Foto: Four Four Two

Jika ingin belajar bagaimana cara menikmati kritikan atau hujatan, maka sosok Ashley Young bisa dijadikan sebagai mentor yang tepat untuk dimintai saran.

Menjadi pemain sepakbola itu rentan untuk mendapat kritik. Melakukan kesalahan sedikit saja, maka si pemain harus siap-siap untuk menerima segala sumpah serapah, kritik, cacian, makian, hujatan, dan kata-kata lain yang keluar dari mulut penggemarnya. Jika tidak mengatur kadar kesabaran, maka kita bisa melakukan tindakan di luar batas yang membuat citra diri semakin rendah dimata orang lain.

Granit Xhaka baru saja menjadi sorotan akibat perbuatannya tersebut. Kesal karena disoraki oleh beberapa pendukung di Emirates, ia menunjukkan kekesalannya dengan berjalan perlahan, melempar ban kapten kepada Aubameyang alih-alih memakaikannya, menempelkan tangan ke telinga sebagai bentuk balasan, serta tersiar ucapan kalau dia menyebut “Fuck off”. Alih-alih ke bangku cadangan, dia justru melangkah ke ruang ganti sambil melepaskan seragam Arsenal. Guy Mowbray, komentator BBC sampai mengatakan, “That is Arsenal’s Captain” sebagai bentuk rasa herannya terhadap perilaku pemain Swiss tersebut.

Xhaka adalah salah satu pemain yang cukup populer di dalam skuat Arsenal. Buktinya terlihat jelas dari namanya yang muncul sebagai pemenang dalam sayembara pemilihan kapten utama tim untuk musim 2019/20 menggantikan Laurent Koscielny. Sayang, kepopuleran Xhaka tidak membuat dirinya mendapat rasa sayang yang sepenuhnya dari penggemar Arsenal. Ia dicap sebagai kap

Terlepas dari siapa yang salah antara Xhaka dan para penggemar, yang tidak mendukung pemainnya dan memilih menyorakinya, sikapnya sebagai seorang kapten memang patut disayangkan. Namun hal ini bukan berarti kalau tindakan Xhaka dibenarkan mengingat pemain sepakbola harus siap menanggung segala macam kritik.

“Saya sangat terkejut. Dia adalah kapten Arsenal. Saya kaget ketika dia melakukan gestur dengan telinganya, lalu melepas jersey, dan meneriaki suporter. Itu bukan sikap yang patut dilakukan oleh seorang kapten,” tutur Nigel Winterburn

Legenda lainnya, Ian Wright juga mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda dengan Nigel. Ia berkata bahwa Xhaka tidak punya hak untuk bereaksi demikian karena dia berutang penampilan bagus kepada para penggemarnya. Xhaka sendiri dikenal sebagai pemain yang gemar membuat blunder.

Apresiasi untuk Ashley Young

Berbicara soal Xhaka, saya tiba-tiba teringat dengan sosok Ashley Young. Winger MU ini sebenarnya menjalani kehidupan yang serupa dengan saudara dari Taulant Xhaka tersebut. Young adalah kapten utama Manchester United. Yang membedakan adalah dia tidak dipilih karena voting. Sosoknya juga populer di ruang ganti karena dia humoris dan selera musiknya dianggap cukup bagus dikalangan pemain lain. Yang paling utama, Young juga menjadi objek kebencian bagi pendukung MU.

Melihat permainan Young, maka dia sebenarnya lebih layak untuk dimuseumkan atau bahkan bermain untuk kesebelasan yang levelnya lebih rendah dibanding MU. Namun yang terjadi justru sebaliknya, nama Young tetap abadi disaat sosok yang jauh lebih disukai macam Ander Herrera, Henrikh Mkhitaryan, Daley Blind, dan Zlatan Ibrahimovic, meninggalkan klub.

Bahkan, ketika para penggemar MU sudah bersemangat melihat talenta mentah namun mengilap dalam diri Brandon Williams, yang membuat Solskjaer sampai berkata kalau dia sudah menemukan bek kiri yang tepat, nama Ashley Young tetap menjadi pilihan utama. Sesuatu yang membuat kita kerap garuk-garuk kepala.

Soal kritik, Young justru mendapatkan hujatan yang menurut saya jauh lebih parah dibanding Xhaka. Jika Xhaka disoraki ketika ia ditarik keluar, Young justru disoraki ketika dirinya masih terlibat di permainan. Meski kejadian itu terjadi pada laga pra-musim, namun tetap saja itu menjadi pukulan yang telak mengingat dia adalah sosok senior dalam tim.

Bahkan ketika ia berjalan ke bus tim selepas melawan Newcastle, sorakan semakin kencang. Tidak jarang, kritikan yang diterima Young mulai merembet kepada hal-hal yang berbau rasisme seperti ketika bermain hancur lebur melawan Barcelona.

Namun menjadi menarik ketika melihat bagaimana tanggapan seorang Young menyikapi hujatan tersebut. Tidak ada perilaku menantang seperti yang dilakukan Xhaka. Ketika ditarik keluar pun ia masih terus berlari alih-alih berjalan. Ia hanya bisa diam seolah merenungi kesalahan-kesalahannya dan menjadikannya sebagai motivasi agar kesalahan tersebut tidak lagi terulang.

Selain itu, tidak ada kata-kata manis yang diunggah ke media sosial jika timnya atau bahkan dirinya sendiri sedang bermain buruk. Ia mungkin sadar kalau ketikan di media sosial tidak akan berdampak apa pun tanpa adanya kesadaran untuk berubah dari dalam dirinya sendiri.

Hal ini yang mungkin membuat namanya begitu awet bersama Sir Alex Ferguson, David Moyes, Louis van Gaal, Jose Mourinho, dan sekarang Ole Gunnar Solskjaer. Padahal banyak bek sayap yang (katanya) jauh lebih baik dibanding Young. Mentalitasnya dalam mengatasi kritik ini yang membuatnya tetap diandalkan.

“Saya pikir Young itu cocok dengan saya. Dia adalah pemain yang selalu menjalankan segala instruksi saya dengan baik,” tutur Van Gaal kepada Inside Football.

Bahkan pada pra-musim 2018 lalu, Mourinho meminta Ashley Young untuk memotong masa liburannya. Padahal Mou saat itu masih punya Matteo Darmian dan beberapa pemain muda yang bisa bermain di posisi tersebut. Namun sisi sayap nampaknya kurang sedap tanpa kehadiran Young.

“Saat orang terus menerus meminta Ashley Young untuk tidak bermain lagi, maka ia justru akan selalu bermain. Entah itu sebagai bek kiri, bek kanan, bek kiri lagi, bek kanan lagi. Itu semua dilakukan untuk menutup kinerja buruk tim di bursa transfer. Young akan selalu memberikan segalanya setiap mendapat kesempatan,” tutur Gary Neville.

Lima manajer terakhir United menunjukkan kalau apa yang dibenci oleh fans belum tentu tidak disukai pula oleh si manajer itu sendiri. Kasus Young bisa menjadi contoh. Mendapat hujatan dan kritikan berkali-kali, namun dia menolak untuk terpuruk dari segala ujaran kebencian tersebut dan membalasnya di setiap sesi latihan. Hal ini yang membawanya kerap menjadi pilihan utama dibanding pemain-pemain lainnya.

Pesan untuk Granit Xhaka, Anda sebaiknya belajar dari Ashley Young bagaimana caranya tidak memedulikan hujatan yang didapat dari para penggemarnya.