Manchester United berhasil meraih kemenangan 5-2 atas Leicester City di Carabao Cup. Ini menjadi kemenangan penting dalam debut Ruud van Nistelrooy sebagai manajer Manchester United, meski statusnya cuma interim.
Apa yang terjadi di Old Trafford pada Kamis (31/10) dini hari tadi, memperlihatkan satu hal yang amat langka: jumlah gol. Ini adalah untuk pertama kalinya sejak 2021, United mencetak lima gol ke gawang tim Premier League.
Kalau diperhatikan, ada sejumlah hal mencolok dalam laga semalam. Para pemain tampak lebih bebas seperti tak punya beban. Ada beberapa hal yang menjadi alasan. Pertama, mereka sudah lepas dari pengaruh Erik ten Hag. Kedua, mereka bermain sebagus mungkin untuk menarik perhatian sang pelatih baru, Ruben Amorim.
Walau demikian, penampilan bagus United justru seperti melanjutkan pola. Para pemain tampil bagus setiap manajer diganti. Ada beberapa kemungkinan, tapi yang paling masuk akal adalah mereka tak ingin disalahkan sebagai alasan mundurnya permainan tim.
Hal ini pernah terjadi saat Jose Mourinho digantikan Ole Gunnar Solskjaer. Mou dipecat dua hari usai kalah 1-3 dari Liverpool pada 16 Desember. Hasil ini membuat United tertahan di peringkat keenam dengan lima kali kalah, lima kali seri, dan tujuh kali menang.
Setelah Ole masuk, United mencatatkan enam kemenangan beruntun dan 12 pertandingan tanpa kekalahan! Semuanya berubah setelah Ole dipermanenkan di mana dari sisa delapan pertandingan liga, United cuma menang dua kali dan kalah empat kali.
Hal serupa kembali terulang pada musim 2021/2022 atau waktu Ole dipecat. Kekalahan dari Watford membuat United terlempar ke peringkat kedelapan dengan hasil lima kekalahan, dua hasil seri, dan lima kemenangan. Posisi Ole digantikan oleh Michael Carrick.
Carrick memang cuma sebentar, tapi memberikan hasil yang menarik: seri atas Chelsea dan menang 3-2 dari Arsenal. Setelah itu, posisi Carrick digantikan oleh Ralf Rangnick yang diproyeksikan menjadi direktur sepakbola.
Di bawah Rangnick, United cuma kalah sekali di liga dalam 13 pertandingan liga! Namun, semuanya berubah ketika Rangnick mulai mengkritik manajemen United. Sejak Maret, United kemudian kalah enam kali dari 11 pertandingan.
Dari capaian di atas, ada pola yang mirip, di mana hasil pertandingan United malah positif ketika terjadinya perubahan manajerial. Namun, efeknya tidak bisa bertahan lama.
Bersama Rangnick, hasil positif tampak jelas. Akan tetapi, entah mengapa semenjak ia memberi kritik, hasilnya malah memburuk. Posisi Rangnick sebagai direktur sepakbola United pun dibatalkan.
Apakah ini ada faktor “tangan tak terlihat” dari manajemen United yang tidak kita tahu? Bisa jadi.
Pun dengan Ten Hag yang sudah diberi para pemain yang ia inginkan: Tyrell Malacia, Lisandro Martinez, Casemiro, Antony, Andre Onana, Rasmus Hojlund, Joshua Zirkzee, Matthijs de Ligt, sampai Noussair Mazraoui.
Namun, penampilan United tidak kunjung membaik. Ten Hag tampak terpaku dengan pilihan pemain yang itu-itu saja. Sudah tahu Marcus Rashford tidak tampil bagus, tapi selalu diturunkan. Pun dengan Antony, alih-alih memainkan Amad Diallo.
Pembelian pemain yang diinginkan Ten Hag ini jelas tidak murah. Di klub lain, jumlah uang yang sama mungkin sudah memberikan stabilitas dan kejayaan. Akan tetapi, tidak dengan Ten Hag. Faktor ini yang agaknya membuat mantan pelatih Ajax Amsterdam tersebut disingkirkan.
United lebih memilih membayar kompensasi untuk Ten Hag dan juga membeli kontrak Ruben Amorim, yang mana, kemampuannya belum teruji untuk arungi Premier League.
Aksi buang-buang ini semestinya dihindari karena sudah ada jawaban dari keinginan tsunami trofi. Baiknya, United memberikan kontrak Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) yang biasa digunakan untuk pekerjaan yang bersifat sementara. Dalam kontrak, mesti tertulis bahwa setiap pelatih maksimal hanya melatih 10 pertandingan.
Ini adalah jumlah yang aman kalau melihat apa yang terjadi pada Ole, Carrick, juga Rangnick. Kontrak per-sekian pertandingan juga sebenarnya sesuai dengan visi INEOS di United.
INEOS merekrut Omar Berrada sebagai CEO, Dan Ashworth sebagai Direktur Olahraga, dan Jason Wilcox sebagai Direktur Teknik. Tujuannya agar klub punya visi yang sama dalam hal gaya main yang berpengaruh pada perekrutan pemain. Nantinya, pelatih tinggal meramu para pemain yang sudah ada dan menetapkan strategi.
Artinya, INEOS merasa kalau peran manajer saat ini hanya tinggal melatih, menyusun formasi, dan menetapkan susunan pemain. Maka, perekrutan pelatih dengan periode singkat bisa menjadi jawaban atas segala permasalahan di Manchester United.