Foto: 101greatgoals.com

Jika Tahith Chong benar-benar pergi pada musim panas nanti, maka dia akan membawa citra buruk sebagai pemain yang tidak mau berusaha keras dan mudah menyerah. Selain itu, ia juga masuk dalam golongan pemain yang gagal bersama tim utama meski menggila di tim akademi.

***

Sudah banyak jebolan akademi United yang gagal ketika bermain untuk tim utama meski tampil elegan ketika masih menjadi siswa akademi. James Wilson, Cameron Borthwick-Jackson, Adnan Januzaj, Federico Macheda, Paddy McNair, adalah beberapa nama yang sulit mengaplikasikan performa mereka bersama tim akademi ketika bermain bersama tim utama. Kini, Tahith Chong siap menanti untuk masuk dalam golongan pemain-pemain tersebut.

Kabar berembus kalau pemain dengan rambut unik ini menolak untuk memperpanjang kontraknya bersama Manchester United. Kontrak si pemain sendiri akan habis pada akhir Juni 2020 nanti. Jika tidak ada perkembangan hingga Desember, maka si pemain sudah bisa bernegosiasi per 1 Januari 2020 berkat peraturan bosman.

Calciomercato menjadi media yang berani mengklaim kalau Chong tidak akan memperbarui kontraknya bersama Setan Merah. Tantangan baru menjadi alasan kenapa ia menolak melanjutkan proyeknya bersama Ole Gunnar Solskjaer. Juventus menjadi peminat terbesar bagi sayap lincah asal Belanda ini sekaligus akan meneruskan strategi pintar mereka dengan belanja pemain yang punya kualitas dengan harga yang percuma.

Jika Chong memutuskan untuk hengkang, maka keputusan ini akan menjadi noda dari hasrat Ole Gunnar Solskjaer membangun identitas Manchester United yang dipenuhi pemain-pemain penuh potensi yang berasal dari akademi. Bersama Angel Gomes, James Garner, dan Mason Greenwood, Chong diharapkan bisa menjadi tumpuan Setan Merah di beberapa kompetisi yang diikuti sehingga saat itu Solskjaer menolak untuk meminjamkan kuartet tersebut ke tempat lain.

“Dia adalah pemain yang pandai melakukan dua sampai tiga aksi yang baik. Aksi yang bisa membuat penonton berteriak. Dia adalah anak yang menyenangkan. Tahith sempat mengalami cedera parah tapi kini dia telah datang ke tim utama dan dia datang dengan kondisi yang baik,” kata Solskjaer memuji Chong pada debutnya melawan Reading awal tahun lalu.

Kepercayaan yang Belum Bisa Dibuktikan

Chong sendiri bukannya tidak mendapat kesempatan. Oleh Solskjaer, ia sudah dimainkan dalam empat laga di semua kompetisi dengan rincian dua di Premier League dan masing-masing satu pada Piala Liga dan Europa League. Namun dari empat pertandingan tersebut, penampilannya bisa dibilang tidak memuaskan.

Premier League mungkin menjadi pengecualian mengingat dia baru bermain 24 menit saja. Namun penampilannya masih berantakan ketika dimainkan sebagai starter melawan Rochdale dan Astana. Dalam dua laga ini, Chong hanya bermain 60 dan 68 menit saja sebelum digantikan pemain lain.

Sial bagi Chong, karena setelah itu Solskjaer seolah menutup akses untuk para pemain mudanya termasuk dirinya agar bisa tampil pada Piala Liga dan Liga Europa. Sebelumnya, Solskjaer berjanji akan lebih banyak memainkan pemain-pemain muda pada dua ajang tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, ia justru memainkan para pemain utamanya.

Solskjaer memang tidak bisa disalahkan. Tuntutan untuk meraih trofi membuatnya mau tidak mau harus tetap memainkan skuad terbaik. Karena Piala Liga dan Liga Europa dipandang cukup realistis untuk diraih, maka hanya sedikit pemain muda yang diberikan kesempatan. Itupun yang sudah memberikan dampak signifikan seperti Mason Greenwood dan Brandon Williams.

Chong sebenarnya sempat memberikan sinyal kepada Solskjaer dengan bermain apik ketika tim cadangan United menang 4-1 melawan Middlesbrough. Saat itu, ia membuat dua gol dan satu asis. Akan tetapi, hal itu jelas belum cukup mengingat persaingan di lini depan tim utama juga sangat ketat.

Marcus Rashford, Anthony Martial, dan Daniel James adalah komposisi utama United di lini depan. Jika salah satu cedera, maka Mason Greenwood yang akan dipilih mengisi kekosongan. Kalau lebih dari satu pemain yang cedera, maka barulah Chong yang akan diberi kesempatan main.

Menjadi pilihan kesekian jelas bukan sesuatu yang diharapkan Chong. Hal ini yang membuat ia juga tidak bisa disalahkan apabila memilih hengkang dari kota Manchester dan mencari tempat lain untuk berkembang.

Di Akademi Bagus, Di Tim Utama Belum Tentu

Pilihan kini ada di tangan Chong. Berita seputar penolakannya memperpanjang kontrak baru sebatas spekulasi media. Bagi United, tidak ada yang bisa dilakukan selain meyakinkan Chong untuk memperpanjang kontrak baru lalu meminjamkannya ke tempat lain pada Januari nanti. Membiarkannya hengkang maka membuka potensi ia akan menjadi Pogba jilid II yang dilepas gratis lalu didatangkan kembali dengan banderol luar biasa.

Apa yang terjadi kepada Chong juga menegaskan kalau pemain yang tampil hebat di akademi belum tentu bagus ketika bermain bersama tim utama. Menurut @UtdArena, sepakbola berbicara soal transendensi yaitu kemampuan untuk menunjukkan yang lebih baik dari sebelumnya. Inilah yang tidak dimiliki semua pemain muda ketika menjalani peralihan dari tim akademi menuju tim utama.

Sejak Sir Alex Ferguson pensiun, hanya ada delapan pemain akademi saja yang sukses menjalani peralihan dengan baik dan mendapat kesempatan bersama tim senior. Mereka adalah Paul Pogba di Juventus, Jesse Lingard, Marcus Rashford, Andreas Pereira, Mason Greenwood, Axel Tuanzebe, Scott McTominay, dan Brandon Williams.