Foto: Sempre Inter

Tujuan Manchester United meminjamkan Alexis Sanchez ke Inter Milan sebenarnya bagus. Setan Merah ingin melihat penggawa asal Cile ini kembali ke performa terbaiknya seperti kala ia masih membela Arsenal dulu. Liga Italia dirasa menjadi wadah yang tepat mengingat si pemain pernah menghabiskan kariernya di sana bersama Udinese.

Dipinjamkannya Sanchez juga menandakan kalau United masih percaya kepadanya. Ia hanya dilepas sementara. Bandingkan dengan Lukaku yang dijual permanen meski kontribusinya jelas jauh lebih banyak ketimbang Sanchez.

Sayangnya, satu musim peminjaman Sanchez ke Inter tampaknya tidak membuahkan hasil yang positif. Performa si pemain masih begitu-begitu saja. Sama seperti ketika memperkuat United dulu. Sulit menunjukkan permainan terbaik, kerap mengalami cedera, fisiknya sudah tidak sebagus Sanchez empat atau lima tahun yang lalu.

Musim ini, Sanchez baru bermain 15 kali bersama Inter. Namun dari jumlah itu, ia hanya mengumpulkan 199 menit di Serie A. Kontribusinya hanya satu gol dan tiga asis. Dari enam pertandingan terakhirnya, hanya satu kali ia bermain sebagai starter yaitu ketika Inter melakukan epik comeback melawan Milan sekaligus menjadi laga terakhir ketika ia berkontribusi terhadap hasil akhir timnya.

Modal ini jelas tidak cukup untuk bisa membawanya kembali ke Old Trafford. Meski rasio gol dan asis per menitnya jauh lebih baik ketimbang di United, namun tetap saja Sanchez belum bisa dikatakan berkembang.  Apalagi dengan fakta kalau dia tidak mendapatkan menit main yang cukup di Giuseppe Meazza.

Beberapa minggu yang lalu, Calciomercato mengabarkan kalau Inter tidak berniat untuk mempermanenkan Sanchez. Sebuah keputusan yang mungkin saja membuat United kecewa. Dalam hati, mereka mungkin berharap Sanchez bisa dipermanenkan agar masalah Sanchez bisa diselesaikan dan United tidak lagi terbebani dengan kehadiran dia.

Sayangnya, Inter juga menunjukkan kalau mereka juga tidak mau menyimpan pemain yang kontribusinya begitu minim. Mereka kini mencari pemain bintang lain yang bisa memberikan dampak signifikan layaknya Romelu Lukaku atau yang tidak bermasalah dengan kebugaran layaknya Christian Eriksen.

Kesalahan yang Tidak Bisa Diperbaiki

Menurut sumber yang sama, Inter Milan sebenarnya masih menyimpan keinginan untuk mempermanenkan Sanchez. Syaratnya sederhana tapi sulit dilakukan yaitu United harus menurunkan harga jual Sanchez dan si pemain juga diminta untuk mengurangi beban gajinya. Jika tidak, maka ya Sanchez harus pulang ke Manchester dan Solskjaer kembali menerima masalah baru.

Musim ini, internal United sudah cukup kondusif. Mungkin hanya persoalan Paul Pogba yang belum beres. Bayangkan, ketika satu masalah belum selesai, timbul masalah baru yang tidak kalah ruwetnya. Namun, jika melihat kegunaan di atas lapangan, Pogba terasa jauh lebih berguna dan dibutuhkan ketimbang Sanchez.

Januari lalu, Ole Gunnar Solskjaer membela Sanchez dengan menyebut kalau si pemain akan kembali dan membuktikan kalau penilaian mereka yang mencibirnya adalah sebuah kesalahan. Kalimat ini diteruskan oleh Paul Merson yang menyebut kalau Sanchez tetap seorang pemain top.

“Saya bisa mengerti Sanchez akan kembali bermain di Old Trafford karena pada harinya, dia adalah pemain hebat,” kata legenda Arsenal ini.

Pertanyaannya adalah: Kapan hari baiknya Sanchez akan datang? Tidak ada yang tahu kapan harinya akan datang. Namun yang pasti, mayoritas penggemar United tampaknya sudah tidak menginginkan pemain nomor tujuh ini ada dalam dalam skuat mereka musim depan.

Kita semua tahu label Sanchez di Manchester United. Ia adalah salah satu pemain dengan gaji terbesar. Tidak hanya di klub melainkan juga di liga Inggris. Sanchez juga menjadi pemain yang akan selalu mendapat bonus jika dimainkan oleh Setan Merah. Ia akan terus menjadi kaya sedangkan United tidak mendapatkan kontribusi apa pun dari si pemain kecuali kas mereka yang terus terkuras.

United sebenarnya punya beberapa opsi yang bisa diambil. Sayangnya, opsi tersebut bisa dibilang ujung-ujungnya tetap merugikan mereka juga pada akhirnya. Menampungnya kembali, maka United harus mempersiapkan 350 ribu paun per pekan yang merupakan gaji pokok Sanchez. Kalau dimainkan, angkanya naik menjadi 500 ribu paun. Jumlah yang luar biasa gila untuk pemain yang sebelumnya cuma bisa membuat lima gol.

