Foto: Standard.co.uk

Di saat Manchester United tampak sulit untuk mencari pelatih yang tepat selama lima musim terakhir, Arsenal justru menunjukkan kalau mereka tidak butuh waktu yang lama untuk mendapatkan pelatih yang sesuai filosofi mereka. Meriam London seolah mengajarkan kepada United caranya menghilangkan bayang-bayang manajer legendaris.

Arsene Wenger mungkin tidak memiliki kesuksesan sebesar Sir Alex Ferguson di Inggris. Meski begitu, keduanya adalah sosok yang sangat dihormati di sepakbola dunia. Keduanya punya prestasi yang masing-masing tidak bisa dilakukan oleh lawannya. Fergie tidak bisa membawa United unbeaten seperti Arsenal. Sementara Wenger tidak bisa meraih Premier League sebanyak Sir Alex.

Mereka juga pantas disebut sebagai teladan. Kebersamaan lebih dari dua dekade bersama Arsenal dan Manchester United, mengajarkan kepada kita tentang loyalitas, dedikasi, dan arti dari kesetiaan, yang sulit dicari di tengah perkembangan sepakbola yang semakin masif. Sayangnya, baik United maupun Arsenal mengalami perjalanan yang bertolak belakang saat ditinggal dua sosok hebat tersebut.

Setiap pelatih yang masuk ke Manchester United pasti memberikan alasan yang sama yaitu sulit untuk menggantikan manajer dan mengikuti prestasi sekelas Sir Alex. Bandingkan dengan saat Emery masuk pertama kali ke London untuk menangani Arsenal. Dia datang dengan penuh percaya diri.

“Saya sudah tidak sabar untuk memberikan tanggung jawab saya untuk memulai babak baru dalam sejarah Arsenal,” tuturnya.

Tidak sedikit yang menyebut kalau Arsenal akan mendapat mimpi buruk seperti yang dialami United ketika ditinggal Fergie. Akan tetapi, mimpi buruk tersebut hanya berlangsung dalam dua pertandingan saja. Setelahnya, mereka tidak bisa dikalahkan dan entah sampai kapan rekor tidak terkalahkan mereka akan berhenti.

Baik Unai Emery dan tiga pelatih Manchester United setelah Fergie sebenarnya datang di saat klub mengatasi situasi sulit. Ferguson sukses menutup musim terakhirnya dengan juara, namun pada saat itu sudah terlihat kelemahan-kelemahan United yang sudah terendus dari musim sebelumnya.

Dia juga tidak mewariskan apapun kecuali sosok Mike Phelan dan Rene Meulensteen yang kemudian ditolak oleh Moyes. Dari sisi kedalaman skuat, Fergie juga tidak memberikan apa-apa kecuali Wilfried Zaha dan Adnan Januzaj. Sisanya, dia hanya memberikan para pemain yang kemampuannya hanya bisa dipakai oleh Fergie seorang.

Di sisi lain, Arsene Wenger meninggalkan skuat muda, penuh bakat, namun tidak disertai dengan kemampuan ball winning yang baik. Tidak hanya itu, Profesor juga meninggalkan Arsenal yang akrab dengan kejatuhan sejak invincibles 2004.

Namun tidak butuh waktu lama untuk Emery membuktikan kalau transisi tidak harus menunggu waktu yang lama. Menggantikan Wenger tampaknya bukan pekerjaan yang mustahil ketimbang Moyes, Van Gaal, dan Mourinho yang sampai sekarang masih megap-megap membawa Setan Merah. Kesimpulannya, Emery jauh lebih pintar dibanding ketiga pelatih United tersebut.

Moyes terlalu lembek bersama United, Van Gaal terlalu kaku, Mourinho lebih banyak cerita di luar lapangan ketimbang di dalam lapangan. Ketiganya juga memiliki identitas permainan yang berbeda antara satu sama lain.

Emery memilih untuk bertindak tegas. Jack Wilshere, Santi Cazorla, David Ospina, dan pemain-pemain yang dianggap tidak sesuai skemanya ia lepas. Mesut Ozil yang sempat bernasib serupa seperti Alexis Sanchez, bisa ia pertahankan.

Mantan Entrenador Valencia ini kemudian merekrut pemain-pemain yang sesuai dengan kebutuhan seperti Lucas Toreira dan Mateo Guendouzi. Beruntung bagi Emery, ia ditinggalkan warisan oleh Wenger berupa Alexander Lacazette dan Pierre Emerick Aubameyang. Dua pemain yang tidak pernah klop di era Wenger, justru menjadi duet maut bersama Emery.

Emery juga mendapat orang-orang yang bisa diajak bekerjasama dalam diri Sven Mislintat selaku kepala perekrutan pemain, dan Raul Sanllehi sebagai kepala sepakbola. Keduanya begitu efektif dalam mengembangkan The Gunners.

Sebaliknya, United justru layaknya petinju yang sedang terhuyung karena dipukul telak oleh lawannya. Perekrutan mereka seperti tidak melalui perencanaan yang matang. Mereka terjebak nilai yang terlalu besar, usia yang terlalu tua, dan cocok atau tidaknya dengan Liga Primer.

Dua sosok penting dalam lingkup United yaitu Jose Mourinho dan Ed Woodward justru kerap berselisih paham. Hal ini kemudian merembet pada kebijakan mereka dalam membeli pemain. Seandainya ada pemain yang datang maka pertanyaan besar pun mengiringi pemain tersebut, “Benarkan pemain ini didatangkan karena usulan Mourinho, atau karena hasrat Ed Woodward semata?”

Saat ini, United berada dalam persimpangan yang tidak jelas apakah mereka ingin lanjut bersama Mourinho atau memecatnya di tengah jalan. Kehadiran Woodward di setiap laga United pun lebih mengarah ke bentuk pencitraan agar dianggap perhatian oleh para pendukungnya.

Di saat Arsenal menunjukkan kalau tidak perlu waktu lama untuk meneruskan rekam jejak manajer legendaris, United masih terkungkung dalam urusan mencari sosok Alex Ferguson yang baru.