Sir Alex Ferguson pernah memuji sosok Gabriel Heinze dan Patrice Evra sebagai salah satu pemain belakang terbaik yang pernah ia temui. Heinze disebut Fergie sebagai pemain belakang berkualitas yang memiliki kekuatan, kecepatan, dan teknik yang sempurna. Sementara Evra adalah pemain yang pandai melakukan tekel dan memiliki kelincahan ketika menyisir sisi kiri.
Meski begitu, sehebat-hebatnya kedua pemain ini bermain, tidak jarang mereka berdua bertingkah seperti pemain amatiran. Hal itu pernah mereka rasakan saat masih berseragam United. Lebih tepatnya terjadi pada 24 April 2007. Dalam semifinal Liga Champions melawan AC Milan, Heinze dan Evra mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari Ricardo Kaka.
***
Pada masa itu, Kaka adalah salah satu pesepakbola hebat. Dia merupakan manusia terakhir yang menyabet Ballon d’Or sebelum kedua penghargaan tersebut didominasi oleh Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Musim terbaik Kaka terjadi pada 2006/07. Di tengah masih hangatnya kasus Calciopoli yang menyerang AC Milan, pemain yang begitu taat kepada Tuhan ini sukses menjadi aktor penting keberhasilan Diavolo Rosso meraih gelar Liga Champions ketujuh sepanjang sejarah mereka. Salah satu penampilan terhebat yang pernah ia lakukan terjadi di stadion Old Trafford.
Pada babak semifinal, AC Milan harus berhadapan dengan Manchester United, yang saat itu mulai bangkit setelah dalam tiga musim sebelumnya selalu berada dalam naungan dua klub London, Arsenal dan Chelsea. Mereka juga memiliki pemain-pemain muda dan segar seperti Cristiano Ronaldo dan Wayne Rooney. Sementara Milan saat itu didera masalah tidak konsistennya penampilan mereka di Serie A.
Milan sebenarnya tampil bagus di Eropa. Sebelum ke empat besar, mereka menyingkirkan Bayern Munich. Akan tetapi, semua mata menjagokan United yang secara bersamaan menyingkirkan AS Roma dengan skor telak 7-1.
United sukses membuka keunggulan melalui Cristiano Ronaldo pada awal-awal pertandingan. Keunggulan ini membuat mereka terus menerus menggempur lini pertahanan yang dikomandoi oleh Paolo Maldini dan Alessandro Nesta. Keasyikan menyerang, Manchester United justru lupa terhadap lini pertahanannya. Hal ini yang kemudian dimanfaatkan dengan baik oleh Kaka untuk menghukum para pemain Setan Merah.
Dua kali Kaka menghukum United hanya dalam tempo 15 menit. Yang pertama datang melalui sudut sempit. Memanfaatkan jangkauan kakinya yang cukup panjang, ia berlari melewati penjagaan Heinze, Brown, dan Carrick sebelum sepakan pelannya mengecoh Van Der Sar.
Gol kedua lebih spektakuler lagi. Memanfaatkan bola liar yang bergulir di sisi kanan, Kaka memenangi adu badan dengan Darren Fletcher. Tidak habis sampai di situ, Kaka kemudian mengecoh Heinze dan Evra sehingga keduanya bertabrakan. Aksi individu ini diselesaikan dengan manis oleh pemain bernomor punggung 22 tersebut. “Absolutely magical” menurut Clyve Tyldesley, komentator pertandingan saat itu.
Manchester United tetap menjadi pihak yang tersenyum paling akhir pada pertandingan tersebut. Pada babak kedua, mereka balik unggul melalui dua gol Wayne Rooney yang salah satunya diciptakan pada menit terakhir. Namun suka tidak suka, pertandingan tersebut menjadi panggung kehebatan seorang Kaka. Aksi kedua yang membuat Evra dan Heinze bertabrakan tentu akan selalu diingat oleh para penonton yang hadir saat itu.
Pada leg kedua, Kaka kembali menyumbangkan satu gol untuk membawa Milan melangkah ke Athena dengan kemenangan 3-0. Di ibu kota Yunani tersebut, Kaka menyumbang satu asis bagi Filippo Inzaghi yang membawa mereka mengalahkan Liverpool 2-1 dan meraih Si Kuping Besar. 2007 benar-benar menjadi tahunnya seorang Kaka. Tidak hanya meraih Liga Champions, ia juga menjadi top skor pada kompetisi tersebut dengan torehan 10 gol. Pada akhir tahun, ia dianugerahi gelar pemain terbaik dunia.