Jika ada posisi di skuat Manchester United yang penuh dengan investasi bodong, bisa dibilang posisi itu adalah lini pertahanan. Bayangkan saja, United menghabiskan biaya rekor dunia untuk Harry Maguire, dan Raphael Varane yang tiba 10 tahun lebih lambat dari yang direncanakan. Selain itu, ada lagi Victor Lindelof yang sempat menerima kenaikan gaji setelah musim pertahanan terburuk dalam 40 tahun.
Beberapa situasi bek tengah lainnya juga tak kalah buruk. Eric Bailly misalnya, ia diberi perpanjangan kontrak setelah banyak mengalami cedera panjang. Lalu Phil Jones masih dipertahankan dan hanya bermain sekali saja dalam dua tahun terakhir. Tak ketinggalan, Marcos Rojo, ia akhirnya dijual setelah melewati lima musim panasnya di United.
Ada banyak kejutan di pertahanan Setan Merah musim lalu, dan banyak yang menilai itu lebih buruk dari tiga musim sebelumnya. Mereka kebobolan 57 gol dalam 38 pertandingan Premier League. Dan dalam setengah dari jumlah kekalahan mereka musim lalu, tercatat bahwa tim lawan rata-rata menempatkan setidaknya empat gol ke gawang.
Dipahami bahwa membangun kembali skuat Manchester United sejauh ini tidaklah mudah. Sehingga lini pertahanan mungkin sengaja dibiarkan begitu saja. Saat ini lima pemain United sudah pergi. Tapi meskipun begitu, warisan Ed Woodward perihal memberikan kontrak yang tidak layak kepada bek dengan performa buruk sudah menyebabkan kekacauan.
Phil Jones adalah salah satunya. Ia sekarang masih menjalani sisa satu tahun dari kontraknya. Namun ia hanya memulai 16 pertandingan saja sejak ia berjabat tangan dengan manajer sementara Ole Gunnar Solskjaer pada Februari 2019. Memang agak sulit untuk melepas Jones yang kurang diminati klub lain, apalagi catatan cederanya begitu banyak.
Kemudian ada Eric Bailly yang nasibnya mirip seperti Jones. Ia lebih sering bermain untuk Pantai Gading daripada United musim lalu. Rata-rata, ia tampil kurang dari 20 kali di klub dalam enam musimnya di Inggris. United seharusnya menjual Bailly tahun lalu. Tapi kontraknya justru diperpanjang, dan itu menunjukkan bahwa klub memang tidak yakin dengan investasi mereka sendiri.
Baik Jones dan Bailly, mereka sebetulnya sudah sadar dengan posisinya, dan pasti mereka juga sudah berniat untuk pergi. Sama seperti situasi Axel Tuanzebe. Pemain asal Inggris ini bahkan nasibnya lebih parah lagi. United enggan untuk menjualnya, namun mereka tidak mau menampungnya atau memainkannya.
Tidak ada back up untuk United dalam situasi-situasi seperti ini. Sekalipun mereka memiliki bek muda seperti Teden Mengi, kemampuannya dibatasi oleh pengalaman. Ia pun saat ini sedang dipinjamkan ke Birmingham. Bek cadangan utama satu-satunya di tim hanyalah Lindelof. Namun ia dinilai rentan terhadap kecepatan dan kekuatan. Ia hampir tidak ideal sebagai bek tengah yang bermain di Premier League.
Jadi jika United ingin merekrut bek tengah lain, mereka harus mencarinya dengan baik supaya tidak memperburuk keadaan lini pertahanan. Walaupun nantinya posisi Lindelof akan tergeser. Dan United harus siap mencari bek baru lagi karena kontrak pemain asal Swedia itu akan habis pada 2024.
Sementara itu, posisi bek kiri juga bermasalah. Alex Telles adalah pemain yang merasakan hal itu. Ia bahkan sempat sedikit bertanya-tanya “apakah ini musim yang baik” di akun pribadi Instagramnya pada bulan lalu. Padahal ketika menonton Telles, kadang-kadang, ada yang aneh. Ia bermain tidak begitu baik, dan bahkan lebih buruk daripada Celio Silva. Tapi mengapa United membelinya?
Tak sampai di situ saja, Aaron Wan-Bissaka juga menjadi pemain bek kanan yang sama bermasalahnya. Ia dibeli oleh United dari Crystal Palace dengan harga yang cukup tinggi sebesar 50 juta paun. Tapi sayang kualitasnya di tim utama justru sering menjadi beban. Ia sering terlihat tidak bermain seperti bek kanan pada umumnya. Umpan dan dribble-nya sangat jauh dari kata bagus.
Maka mau tidak mau, jika Manchester United mau merombak secara total skuatnya, beberapa investasi bodong di barisan pertahanan mereka ini mesti dibuang. Investasi bodong di sini bukan hanya soal pembelian transfer yang gagal. Tapi juga soal salah memperpanjang atau memperbaharui kontrak pemain.
Sedangkan jika United masih mempertahankan investasinya ini, proses visi mengembalikan kejayaan akan terhambat. Atau bahkan mereka akan kembali mengalami kekacauan yang sama seperti yang pernah terjadi di masa jabatan Ed Woodward selama tiga sampai lima musim ke belakang.