Foto: SportBible

Ketika Manchester United memulai era barunya bersama Ole Gunnar Solskjaer, ada satu posisi yang kemudian menjadi bahan evaluasi sang manajer dan para staf kepelatihan untuk diperbaiki dengan pembelian pemain baru. Posisi itu adalah bek kanan.

United kemudian merekrut Aaron Wan-Bissaka dari Crystal Palace. Ole ingin sebuah perubahan yang begitu radikal dalam strategi dan taktik yang ingin ia mainkan. Ia tidak puas hanya memiliki Ashley Young, Diogo Dalot, dan Antonio Valencia. Menambah pemain baru menjadi pilihan dan pemain muda Inggris ini kemudian menjadi sosok terpilih hingga memaksa United mengeluarkan dana satu triliun rupiah.

“Aaron adalah salah satu talenta baru di Premier League. Ia punya etos kerja, talenta, dan mentalitas yang dibutuhkan untuk bermain di Manchester United. Profilnya sesuai dengan yang kami inginkan dalam skuat ini. Ia dapat mendorong tim ini ke arah kualitas yang jauh lebih baik, kata Ole dalam rilis resmi ketika Aaron pertama kali datang.

Pemain kelahiran Croydon ini diharapkan bisa membuat United melupakan Young, Valencia, atau bahkan Dalot. Akan tetapi, hingga tulisan ini dibuat, Aaron belum bisa dikatakan mampu untuk meningkatkan kualitas sisi kanan Manchester United. Permasalahannya bisa dibilang sepele yaitu kurang cakapnya dia dalam membantu penyerangan.

Ketika pertama kali didatangkan, tidak sedikit yang meragukan kemampuan menyerang seorang Aaron. Soal bertahan, tidak usah diragukan lagi. Ia adalah sosok pemain yang memiliki atribut lengkap. Dia pandai membaca gerakan lawan, dan akan mengakhiri serangan mereka dengan tekel-tekel yang sedap dipandang.

Namun, itu semua sukses dilakukan ketika ia sedang tidak menguasai bola. Ketika bola berada di kakinya, disinilah kekurangan Aaron terlihat. Ia mulai tampak kikuk dan beberapa kali kesulitan dalam mengatur skema penyerangan United dari sisi kanan.

“Dia adalah pemain yang hebat, tapi dia harus menambahkan aspek menyerangnya tersebut. Saya menyukai dia, tapi di United mereka menggunakan full back yang diharapkan bisa memberikan peluang-peluang yang bisa menjadi gol sehingga menjadi asis. Saya harap dia bisa memperbaiki dirinya dalam aspek itu,” kata Owen Hargreaves.

Menurut Ardy Nurhadi Shufi, jurnalis dari Pandit Football, full-back sebenarnya identik dengan permainan bertahan. Hal ini berbeda dibandingkan dengan Wing-Back. Biasanya, full-back diisi pemain yang handal dalam melakukan tekel, penjagaan pemain, penempaan posisi yang bagus, dan fisik yang kuat. Dari sini, Aaron sudah memenuhi syarat sebagai seorang full-back.

Namun pada masa sekarang, taktik sepakbola tidak kaku seperti sebelumnya. Full-back kini kerap diminta untuk bermain lebih menyerang. Disinilah Ole kemudian memakai dua gelandang tengah dalam diri Fred dan Scott McTominay untuk menjaga sisi sayap ketika para full-back sedang membantu serangan. Sayangnya, Aaron belum memenuhi kriteria ini. Padahal, Ole menekankan permainan dari sisi sayap sebagai kekuatan dia dalam melatih Setan Merah sekaligus mengurangi beban kerja sisi kiri yang sebelumnya jauh lebih dominan dibanding sisi kanan.

“Aaron Wan-Bissaka adalah pemain unik. Selama 40 tahun saya menonton sepakbola, saya tidak pernah berpikir bisa melihat pemain seperti dia (yang defensive minded lebih tinggi ketimbang kemampuan attacking-nya),” kata Adam Marshall, jurnalis di situs resmi klub.

Hal ini memang cukup aneh mengingat Aaron pernah berkata kalau pada awalnya dia adalah seorang penyerang. Namun entah kenapa, ketika posisinya diubah oleh Richard Shaw, pelatihnya di tim U-23, aspek menyerangnya seolah lenyap dan tanpa sisa.

“Saya dulu bisa bermain di sayap, bahkan di kedua sisi. Saya juga bisa bermain sebagai pemain nomor 10. Saya menyukai gaya main Thierry Henry dan Ronaldinho untuk mengekspresikan permainan saya. Saya berusaha untuk mengikuti mereka,” ujarnya ketika itu.

Berkaca dari data yang dikumpulkan oleh Whoscored, kemampuan menyerang Aaron memang jauh dari kata oke. Aspek yang paling utama bisa dilihat dari umpan yang menghasilkan peluang alias key passes. Sejauh ini, ia baru membuat 14 key passes, sama jumlahnya dengan apa yang dibuat Djibril Sidibe bersama Everton meski menit mainnya jauh lebih sedikit dari Aaron. Dari jumlah itu, hanya satu yang menjadi asis. Bahkan penggawa Aston Villa, Ahmed El Mohammady mengumpulkan 15 umpan kunci meski baru bermain 11 kali saja di Premier League.

Sangat disayangkan memang mengingat Aaron adalah pemain United keempat yang paling sering melepaskan passing yaitu 1111. Akan tetapi, jika melihat hanya ada 14 umpan yang berhasil menjadi peluang, maka kemungkinan besar umpan-umpan lainnya lebih banyak diberikan ke belakang atau rekannya yang berada di samping.

Seperti yang sudah ditulis sebelumnya, Aaron tampak kikuk ketika sedang menguasai bola dalam melakukan overlap. Hal ini yang kemudian membuat penguasaan bolanya mudah sekali hilang. Apes bagi United, bukan sekali dua kali saja masalah ini terjadi namun sudah di beberapa pertandingan. Dua dari tiga laga terakhir yang dimainkan, Aaron selalu keluar dengan predikat sebagai pemain yang paling sering kehilangan bola.

Akan tetapi, kita juga tidak boleh hanya menyalahkan Aaron semata terkait kurang gregetnya sisi kanan United pada musim ini. Aaron mungkin akan melakukan banyak sekali umpan-umpan ke kotak penalti jika di sana United memiliki pemain depan dengan karakter target man yang handal. Sayangnya, semua pemain depan yang dimiliki saat ini mayoritas lebih senang mlipir ke sisi sayap.

Selain itu, ketergantungan terhadap sisi kiri yang dikelola Marcus Rashford juga menjadi faktor lain. Jika pemain nomor 10 ini hadir, maka mayoritas serangan mereka akan terpusat di sisi ini saja. Hal ini yang kemudian membuat sisi kanan lebih banyak difungsikan untuk fokus bertahan. Ketika Rashford absen, sisi kanan ini tidak bisa menutupi kekuatan United yang berada di sisi kiri.

Aaron wajib untuk mengambil pelajaran dari gaya mainnya yang masih terkesan satu arah ini. Dia masih muda dan punya waktu banyak untuk mengasah lagi kemampuan ofensifnya. Jika musim ini dianggap masih dalam proses adaptasi, maka musim depan diharapkan kemampuan menyerangnya jauh lebih baik lagi mengingat sepanjang sejarahnya, United selalu memiliki bek kanan yang cukup aktif dalam menyerang maupun bertahan. Sebut saja Paul Parker, Wes Brown, Gary Neville, hingga Rafael da Silva.

Semangat Aaron!