juga pernah mengakui bahwa Park memang merupakan salah seorang pemain yang sulit dihadapi. “Pada setiap kesempatan, Sir Alex selalu menugaskan Park untuk membayangi saya. Dia adalah nuklir pertama dari Korea Selatan sepanjang sejarah, karena kecepatan larinya di atas lapangan seperti kecepatan elektron,” tulis Pirlo dalam autobiografinya yang berjudul ‘I Think Therfore I Play’. Begitulah keduanya mencatatkan pertemuan di lapangan hijau, dan membuat kenangan tentang sosok masing-masing.

Akhirnya, selamat sukses Sang Arsitek!