Ketika mengetahui kalau ada 11 pemainnya yang bermain di perempat final Piala Dunia, Erik ten Hag merasa yakin kalau ada pemainnya yang kembali dengan raihan trofi prestisius tersebut. Sayangnya, harapan tersebut menguap ketika satu per satu penggawa United ini pulang dengan air mata.

Bruno Fernandes kecewa. Tendangannya yang sudah mengarah ke gawang Yassine Bounou ternyata masih terlalu tinggi beberapa senti. Tendangannya tersebut sempat membuat nafas pendukung Maroko berhenti sejenak sebelum kembali merasa lega.

Rasa frustrasi itu semakin terlihat ketika ia menarik-narik bajunya setelah mengetahui tendangannya meleset. Beberapa kali mulutnya melontarkan sepatah dua patah kalimat sebagai bentuk rasa tidak percaya karena tendangannya itu bisa saja mengubah jalannya laga seandainya menemui sasaran.

Bruno hanya bisa menangis. Usahanya selama 90 menit tidak menemui hasil. Beberapa peluang sudah ia dan rekannya atur dengan baik tapi tidak ada yang menjadi gol. Sedangkan Maroko hanya butuh satu peluang besar dan timing yang tepat dari Youssef En-Nesyri untuk membuat mereka menjadi wakil Afrika pertama yang bisa mencapai babak semifinal.

“Sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata apa yang membuat kami gagal. Ini adalah masa yang menyedihkan bagi kami karena kami punya kualitas dan ambisi yang lebih. Kami melakukan segala hal di lapangan tapi perbedaan besarnya adalah kami tidak bisa membuat gol dan mereka (Maroko) bertahan dengan sangat baik,” kata Bruno.

Sepakbola memang kadang kejam. Bagus di atas kertas belum tentu bagus juga di atas lapangan. Pada pertandingan itu, Portugal memang menguasai laga dan membuat banyak peluang. Tapi mereka tidak menemukan kreativitas lain selain memberi crossing kepada Ronaldo. Di sisi lain, Maroko tampil sangat solid dan jarang membuat kesalahan di lini belakang.

Kekecewaan serupa juga dialami oleh penggawa timnas Inggris. Beberapa jam setelah hengkangnya Portugal, Inggris menyusul pulang setelah kalah 2-1 dari Prancis. Kekalahan yang sulit diterima oleh Harry Maguire mengingat tim Tiga Singa sebenarnya tampil jauh lebih baik.

“Kami mendominasi permainan, peluang, dan menguasai bola. Kami memiliki semua yang bisa menekan mereka. Tapi inilah turnamen sepakbola. Mereka lebih klinis dalam dua momen. Inilah yang membuat kami kecewa karena kami tahu kalau kami main bagus tapi pada akhirnya segalanya tidak cukup baik,” ujarnya.

Dalam turnamen sekelas Piala Dunia, jarang sekali pemain United tampil bagus bersama timnas Inggris. Akan tetapi, hal itu tidak terjadi kali ini. Maguire, Shaw, dan Rashford tampil gemilang sepanjang turnamen. Maguire bahkan bermain jauh lebih solid dan jarang membuat kesalahan. Dia berbeda ketimbang yang sudah ia tampilkan bersama Setan Merah musim lalu.

Begitu juga dengan Marcus Rashford. Kematangannya bermain semakin terlihat. Tiga gol ia cetak sampai akhirnya ia tersingkir. Bahkan ia nyaris membuat laga berakhir 2-2 seandainya tendangan bebasnya jelang akhir laga tidak mengenai jaring atas.

“Beberapa minggu terakhir emosi kami seperti rollercoaster. Masing-masing dari kami memberikan semua yang kami punya tapi kami juga harus siap seandainya hal yang tidak diinginkan terjadi. Kami sangat dekat (dengan trofi Piala Dunia), tapi tidak cukup dekat,” kata Rashford.

Sebelum mereka, Malacia, Antony, Casemiro, dan Fred telah lebih dulu tersingkir dari delapan besar. Brasil tumbang secara dramatis dari Kroasia, sedangkan Malacia hanya duduk menyaksikan timnas Belanda kalah dari Argentina. Keduanya sama-sama tumbang oleh drama adu penalti.

Kini, tersisa Raphael Varane dan Lisandro Martinez, dua penggawa United yang akan bertarung memperebutkan tiket final. Keduanya bisa bertemu di laga puncak, tapi tidak tertutup kemungkinan keduanya akan menangis dan hanya bertemu pada laga perebutan tempat ketiga.