Foto: Tribuna.com

Malam indah di kota Moskow pada tahun 2008 adalah malam yang tidak akan bisa dilupakan oleh seluruh penggemar United di seluruh dunia, termasuk Brandon Williams.

Selain Marcus Rashford dan Juan Mata, ada satu pemain lain yang tampil sangat menonjol dalam kemenangan 4-0 Manchester United atas Norwich City pekan lalu. Pemain tersebut adalah sang bek kiri, Brandon Williams.

Sama seperti Mason Greenwood, Brandon tidak pernah henti-hentinya membuat suporter United berdecak kagum. Pada laga melawan Norwich kemarin, penampilannya tidak mengecewakan bahkan bermain sangat baik. Oleh Manchester Evening News (MEN) ia mendapat nilai 7. Dalam skala penilaian mereka, nilai 7-9 adalah kategori “berkelas”.

Pekan lalu adalah pertama kalinya ia menjadi starter di Premier League setelah pertandingan melawan Burnley akhir Desember lalu. Kembali, kita semua disuguhkan penampilan apiknya saat menyisir sisi sayap sebelah kiri. Overlap dan Underlap-nya sangat bagus. Ia juga berperan ketika pergerakannya memaksa Tim Krul menjatuhkannya di kotak penalti.

Sangat disayangkan bagi Brandon, ia tidak bisa menutup hari gemilangnya saat itu dengan sebuah gol padahal ia punya peluang membuat gol pertama di depan publik Old Trafford. Ia berada dalam posisi bebas setelah menerima umpan dari Andreas Pereira. Akan tetapi, bola yang seharusnya bisa diselesaikan dengan tap in justru melambung ke atas Stretford End. Namun hal itu tidak membuat klub melupakan perannya selama 90 menit dan kembali memasukkan namanya ke dalam nominasi Man of the Match.

Brandon disebut-sebut jauh lebih baik dari Shaw. Hal ini memang kerap memicu perdebatan mengingat dua pemain ini punya kelebihan sekaligus kekurangan yang berbeda-beda. Namun, ada beberapa aspek memang dimana Brandon jauh lebih menonjol dibanding Shaw. Salah satunya adalah keberaniannya berlari hingga masuk ke kotak penalti lawan.

Sedikitnya jumlah pemain di kotak penalti memang menjadi masalah serius bagi United musim ini. Tak ayal, kotak penalti seringkali diisi oleh Martial seorang ketika United menjalankan build up di sisi kanan. Ketika Rashford bergerak mengisi posisi Martial yang bergeser ke sebelah kanan, maka Brandon akan mengisi posisi di sebelah Marcus kalau-kalau ada bola enak yang bisa dikonversi menjadi gol layaknya yang ia dapat dari Andreas Pereira kemarin. Gol pertama Brandon di tim senior United ketika melawan Sheffield terjadi pada situasi ini. Apa yang dilakukan Brandon inilah yang tidak dimiliki oleh Luke Shaw.

Tipikal bermain Brandon mirip seperti Denis Irwin beberapa puluh tahun lalu. Sama seperti dirinya, Irwin juga kerap berada di kotak penalti ketika United melakukan bangun serangan dari kanan. Musim-musim terakhir Patrice Evra juga sering diwarnai dengan momen-momen seperti ini.

“Di posisi saya bermain, Anda butuh energi dan untuk menjadi kuat ketika beradu fisik dalam duel naik turun menyerang dan bertahan. Menyerang adalah bagian besar dari permainan saya. Saya suka bergerak maju dan memberi energi kepada tim dan membantu dengan serangan kami. Ketika saya berlari, Anda bisa melakukannya dengan membawa bola atau menciptakan ruang kepada pemain seperti Marcus Rashford atau siapa pun di sayap untuk bisa menciptakan sihir,” tuturnya.

Soal kelayakannya untuk menggusur Luke Shaw sebagai bek utama juga sudah diketahui oleh Brandon. Namun sejauh ini, ia tampak ingin menikmati statusnya sebagai pemain pelapis mantan bek Southampton tersebut. Masa depannya masih sangat panjang sehingga ia butuh tahapan untuk bisa menjadi bek kiri utama klub di kemudian hari.

“Momen seperti ini sangat membanggakan bagi saya dan keluarga saya. Saya tahu apa yang telah saya capai tetapi saya hanya ingin terus bermain sebanyak mungkin bersama klub ini,” tuturnya di situs resmi klub.

Begadang Demi Lihat Liga Champions

Sama seperti pemain-pemain muda lainnya, Brandon adalah penggemar Manchester United sejak kecil. Ia lahir dan tumbuh pada saat kesebelasan ini sedang jaya-jayanya bersama Sir Alex Ferguson dan diisi oleh pemain-pemain top kelas dunia seperti David Beckham, Ruud van Nistelrooy, Cristiano Ronaldo, hingga Wayne Rooney.

Ia punya satu kenangan manis ketika hidupnya masih menjadi suporter klub yaitu pada final Liga Champions musim 2007/2008. Kepada situs resmi klub ia menceritakan tentang perjuangannya untuk mendapatkan izin begadang demi melihat kesebelasan favoritnya bertanding memperebutkan piala.

Brandon saat itu berusia tujuh tahun dan pertandingan dimainkan pukul 22.45 waktu Moscow atau dimainkan pada pukul 7 malam waktu Manchester. Sebuah waktu yang sangat ideal untuk menyaksikan pertandingan tersebut.

Namun laga ternyata belum beres selama 90 menit. Brandon jelas butuh tambahan 30 menit lagi untuk menonton tv sedangkan jam sudah mendekati pukul 10 malam yang seharusnya sudah menjadi jam tidur bagi bocah seumur Brandon. Ia pun mau tidak mau harus melawan perintah orang tua dan neneknya pada saat itu.

“Pada 2008, saya berada di rumah untuk menonton final Liga Champions dan nenek saya menyuruh saya tidur tetapi saya menolak karena saya harus menonton adu penaltinya dan kita semua tahu apa yang terjadi.”

“Ayah dan Ibu saya pergi menonton pertandingan tetapi nenek terus meminta saya tidur. Akan tetapi, saya berpikir kalau dia tidak tahu apa yang saya saksikan saat itu dan seberapa besar arti dari pertandingan itu. Saya harus bilang padanya kalau saya ingin menontonnya.”

Sulit memang bagi bocah seumur Brandon untuk bisa menyaksikan pertandingan sepakbola pada malam hari. Penulis juga merasakannya meski situasinya sedikit berbeda. Pada usia 13 tahun, saya harus menonton dengan volume kecil karena takut ketahuan sedang mencuri waktu menyaksikan pertandingan tersebut. Di Indonesia, final Liga Champions 2008 disiarkan pada pukul 02.45 dini hari WIB dan pada pukul tujuh pagi, saya sudah harus bersekolah.

Beruntung karena saat itu Manchester United menjadi pemenang dan kita semua yang menyaksikannya mendapat momen dramatis pada pertandingan tersebut. Brandon bisa tidur dengan nyenyak, sementara saya dan penggemar United lain yang saat itu masih bersekolah atau bekerja bisa menjalani hari dengan riang gembira.