Foto: Goal.com

4.000 laga beruntun dengan menyertakan pemain akademi dalam starting XI merupakan sebuah pencapaian luar biasa bagi Manchester United. Sebuah catatan yang menandakan kalau tim ini masih menjaga tradisinya dengan memainkan pemain hasil dari binaan sendiri. Bahkan pesaing terdekat mereka untuk rekor ini, yaitu Everton, baru mencapai 1000 pertandingan beruntun dengan pemain akademi. Rekor yang juga patut untuk diapresiasi.

Duncan Edwards, Bobby Charlton, Norman Whiteshide, David Beckham, Jonny Evans, Marcus Rashford, dan sekarang Mason Greenwood, adalah generasi-generasi yang muncul dari hasil gemblengan akademi United baik di The Cliff maupun Carrington. Mereka semua memiliki prestasinya sendiri-sendiri yang bisa menjadi cerminan bagi juniornya kelak.

Namun tidak semua memang bisa mencicipi keberhasilan seperti nama-nama di atas. Beberapa dari mereka tidak beruntung seperti Will Keane atau James Wilson yang kariernya terhambat karena cedera. Persaingan ketat yang membuat Josh Harrop dan Joshua Bohui pergi, hingga yang mengecewakan meski digadang-gadang akan berhasil seperti Adnan Januzaj.

Pemain Belgia ini menjadi sumber kekecewaan terbesar bagi tim akademi. Setidaknya itu menurut Nicky Butt yang pernah menjabat sebagai Kepala Pengembangan Tim Akademi Manchester United sebelum ia naik pangkat menjadi Kepala Pengembangan Tim Utama musim ini. Bagaimanan tidak, di awal kemunculannya Adnan sudah berada di jalur yang tepat untuk sukses. Kemunculannya mirip seperti yang dialami oleh Marcus Rashford dan Mason Greenwood.

Inside United edisi Juni 2014 memasang Adnan sebagai cover dengan judul “Future’s so bright” alias Masa Depan Terlihat Cerah. Saat itu, hanya dia satu-satunya hal positif dari musim buruk Setan Merah bersama David Moyes pada 2013/14. Gary Neville pun mengakui hal itu dalam sebuah acara di Sky Sports. Sebuah modal yang besar bagi seorang pemain akademi di tengah merosotnya performa klub saat itu.

Foto: Ebay

Masih belum lepas dari ingatan ketika Adnan menjadi motor serangan United di tengah mediokernya mentalitas seluruh pemain pada saat itu. Saban Adnan dimainkan, sebisa mungkin bola akan dikirimkan ke pemain berdarah Kosovo tersebut untuk dikreasikan menjadi peluang. Entah itu melalui umpan silang atau melalui dribel-dribel merusak organisasi pertahanan lawan.

Masih belum lepas dari ingatan saat United kesulitan merusak pertahanan Fulham dan memaksa United melepaskan banyak sekali umpan silang. Adnan saat itu menjadi pemain dengan umpan silang terbanyak ketiga setelah Patrice Evra dan Ashley Young. Tidak hanya laga ini saja Adnan begitu diandalkan untuk menjadi pembeda.

Namun lambat laun performa apik itu tidak bisa dipertahankan. Bersama Van Gaal, permainannya sulit berkembang. Dua kali peminjaman ke Borussia Dortmund dan Sunderland juga tidak memberikan pengaruh apa-apa hingga ia akhirnya terdampar bersama kesebelasan papan tengah Spanyol, Real Sociedad.

Di Anoeta, Adnan sebenarnya mampu bangkit dari keterpurukan. Ia kembali mendapat kesempatan main sebagai pemain inti. Namanya kembali dipanggil timnas Belgia pada Piala Dunia 2018 juga karena penampilannya bersama Txuri-urdinak. Namun tetap saja, ada penyesalan bagi Butt karena talenta seperti Adnan seharusnya bisa diberdayakan oleh Manchester United.

“Adnan Januzaj adalah kekecewaan terbesar bagi klub ini. Saya tidak berpikir saya telah melihat seorang pemain yang talentanya sulit untuk dipercaya. Di mata saya dia seharusnya bisa menjadi bintang dunia. Dia masih bermain sepakbola profesional dan dia akan memiliki karier yang bagus. Saya yakin dia tetap menjadi jutawan dan dia tidak akan susah tidur karena mengkhawatirkan tagihan yang harus dia bayar. Namun bagi saya, seharusnya dia bisa menjadi superstar,” tutur Butt.

Mantan gelandang United ini menambahkan, “Bakat membuatmu melewati gerbang di klub ini, tetapi yang akan membuatmu tetap disini adalah karakter dan komitmen.”

Dua hal ini yang nampaknya belum dimiliki Januzaj. Ia masih mengandalkan bakatnya saja dan tidak memiliki karakter dan komitmen yang bersungguh-sungguh. Bahkan Thomas Tuchel, pelatih Adnan di Borussia Dortmund dulu menyebut kalau ia nampak tidak sungguh-sungguh menjalani peminjaman yang sudah disepakati tersebut.

“Sebagian dirinya masih di Manchester dan kami tidak bisa membantunya untuk melupakan hal tersebut. Dia tidak sepenuhnya ingin membela Borussia Dortmund karena setiap hari ia selalu membandingkan semuanya dengan apa yang terjadi di Manchester United,” ujarnya.

Ucapan Tuchel tersebut sebenarnya dibantah keras oleh Adnan. Ia bahkan menyebut kalau ucapan Tuchel tersebut sebagai pernyataan yang bodoh. Entah siapa yang benar dan siapa yang salah, namun yang pasti Adnan tidak menjalani peminjaman tersebut dengan mulus hingga membuatnya terdampar di Sunderland dan sekarang berlabuh ke Real Sociedad.

Kini, Adnan sudah bahagia dan nyaman dengan kehidupannya di kota Basque. Untuk sementara, ia membawa Sociedad hanya berjarak tiga poin dari peringkat ketiga Sevilla sehingga peluang untuk mendapatkan satu tiket Liga Champions atau minimal tiket Liga Europa masih terbuka sangat lebar. Ia berhasil membuktikan kalau ucapan orang-orang yang menyebutnya tidak lagi berhasrat di sepakbola setelah insiden dengan Tuchel tersebut adalah sebuah ucapan yang salah.

“Orang-orang yang mengkritik saya adalah orang-orang yang tidak paham sepakbola. Tapi saya tidak peduli karena saya terus bekerja keras. Anda hanya butuh pergi ke arah yang kau tuju untuk membuat orang lain terdiam. Setelah Anda berhasil melakukannya, maka mereka yang mengkritik akan menjadi orang yang konyol,” tuturnya.

Tidak ada klausul pembelian kembali dalam diri Adnan seperti Memphis Depay. Hal ini yang membuat namanya mungkin tidak akan terbersit untuk dibeli kembali oleh Manchester United. Namun tidak tertutup kemungkinan kalau ia bernasib seperti Paul Pogba yang direkrut kembali oleh klub asalkan dia betul-betul menjadi pemain yang menonjol atau bisa menjadi bintang di La Liga. Namun sampai saat itu tiba, maka Nicky Butt akan tetap menyesal karena United dan Adnan Januzaj tidak bisa bekerja sama dengan baik untuk mengembangkan karier si pemain.