Beberapa pekan terakhir, kritik datang bertubi-tubi kepada pemilik 20 gelar juara liga Inggris ini. Dua kekalahan dari tiga laga membuat posisi tim merosot. Manajer berada dalam posisi yang terpojok karena ia menjadi yang pertama bertanggung jawab.

Kesabaran manusia (katanya) ada batasnya. Mourinho pun demikian. Ketika konferensi pers setelah laga melawan Spurs, ia kesal karena media terus memojokannya. Sampai-sampai ia meminta respect dari orang yang hadir di ruangan tersebut.

Manchester United tampaknya tidak bisa lepas dari kritik. Kecaman, tanggapan, dan beberapa penilaian selalu hadir mengiringi kisah mereka pekan demi pekan. Saat tim mengalami kekalahan, kritik pun akan datang karena gagal menyumbang poin. Ketika menang, beberapa orang juga tetap kecewa karena meraihnya dengan cara yang tidak mereka sukai.

Lantas, bagaimana seharusnya seorang manajer mengatasi kritik? Ada baiknya Jose Mourinho belajar dari manajer legendaris yang namanya selalu ia hormati yaitu Sir Alex Ferguson. Berikut adalah cara Fergie mengatasi kritik dalam 27 tahun kariernya di United.

Memaklumi Si Pengkritik

Terkadang, mayoritas para pengkritik adalah orang-orang yang datang di luar area kerja si manajer. Atau dalam hal ini adalah orang awam yang mungkin saja kapasitasnya mengetahui sepakbola hanya sebagai penonton. Menghadapi orang-orang seperti ini, Fergie hanya bisa memaklumi karena sepakbola (mungkin) menjadi hiburan satu-satunya bagi mereka.

“Sepakbola adalah bidang di mana semua orang menjadi pakar meski pengetahuannya sedikit. Lebih mudah menjadi pengkritik daripada pelaku. Mereka bisa menilai restoran, penerbangan, film, mobil, dan lukisan yang bagus meski mereka tidak bisa memasak telur, bermain layang-layang atau menggambar. Dalam sepakbola, para manajer akan selalu punya jutaan pengkritik yang tersebar di sisi dunia.”

Lawan Kritik Dengan Cara yang Elegan

Seseorang dibekali kemampuan untuk menyelesaikan masalah melalui akal yang bekerja setiap harinya. Dengan akal pikiran yang sehat maka kita juga bisa mengalahkan kritik yang datang menerpa dalam kehidupan kita. Terkadang, kita akan tertekan menghadapi kritik. Namun bagi Fergie itu adalah sesuatu yang sifatnya manusiawi. Jika kita bisa mengalahkan kritik tersebut dan mencari manfaatnya, maka kita bisa keluar dari situasi yang sulit. Apalagi kalau datang dari lingkungan yang keras seperti Ferguson, yang lahir di kota pekerja seperti Govan.

“Saya ingat di Stretford End ada yang memasang spanduk ‘3 Tahun penuh alasan dan tetap payah… Selamat tinggal Fergie.’ Kritik tersebut membuat saya terguncang. Orang yang memasang spanduk itu kemudian menulis buku dengan judul yang sama, dan satu eksemplar buku itu dikirimkan kepada saya. Saya kemudian mengirimkan balik buku itu ke penerbitnya sebagai perlawanan. Dengan cara itu, saya menganggap kalau saya bisa menampung kritik dengan baik.”

Jangan Ladeni Media

Pihak yang paling senang apabila tim kita mengalami keterpurukan adalah media. Mereka bisa mengeruk keuntungan dari berita-berita yang berpotensi memperkeruh situasi atau mengompori penggemar lainnya. Kasus Jose Mourinho di konferensi pers pekan lalu menjadi contoh bagaimana di matanya media justru memperkeruh situasi yang sudah memojokkan dia. Menghindari media bisa menjadi solusi untuk menenangkan diri dari badai kritikan.

“Pers memunculkan masalah lain. Pers membantu mengompori fans yang marah. Kami sering mendapat panggilan telepon yang isinya mencerca. Matt Busby pernah berkata kepada saya untuk tidak membaca koran saat tim sedang kalah. Karena media suka menulis hal-hal jelek tentang kita. Tetapi mustahil untuk tidak menggubris sama sekali.”

“Di United, saya jarang membaca koran secara langsung. Namun, saya akan mendengarkan apa yang ditulis media dari petugas media yang ada di klub. Saya berhasil belajar menghadapinya dan dalam 10 tahun terakhir karier saya, saya menganggap kecaman media tidak terlalu mengganggu saya.”

Lebih Dekat dengan Orang-Orang yang Mendukung Anda

Mungkin inilah yang membuat Mourinho sulit untuk mengatasi beban kritikan yang ia terima. Tidak ada orang yang bisa diajaknya untuk berbagi mengingat Rui Faria sudah hengkang musim panas ini. Hanya beberapa nama yang sangat dekat dengannya namun tidak seintim ketika Mourinho bersama Faria. Sebenarnya Mourinho bisa berbagi kritikan bersama dua orang legenda klub yaitu Alex Ferguson dan Bobby Charlton. Sayang, keduanya sudah sangat tua dan mulai mengurangi aktivitasnya menonton langsung di Old Trafford.

“Pada tahun-tahun awal saya, saya beruntung bisa memiliki Bobby Charlton yang selalu ada di samping saya. Dia selalu ada di dekat saya. Bahkan ketika kami kalah 5-1 dari City pada 1989, dialah orang yang pertama mendukung saya. Perkataannya mengangkat semangat saya. Setiap pemimpin butuh sekutu seperti itu.”

*Kutipan diambil dari autobiografi Sir Alex Ferguson “Leading”