Foto: Independent (Chirs Ison/PA)

Setahun yang lalu, Ole Gunnar Solskjaer diangkat sebagai manajer Manchester United. Ia (awalnya) diangkat sebagai manajer sementara  setelah Jose Mourinho dipecat. Sebuah kejutan yang sempat membuat para pecinta sepakbola merasa keheranan karena United memecat manajer mereka yang paling sukses sejak Sir Alex Ferguson pensiun, dan lebih memilih untuk memberi manajer minim pengalaman sebagai manajer mereka.

Di awal musim lalu, Jose Mourinho memang dinilai menjadi penyebab buruknya penampilan United. Ia pun harus terpaksa membayar itu dengan keputusan pemecatan. Setelah itu banyak kandidat manajer kondang yang dikaitkan dengan kursi manajer United. Namun, pihak klub dengan serangkaian alasannya memilih Solskjaer, dengan harapan bahwa ia bisa memperbaiki mentalitas para pemain di tim utama.

Di awal kepelatihannya di Old Trafford, Solskjaer ternyata mampu menggambarkan harapan itu dengan mengangkat permainan United dan membantu mereka meraih catatan mengesankan berupa 16 kemenangan dalam 18 pertandingan. Yang paling epik dari catatan tersebut, ia juga mampu membawa pasukan Setan Merah tembus ke babak delapan besar Liga Champions setelah melakukan comeback di kandang PSG.

Hanya saja, semua catatan baik itu diraih Solskjaer saat ia masih berstatus sebagai manajer sementara Manchester United. Karena setelah itu, pria asal Norwegia tersebut malah mengalami kesulitan, dan hanya meraih serentetan catatan buruk sampai akhir musim lalu. United akhirnya malah semakin tertekan di bawah tekanan yang besar di akhir musim lalu ketika hanya mampu duduk di posisi keenam klasemen Premier League, dan hal ini membuat keputusan penunjukkan Solskjaer mulai diragukan.

Hasil positif Solskjaer tidak gamblang

Namun, menurut wartawan MEN Sports Richard Fay, tidak semua malapetaka dan kesuraman yang dialami Solskjaer sejauh ini adalah sesuatu yang buruk. Solskjaer justru lebih unggul ketimbang Mourinho dari aspek dukungan dewan petinggi klub selama waktunya di United. Contohnya bisa dilihat dari pembelian Harry Maguire. Setahun sebelumnya, pembelian Maguire mungkin akan mengubah nasib Mourinho di musim lalu, tapi itu tidak terjadi. Justru sebaliknya, Solskjaer malah berhasil merekrut Maguire.

Dalam waktu singkat, Solskjaer juga terbukti lebih sukses dengan strateginya di pasar transfer. Pemain seperti Harry Maguire misalnya, ia telah menaikan kualitas barisan pertahanan United. Lalu, Solskjaer juga berhasil merekrut bek kanan Aaron Wan-Bissaka dan merubahnya menjadi amunisi tambahan bagi pos pertahanannya di tim utama. Selain itu, Solskjaer juga memutuskan untuk merekrut Daniel James, yang secara sederhana, telah dibuatnya sebagai opsi tambahan di lini sayap.

Selama ini banyak yang kurang jeli dalam menyikapi persoalan Solskjaer. Sosok seperti Solskjaer sebetulnya jauh lebih menyatu dengan berbagai aspek di United. Hal ini bisa dilihat dari tur pra musim. Pada musim panas tahun lalu Mourinho sempat memainkan pemain muda dari akademi United selama berlaga di Amerika, tetapi hal ini lebih karena beberapa pemain intinya sedang berlaga di Piala Dunia daripada keyakinannya terhadap sistem akademi klub.

Sedangkan Solskjaer justru sebaliknya. Ia memainkan para pemain akademi United agar ia bisa melihat siapa yang pantas diantara mereka untuk turut memainkan peran di tim utama. Jadi, sejak awal kemunculannya sebagai manajer United, mantan striker tersebut jauh lebih memahami filosofi klub, dengan melakukan pendekatan untuk mengembangkan pemain muda sebagai bagian dari rencanannya.

Ole Gunnar Solskjaer sangat fokus menyoroti warisan luar biasa yang ada di United, yaitu salah satunya melalui promosi para pemain akademinya. Mason Greenwood dan Brandon Williams misalnya, mereka di musim ini telah memberikan optimisme tulus kepada para suporter bahwa ada rencana jangka panjang yang jelas tentang bagaimana cara klub beroperasi ke depannya. Meski di satu sisi, masih ada pertanyaan tentang seperti apa taktik dan peran yang pas untuk mereka di tim utama.

Kemajuan United mulai tampak sedikit demi sedikit

Sementara itu, Solskjaer juga berhasil membawa United tidak terkalahkan saat melawan tim enam besar Premier League di musim ini. Meski dilabeli manajer minim pengalaman, tetapi ia justru mampu membawa tim asuhannya menang melawan tim-tim seperti Chelsea, Leicester, Tottenham dan City di musim ini. Hasil-hasil ini pun membuktikan bahwa ia memang jauh lebih dari sekedar pemandu sorak yang menonton timnya dari touchline.

Memang, masih jauh untuk mengatakan kalau Solskjaer “sudah sukses” di Manchester United, tetapi tidak pantas juga menganggapnya “tidak sukses”. Jangan hanya karena beberapa kegagalan yang ia peroleh di musim ini, lalu dengan mudahnya mencap bahwa ia tidak menghasilkan apa-apa. Selama satu tahun ini memang tidak ada kemajuan yang begitu signifikan, tetapi (sekali lagi) jika dilihat secara jeli, ada sebuah tanda-tanda kemajuan nyata yang muncul berkat tangan dingin sang mantan super sub.

Peningkatan mantap akan terlihat dengan baik di dalam maupun di luar lapangan jika Ole Gunnar Solskjaer dapat memastikan musim penuh pertamanya ini dengan capaian yang tidak mengecewakan. Namun, seperti halnya pemain muda United yang masih butuh belajar banyak, capaian manajer berusia 46 tahun itu pun tidak perlu yang muluk-muluk. Cukup untuk tidak membuat United jatuh seperti musim-musim sebelumnya, dan kalau bisa, setidaknya bisa membawa satu gelar yang paling relevan.