Mencadangkannya atau menyingkirkannya dari skuat layaknya Bastian Schweinsteiger di era Mourinho mungkin bisa jadi pilihan. Namun tetap saja kan United harus mengeluarkan 350 ribu paun sebagai gaji pokok. Yang ada, United bakal ditertawakan banyak orang karena mereka menggaji pemain yang sama sekali tidak bermain.

Mencoretnya dari tim juga bisa menjadi pilihan yang masuk akal. Putus kontrak sepihak alias dipecat mungkin menjadi harapan penggemar United melihat situasi Sanchez yang makin lama makin ruwet. Tapi, United harus membayarkan sisa kontrak Sanchez mengingat kontraknya diakhiri sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Jika hanya menghitung gaji pokok Sanchez yaitu 350 ribu lalu kalikan empat minggu, maka timbul angka 1,4 juta paun. Lalu kalikan 12 bulan maka hasilnya menjadi 16,8 juta paun. Angka tersebut dikali dengan sisa kontrak dia di United yaitu dua tahun. Maka United harus membayar kompensasi sebesar 33,6 juta paun atau 660 miliar rupiah.

Apakah United tidak punya uang? Saya yakin United punya banyak uang. Betapa kaya United bisa dilihat dari keengganan mereka memotong gaji para pemain dan masih memberikan gaji penuh kepada pekerja mereka. Namun untuk memberikan kompensasi tentu mereka pasti akan berpikir dua kali. Uang segitu, bisa mereka pakai untuk membayar pemain yang kualitasnya jauh lebih baik dari Sanchez. Uang yang harus dibayarkan mungkin tidak sampai segitu jika kedua belah pihak mencari win-win solution dari masalah ini. Meski begitu, jumlahnya tetap saja lumayan.

Masih ada beberapa klub sebenarnya yang mau merekrut Sanchez. West Ham United salah satunya. Namun, apakah The Hammers sanggup membayar gaji Sanchez yang besarnya minta ampun untuk ukuran mereka. Apalagi West Ham sendiri belum aman dari jerat degradasi. Sanchez pun mungkin tidak mau menurunkan gajinya mengingat ia tidak sedang mendekati habis kontrak.

Kalau dipinjamkan lagi seperti apa? Jawaban dari pertanyaan ini sebenarnya mudah. Ya, kembali saja ke cerita ketika Inter meminjam Sanchez musim panas lalu. Si pemain memang tidak ada wujudnya lagi di Manchester, tapi kewajiban United untuk membayar gajinya pasti tetap jalan walau setengah.

Akan tetapi, tim yang mau meminjam Sanchez haruslah kesebelasan yang otot finansialnya kuat sehingga mereka bisa bekerja sama dengan United untuk patungan membayar Sanchez. Apesnya, jumlahnya tidak banyak. 175 ribu paun adalah angka yang cukup tinggi untuk kesebelasan yang bukan langganan papan atas

Segala keruwetan ini tidak akan terjadi jika Ed Woodward tidak menukar Sanchez dengan Henrikh Mkhitaryan pada Januari lalu. Mourinho sendiri saat itu juga setengah hati menerima Sanchez. Pada saat rumor kedatangan Sanchez berhembus, Mourinho hanya bilang ‘kalau memang ada kesempatan maka silahkan dicoba.’ Sebuah jawaban yang jelas diinginkan oleh Ed Woodward.

Nasi kini sudah menjadi bubur. Keputusan yang sudah dibuat, tidak bisa direvisi lagi. Mau mengambil langkah apa pun, United tetap akan ada di pihak yang rugi. Kecuali, Sanchez mendapat hidayah dengan tiba-tiba mendatangi kantor Ole dan berkata, ‘bos, saya mau menurunkan gaji saya demi tim.’ Akan tetapi, kejadian seperti itu masih sebatas khayalan.

Ole kini hanya bisa berharap Sanchez bisa berkontribusi dengan baik apabila ia tidak laku pada bursa transfer musim panas mendatang. Meski risikonya, kas United harus mengeluarkan banyak uang, namun selagi ia berkontribusi secara konsisten meski tidak sebagus ketika saat ia masih membela Arsenal, maka hal itu tidak akan jadi masalah.

Masalah baru akan muncul jika ia tetap tidak konsisten dan penampilannya masih sama seperti saat ia pertama kali datang. Kalau begini kejadiannya, United yang repot. Uang habis, kontribusi minim, sedangkan mereka hanya menanti calendar cepat-cepat memasuki tanggal 30 Juni 2022 yang menjadi batas akhir kontrak Sanchez bersama Setan Merah.

Selagi performanya belum membaik, maka Alexis Sanchez adalah arti sebenar-benarnya dari transfer gagal, meski ia tidak bisa disalahkan sepenuhnya dari kegagalan tersebut.