Ketika Sir Alex Ferguson khawatir dengan kebangkitan rival yang dulu pernah ia kalahkan, seketika penggemar United terjebak dalam dua pilihan yaitu tetap menyangkal kalau itu tidak akan pernah terjadi, atau pasrah karena memang kenyataannya tim mereka tidak lagi menakutkan.

***

Bagi penggemar Manchester United di seluruh dunia, sosok Sir Alex Ferguson tidak hanya dikenal sebagai manajer tersukses sepanjang sejarah klub melainkan juga sebagai panutan. Apa pun yang ia ucapkan dan ia lakukan seolah menjadi sebuah pedoman yang harus diikuti jika benar-benar ingin mengimani kesebelasan pemilik gelar Premier League terbanyak ini.

Tidak percaya, coba tengok fenomena suporter United ketika manajer penerusnya, entah itu Moyes, Van Gaal, Mourinho, hingga Solskjaer mendapat kritikan pedas. Mereka akan selalu membanding-bandingkan perjalanan Ferguson yang butuh empat musim untuk meraih gelar pertamanya.

Atau ketika United menderita kekalahan yang tidak bisa diterima, mayoritas penggemar akan menggunakan slogan “jika kalian tidak bisa mendukung kami saat kalah, maka jangan dukung kami saat menang” sebagai sindiran bagi pihak yang kecewa. Sebuah quotes yang sebenarnya pertama kali disuarakan oleh Bill Shankly dan bukan Sir Alex Ferguson.

Namun tidak semua ucapan Ferguson mau diikuti atau menjadi patokan bagi para penggemar United. Satu yang pasti tidak akan diikuti adalah ramalan dia tentang Liverpool 2015 lalu. Ramalan yang oleh banyak pengamat sepakbola disebut-sebut akan menjadi kenyataan pada Mei 2020 mendatang. Ramalan yang oleh banyak penggemar United diharapkan tidak akan terjadi dan membuat panas telinga bagi mereka yang mendengar.

Ketika Jurgen Klopp menerima tawaran Liverpool sebagai pengganti Brendan Rodgers 2015 lalu, Sir Alex Ferguson mendadak khawatir kalau The Reds bisa bangkit dan mulai kembali menakutkan. Salah satu ancaman terbesarnya adalah titel liga yang kini mulai menjadi target utama The Reds setelah sukses meraih gelar Liga Champions musim lalu.

“Saya khawatir tentang dia karena satu-satunya yang tidak diinginkan United adalah Liverpool berhasil melampaui kita. Mereka punya Klopp yang kepribadiannya begitu fantastis. Orang yang melakukan pekerjaannya dengan baik dan mampu membangkitan antusiasme Liverpool,” kata Ferguson beberapa waktu lalu.

“Bagi tim besar, kehilangan gairah memang akan selalu terjadi. Namun selama dua dekade, Liverpool selalu berganti manajer tanpa pernah membangun ulang identitas mereka. Sekarang kamu bisa merasakan kala mereka mulai diperhitungkan. Kamu bisa lihat dedikasi Klopp di sana dan saya khawatir keberadaannya membuat MU berada di bawah Liverpool,” tuturnya empat tahun lalu.

Ferguson memang seorang manusia biasa. Ramalannya juga terkadang tidak tepat. Dia gagal memprediksi Bebe, Zoran Tosic, Kleberson, hingga Eric Djemba-Djemba menjadi pemain hebat. Namun dia juga pernah berhasil memprediksi kesuksesan pemain-pemain seperti Cristiano Ronaldo hingga generasi Class of 92.

Namun prediksi tentang kebangkitan Liverpool ini punya peluang besar untuk menjadi kenyataan. Bersama Klopp, Liverpool makin menunjukkan tajinya setiap tahun. Dari yang hanya melangkah hingga final Piala Liga dan Europa League, lalu perlahan masuk empat besar dan final Liga Champions, hingga menjadi juara Liga Champions dan Piala Super Eropa. Sebuah modal yang bagus untuk kembali masuk perburuan gelar juara Premier League.

Musim ini, jalan untuk buka puasa terbuka lebar. Dalam 12 pertandingan, Liverpool sudah unggul sembilan poin dari Manchester City. Ya, satu-satunya pesaing yang bisa menggagalkan langkah mereka kemungkinan besar hanya The Cityzens mengingat Chelsea dan Leicester tidak punya cukup konsistensi untuk menjadi sandungan mereka. Namun tetangga United itu juga sedang mengalami masalah dari segi permainan dan cedera pemain andalan, serta sudah tiga kali kalah meski kompetisi liga baru memasuki minggu kedua November.

“Perjalanan belum selesai, lagipula siapa yang senang menjadi pemuncak klasemen di bulan November? Kami ingin tetap menjadi yang nomor satu di akhir bulan Mei nanti saat Premier League berakhir,” tutur Klopp.

Sebuah ambisi yang sebenarnya sudah dimulai sejak mereka mengumpulkan poin 97 pada musim lalu. Angka yang tidak bisa diraih Ferguson selama melatih Setan Merah.

Masih banyak memang penggemar United yang hakulyakin dan menyangkal kalau musim ini Liverpool akan tetap kembali puasa gelar liga untuk ke-30 kalinya secara beruntun. Entah mereka-mereka yang masuk dalam golongan ini memiliki kepercayaan diri yang begitu tinggi atau sekadar ucapan menghibur diri, namun yang pasti Liverpool jelas sudah belajar dari kesalahan mereka pada musim lalu.

Selisih jumlah piala Champions mereka kini sudah berjarak tiga piala. Jarak titel liga Inggris mereka kini hanya dipisahkan dua piala. Dua tahun untuk menyamai torehan Manchester United jelas tidak sulit dengan situasi mereka yang kini sedang bagus-bagusnya. Dan hal itu punya peluang besar akan terjadi pada musim ini dengan memperkecil kedudukan menjadi 20 Man United 19 Liverpool.

Kini, penggemar United hanya bisa menyilangkan jari (Crossed Finger) sebagai simbol pelindungan sekaligus permohonan agar kekhawatiran Ferguson tidak terbukti dan takdir masih mau memihak mereka setidaknya satu tahun lagi. Takdir yang nantinya bisa menentukan sikap mereka apakah kembali tertawa dengan kata-kata “Next Year” atau sikap dengus menahan kekesalan melihat Jordan Henderson mengangkat trofi Premier League sembari melihat timnya yang lagi-lagi finis pada papan tengah dan tidak membawa satu pun trofi pada musim ini.

Namun jika opsi kedua yang terjadi, penggemar United sudah punya senjata berupa skor 13-1 sebagai komparasi trofi Premier League kedua kesebelasan hingga berdalih kalau penurunan Manchester United disebabkan oleh siklus.