foto: Sportsjoe.ie

Tidak ada yang menyangkal kalau Zlatan Ibrahimovic adalah striker hebat. Ajax Amsterdam, Juventus, Inter Milan, Barcelona, AC Milan, dan Paris Saint-Germain, pernah ia berikan gelar; sebuah dampak yang begitu besar untuk kesebelasan.

Zlatan pernah mengalami masa kurang menyenangkan, bukan soal prestasi tapi soal batin. Siapa sangka kalau momen tersebut terjadi saat ia merumput di Spanyol bersama Barcelona. Meski kurang menyenangkan, tapi Zlatan ikut memberikan satu gelar La Liga, dua Supercopa de Espana, satu UEFA Super Cup, serta satu Piala Dunia Antarklub.

Berawal dari Messi

Secara permainan, sejatinya tidak ada yang berbeda dari Zlatan. Yang berubah adalah menit bermain. Zlatan sempat mengalami cedera yang membuatnya menepi beberapa waktu. Tapi bukan itu yang dibicarakan banyak orang; Zlatan adalah korban dari mandulnya seorang Lionel Messi.

“Aku tak ingin bermain di kanan, di sayap, lagi. Aku ingin bermain di tengah,” tulis Zlatan menirukan ucapan Messi yang dianggapnya “mengadu” kepada Pelatih Barcelona, Pep Guardiola.

Zlatan tak secara spesifik menuliskan apa alasan Messi mengadu demikian. Namun, ia menulis begini dalam otobiografinya, “Dia amat brilian, tapi aku datang dan mulai mencetak gol lebih banyak darinya. Lalu, dia pun menghadap Guardiola.”

“Guardiola mengorbankanku. Itu faktanya. Dia mengunciku di sana. Baik, saya dapat mengerti dengan situasi ini. Messi adalah bintang,” tulis Zlatan sembari mengungkapkan fakta bahwa Pep mengubah formasi dari 4-3-3 menjadi 4-5-1 di mana Messi bermain tepat di belakangnya.

“Aliran bola selalu lewat Messi dan aku tak bisa menunjukkan permainanku. Aku harus bebas seperti burung di atas lapangan. Aku adalah pria yang selalu ingin membuat perubahan.”

Zlatan dan Barca yang Berbeda

Zlatan memang tidak ditakdirkan untuk Barcelona. Apabila Barcelona memiliki karakteristik kalem seperti seorang Messi, Barcelona jelas bukan tempat bagi seorang yang sulit diatur. Padahal, dulu Barcelona memboyong dirinya dengan nilai yang tinggi.

Untuk Zlatan hal ini membuat suasana menjadi tegang. Ia kerap ditekan karena dianggap sebagai pemain mahal, sementara Zlatan menganggap bahwa Pep-lah yang mengubahnya menjadi pemain yang sederhana; yang jauh lebih buruk.

“Seorang teman bilang seperti ini, ‘Zlatan, Barca itu seperti membeli Ferrari tapi mengendarainya seperti Fiat!” kata Zlatan yang jelas menyinggung soal Pep sebagai “pengemudi”.

Namun, faktor lingkungan yang membuat Zlatan melunak. Ia tak meledak-ledak sesuka hatinya. Ia bicara baik-baik dengan Pep dan menjelaskan semuanya. Zlatan pun merasa lega karena Pep akan berusaha untuk “mengusahakannya”.

Satu hal yang membuat Zlatan makin merasa terpinggirkan adalah fragmen saat ia mencetak dua gol kala menghadapi Arsenal. Lalu, The Gunners membalas dua gol saat Zlatan diganti di babak kedua. Tak berselang lama, cedera di otot pahanya kembali kambuh. Di saat cedera itulah, Zlatan merasa kalau Pep tak memberikan perhatian yang semestinya.

Zlatan pun mulai berbicara dengan Thierry Henry, legenda Arsenal yang juga top skorer timnas Prancis. Zlatan mengklaim kalau Henry pun punya masalah dengan Pep yang tak mau menurunkannya. Namun, Henry amat tenang dan santai menghadapi hal tersebut. Henry malah sering membuat lelucon soal hubungan Pep dengan Zlatan.

“Hey, Zlatan, apakah Pep melihatmu hari ini,” tanya Henry.

“Tidak, tapi aku melihat punggungnya!”

“Selamat, kau sudah ada kemajuan,” ejek Henry.

