Foto: Sports Yahoo

Jika melihat apa yang sudah ditampilkan selama dua bulan terakhir, maka bisa dipastikan kalau Fred telah berhasil keluar dari masa sulitnya bersama Manchester United.

***

Manchester United merekrut Fred dengan nilai kisaran 47 sampai 52 juta paun pada musim panas 2018. Penampilannya yang apik bersama kesebelasan Ukraina, Shakhtar Donetsk, menjadi alasan mengapa United merekrutnya sekaligus membuat namanya masuk dalam lima besar rekrutan termahal sepanjang sejarah klub. Di usianya yang baru 25 tahun Fred menunjukkan potensinya sebagai salah satu gelandang terbaik yang dimiliki Brasil.

Namun yang terjadi kemudian sungguh di luar ekspektasi. Fred menjalani karier yang sulit setelah pindah dari Donetsk menuju Manchester. Penampilannya berantakan pada musim pertamanya. Bahkan yang menarik, ada salah satu sumber dalam klub yang menyebut kalau Fred sebenarnya bukan permintaan langsung Jose Mourinho.

Ia menyebut Fred sebenarnya adalah rekomendasi Kieran McKenna. Ketika ia masih menjadi pelatih tim junior United, ia menjadikan Fred sebagai role model bagi para gelandang United. Bahkan kepada The Athletic, Mourinho berkata kalau pembelian Fred bersifat terpaksa. Ia memang membutuhkan gelandang, tapi bukan Fred yang dia mau. Melihat gelagat Ed Woodward yang mulai tidak bisa bekerja sama, maka ia menyetujui pembelian tersebut.

Fred hanya menjadi pelapis bagi Jose Mourinho. Bahkan keadaan itu tidak berubah meski kursi manajer sudah berganti. Solskjaer memang saat itu masih nyaman dengan duet Nemanja Matic dan Ander Herrera. Suami Monique Salum ini baru akan main jika Herrera absen. Keadaan sulitnya ini membuat ia kehilangan tempat pada skuad tim nasional Brasil untuk menghadapi Copa America.

“Waktu main saya sangat sedikit jadi wajar kalau saya kehilangan tempat. Saya kesal tapi inilah yang harus saya hadapi. Bermain di liga Inggris sangat sulit karena saya tidak banyak bermain. Di Shakhtar saya main lebih sering, tapi di sini beda. Itu hal normal karena hal itu merupakan sebuah adaptasi yang harus dijalani. Saya berharap permainan saya bisa 100 persen dengan cepat,” tuturnya.

Buruknya musim pertama Fred membuat namanya sempat dicap sebagai rekrutan gagal. Bahkan Chris Sutton, dalam tulisannya di Daily Mail, menyebut kalau Solskjaer harus menjual Fred karena permainannya yang tidak cukup bagus. Sebuah kabar yang disambut AS Roma dan Fiorentina saat itu.

Segala kritik demi kritik berdatangan. Ia bahkan dianggap hanya jago dalam urusan cinta. Ia menunjukkan kelekatan yang begitu mesra dengan sang istri namun belum bisa menjalin hubungan yang bagus dengan rekan setimnya di atas lapangan.

Bahkan salah satu pundit sepakbola lokal, Justinus Lhaksana, sempat menyebut Fred sebagai pemain yang seperti ayam tapi tidak memiliki kepala. Si ayam tersebut hanya bisa berlari tanpa arah dan tujuan yang jelas. Sama seperti Fred yang saat itu hanya bisa berlari tapi tidak memberikan dampak bagi tim secara keseluruhan.

Hingga awal Oktober, belum ada tanda-tanda kalau permainan Fred akan membaik. Masuk sebagai pengganti Paul Pogba yang sudah absen sejak pekan kelima, penampilannya masih jauh di bawah harapan. Bahkan pada laga melawan Newcastle United awal Oktober lalu, ia membuat frustrasi Andreas Pereira ketika tidak bisa menahan bola yang sebenarnya mudah untuk dikuasai. Yang menarik, Fred bahkan tidak pernah membuat umpan terobosan selama enam bulan.

“Manchester United sangat tidak kompeten ketika Fred sedang membawa bola. Dia adalah lelucon bagi Manchester United. Saya tahu kalau Newcastle United adalah tim yang bagus tapi jika dia adalah gelandang, maka Anda tidak boleh membiarkan lini tengah Anda diserang dan harus bisa mengontrol bola dan melepaskan umpan dari tengah,” kata legenda Arsenal, Martin Keown.

Namun sejak kekalahan di St James Park, penampilan Fred mulai berubah. Ia mulai nyaman bermain sebagai salah satu dari poros ganda United di lini tengah. Meski belum mencetak gol dan asis, namun performanya terus menuai pujian. Seketika itu pula kesempatan kedua baginya datang.

Terkadang, masih ada satu sampai dua kali kesalahan yang ia buat seperti yang terjadi pada laga melawan Sheffield United dan Aston Villa. Namun hal itu bisa dimaklumi karena ia bekerja sendiri di lini tengah untuk membantu pertahanan dan penyerangan. Ketika Scott McTominay kembali, ia bisa leluasa untuk mengatur serangan timnya.

Titik tertinggi Fred akhirnya didapat pada dua laga terakhirnya yaitu ketika melawan Tottenham Hotspur dan Manchester City. Ia tampil sesuai ekspektasi para penggemarnya dan mendapatkan pujian dari banyak pihak. Dua umpan kunci berhasil dibuat yang menandakan betapa terlibatnya ia dalam serangan Setan Merah. Rapatnya pertahanan United juga dikarenakan pergerakannya yang berhasil menutup celah antara bek tengah dan bek sayap sehingga David Silva dan Kevin de Bruyne terkunci dan tidak bisa berkontribusi apa pun.

“Jesse Lingard dan Fred mengalami hari-hari yang sulit dalam beberapa waktu terakhir, namun kami ingin membantu orang-orang untuk memahami kalau mereka punya sikap yang bagus meski performa mereka tidak baik. Sejak lama, tim pelatih MU menaruh kepercayaan yang besar pada Fred dan ia bekerja sangat keras. Saya yakin dia akan terus berkembang,” kata Solskjaer.

Apa yang sudah ditampilkan Fred kini membuatnya menjadi salah satu nyawa bagi permainan United bersama Scott McTominay. Bisa dibilang kalau ia menjadi salah satu pemain yang bangkit setelah terpuruk bersama nama-nama seperti Marcus Rashford dan Anthony Martial. Rasa percaya dirinya kini kembali muncul seiring performanya yang mulai membaik.

“Saya sudah membuat keputusan yang tepat yaitu bergabung bersama Manchester United. Saya sangat bahagia dengan performa kami hari ini dan ini menjadi salah satu laga yang saya mainkan dengan sangat baik. Saya sangat bahagia dan kami ahrus mempertahankan performa ini,” kata Fred setelah mengalahkan City.

Benar apa yang dia katakan. Tugas Fred tidak berhenti sampai di sini. Kini ia memiliki tanggung jawab besar untuk mempertahankan performanya terus seperti ini atau bahkan jauh lebih baik lagi dari sebelumnya. Mempertahankan performa secara konsisten jelas jauh lebih sulit dibanding menemukan performa terbaik. Jika hal itu bisa dilakukan olehnya, maka Fred punya peluang untuk menjadi pemain terbaik United yang berasal dari Brasil, sesuatu yang belum pernah mereka dapatkan sepanjang sejarah.