Makin hari Manchester United akrab dengan lelucon. Yang pertama muncul dari Maradona. Ia mengaku-ngaku bisa menjadi pelatih yang tepat bagi Setan Merah. Tidak tanggung-tanggung, ia menjanjikan adanya trofi yang masuk dalam lemari klub. Namun jika melihat rekam jejaknya, ia hanya melatih tim-tim seperti Mandiyu, Fujairah, dan Dorados. Secara tidak langsung, Diego menganggap kualitas United sama dengan tim-tim yang ia latih.

Lelucon lain datang dari orang dalam Barcelona. Berbicara dengan terlibatnya United dalam pembelian Matthijs de Ligt, sumber tersebut berkata kalau pindah ke United sama saja dengan pindah ke Liga Cina. Anda tidak akan berkembang sebagai pemain namun Anda hanya akan berkembang menjadi sosok yang punya uang banyak.

Berikutnya soal direktur olahraga. Entah apa yang mendasari manajemen hingga akhirnya mereka ragu-ragu dalam membuat keputusan. Calon yang siap dipilih padahal sudah tersedia. Bahkan beberapa dari mereka ada yang menawarkan diri.

Dari Monchi, Paul Mitchell, dan Andrea Berta, lalu daftar berubah menjadi Mike Phelan, Rio Ferdinand, dan Darren Fletcher, nama-nama tadi dianggap sebagai sosok ideal untuk mengisi jabatan sebagai Direktur Olahraga pertama sepanjang sejarah Manchester United. Namun hingga musim 2018/19 berakhir, berlanjut ke bulan Ramadan dan Idul Fitri, belum jelas apakah mereka jadi untuk membentuk jabatan ini.

Sindiran-sindiran padahal sudah datang dari berbagai penjuru. Semuanya mengarah ke aspek komersial yang nampak terlalu diprioritaskan oleh manajemen United sendiri sehingga beberapa hal nampak terbengkalai. Termasuk penunjukkan direktur olahraga yang molor.

“Saya tahun mereka menjual banyak jersey di seluruh dunia, tetapi sebuah kesebelasan juga harus memenangkan trofi,” kata Maradona. “Kami tidak selalu mendapat pemain yang saya inginkan. Meski ada Ed Woodward dan Matt Judge, lalu pemandu bakat yang tersebar sangat banyak, namun strukturnya selalu kembali pada Woodward dan Judge,” tuturnya.

Jika dirasa sindiran Van Gaal dan Maradona tidak cukup, maka kita harus melihat reaksi Jose Mourinho ketika ditanya terkait mantan klubnya. Jawabannya mudah, “Masalah utamanya masih ada di sana”. Ucapan yang membuat kita bertanya-tanya siapa yang dimaksud The Special One. Namun sudah pasti hanya ada dua calon kuat yaitu Paul Pogba dan Ed Woodward yang tidak menuruti pembeliannya.

Baik Van Gaal dan Mourinho sebenarnya dibantu dengan dana yang cukup besar. Namun jika melihat ucapan Van Gaal kalau ada beberapa incarannya yang gagal didapatkan, maka sudah dipastikan proses rekrutmen ini begitu berantakan ketika dipegang duet Woodward dan Judge.

Direktur olahraga akan mengurus hal-hal yang terkait rekrutmen dan kontrak-kontrak para pemain. Mereka dituntut untuk bisa membantu kinerja manajer agar mendapatkan pemain terbaiknya. Hal ini yang tidak dimiliki United sejak era David Gill berakhir.

Woodward dan Judge dianggap tidak cukup cakap. Pembelian Daniel James, pemain yang hanya bermain untuk klub sekelas Swansea City, bisa molor dalam waktu yang lama terlepas dari kejadian ayahnya yang meninggal dunia.

Belum lagi soal kontrak pemain yang dibiarkan terbengkalai. Ander Herrera yang seharusnya bisa menghasilkan uang jika kontraknya diurus dengan baik, hijrah dengan status free transfer. Begitu juga dengan David de Gea yang kemungkinan tidak akan memperpanjang kontrak.

Sebaliknya, pemain yang jarang bermain seperti Matteo Darmian bahkan ingin diberikan kontrak baru agar klub yang berminat kepadanya mau mengeluarkan uang. Soal Paul Pogba juga menunjukkan kalau klub ini kerap bingung dalam mengambil keputusan.

“United tidak ingin menjual Paul Pogba. Tetapi manajer tahu dia tidak selalu memberikan pengaruh bagus di ruang ganti,” tutur Andy Mitten menjelaskan satu contoh kebingungan dalam manajemen United.

Meski dikritik dan beberapa kali mendapat hujatan, Woodward dan Judge nampak tidak mau lepas dari perannya sebagai orang yang harus ikut serta dalam rekrutmen pemain baru. Hal ini muncul saat rencana menunjuk direktur olahraga berubah menjadi penunjukkan direktur teknik. Siapa yang nantinya mengisi peran direktur teknik tidak akan ikut campur soal negosiasi pemain. Persis dengan apa yang dikatakan Van Gaal, direktur teknik hanya bisa merekomendasikan namun Ed dan Matt Judge yang menentukan.

“Seorang direktur butuh pengetahuan tentang permainan, metode latihan, persiapan, pendidikan tim-tim muda, memandu bakat, dan harus berpikir dalam struktur. Menjadi direktur olahraga, Anda harus punya jaringan besar,” kata Van Gaal.

Ada ketakutan dari para penggemar Manchester United kalau kejadian musim lalu kembali terulang. Tidak memanfaatkan bursa transfer dengan baik yang berimbas dengan buruknya penampilan tim sepanjang 2018/19. Namun Glazer, Judge, Arnold, dan Woodward nampak santai karena aplikasi MU di play store dan app store masih mendapat rating 4,9.

Keempat orang ini harus membuat kepastian apakah klub ini jadi mengangkat direktur olahraga atau tidak. Jika ia maka lakukanlah mengingat sudah banyak lowongan yang menanti. Jika belum maka manajemen klub harus memberi tahu visi dan misi klub ini secara jelas.

Atau jangan-jangan manajemen akan memberikan kepercayaan 100 persen kepada Ole Gunnar Solskjaer untuk berperan lebih dari sekadar manajer seperti yang pernah dilakukan Sir Alex Ferguson dulu. Namun mengutip apa yang dulu pernah dikatakan Gary Neville kalau Solskjaer butuh orang-orang yang berkualitas dan orang-orang yang bisa menjamin kalau dia bekerja sesuai dengan keinginannya.

Jangan sampai para suporter yang sudah mencoba sabar ini kembali frustrasi karena perjalanan Manchester United kembali diwarnai masalah-masalah yang sebenarnya bisa mereka selesaikan.