Permusuhan Memuncak

Dalam curhatan di “I am Zlatan”, jelas terlihat kalau Zlatan sejatinya amat emosi dan menyatakan kalau ia amat ingin berkelahi dengan Pep, meski hal tersebut tak pernah terjadi. Zlatan jelas tak peduli apakah Pep membencinya apa tidak. Namun, situasi ini terjadi karena Zlatan tak tahu kesalahan apa yang ia perbuat. Ia tak mendapatkan jawaban atas segala hal buruk yang menimpanya.

Kondisi ini makin memburuk di laga Liga Champions menghadapi Inter Milan. Kala itu, abu vulkanik gunung Eyjafjallajökull di Islandia membuat jadwal penerbangan di Eropa terganggu. Atas hal ini, Barcelona yang mesti tandang ke Milan, memilih menggunakan bus lewat jalur darat dengan waktu tempuh 16 jam.

Kondisi ini kian parah karena berakhir dengan kekalahan Barca 1-3. Di sinilah rasa frustrasi Zlatan kian meningkat. Ia menganggap kalau dirinya dianggap sebagai sumber masalah. Padahal, saat diganti pada menit ke-62, saat itu kondisinya masih imbang 1-1, sementara saat ia diganti, Inter berbalik unggul dua gol.

Perselisihan mencapai puncak saat Zlatan hanya dimainkan selama lima menit dalam laga menghadapi Villareal.

“Aku marah bukan karena aku dicadangkan. Aku tak masalah kalau pelatih cukup berani dengan bilang: Kamu tak cukup bagus Zlatan,” ungkap Zlatan. “Tapi Guardiola tak bicara sepatah kata pun.”

Di ruang ganti, Zlatan menendang box tempat penyimpanan kostum. “Kau tak punya keberanian. Kamu mempermalukan dirimu sendiri di depan Mourinho!” kata Zlatan.

Apa yang diharapkan Zlatan sejatinya ketegasan dari Pep yang meminta menghormatinya, “Tapi Pep adalah pengecut. Dia mengambil box itu, seperti tukang bersih-bersih, dan dia pergi begitu saja.”

Semenjak itu, hubungan keduanya semakin memburuk. Kondisinya mungkin seperti gunung Eyjafjallajökull, dingin di luar, panas di dalam. Di situlah Zlatan mulai memikirkan balas dendamnya untuk Pep Guardiola.

Hubungan Baiknya dengan Mourinho

Hubungan Zlatan dengan Pep tentu dipengaruhi oleh kehadiran Jose Mourinho, pelatihnya semasa di Inter Milan. Memiliki karakter yang sama seperti Zlatan, membuat Mou mendapatkan tempat khusus di hati penyerang timnas Swedia tersebut.

“Saat pertama kali bertemu dengan Helena, Mou berbisik kepadanya: ‘Helena, kamu cuma punya satu misi. Beri makan Zlatan, biarkan dia tidur, dan buat dirinya bahagia!” kenang Zlatan.

Perbedaan yang paling jelas terletak pada bagaimana Mourinho berinteraksi dengan para pemainnya. Meski disebut sebagai “Jenderalnya para tentara”, tapi Mou tak segan untuk memberikan perhatian kepada para pemainnya, salah satunya dengan mengirimi pesan dan bertanya soal kondisi kesehatan.

“Kalau Mourinho menerangi ruangan, Guardiola justru membuatnya buta,” jelas Zlatan.

Ia pun mengingat kembali apa yang dikatakan Guardiola kala mereka berhadapan di Liga Champions. “Bukan Mourinho yang kita hadapi, tapi Inter,” tulis Zlatan menirukan ucapan Pep. Namun yang ada di pikiran Zlatan bukan itu. Ia justru mengejek ucapan tersebut.

“Setelahnya, dia lalu mengeluarkan filosofi sampahnya itu. Aku mendengarkan. Tapi mengapa? Isinya hanya tentang darah, keringat, dan air mata, hal-hal buruk seperti itu. Aku tak pernah mendengar pelatih bicara seperti itu. Benar-benar sampah,” sesal Zlatan.

Cerita di atas hanyalah beberapa fragmen hubungan Zlatan dengan Pep. Hubungannya dengan Mou jelas jauh lebih hangat daripada itu. Kini, keduanya disatukan di Manchester; sebuah kesempatan bagi keduanya untuk kembali mempersembahkan treble.