Ada sebuah kutipan yang mengatakan ‘tekanan bisa membuat seseorang mengeluarkan potensi terbaiknya’. Hal tersebut tampaknya cukup terbukti pada kehidupan sehari-hari. Kita mengenal banyak orang sukses yang terlebih dahulu mengalami masa kecil yang sulit. Kesulitan tersebut adalah sebuah tekanan. Atau contoh yang lebih simpelnya adalah bagaimana siswa yang rumahnya jauh dari sekolah bisa datang lebih awal dibanding yang rumahnya dekat dengan sekolah.

Hidup tanpa tekanan bisa membuat orang terlena. Hal tersebut tampak benar-benar ada di kepala Jose Mourinho. Seperti yang diketahui, musim ini Mourinho beberapa kali memberi tekanan kepada pemainnya berupa kritikan yang dia ucapkan di depan media. Alasannya jelas, Mourinho ingin memberi tekanan pada pemainnya agar bisa menjadi lebih baik lagi.

“Saya suka menekan pemain dan pemain harus mengatasi dan bereaksi terhadap itu. Bagi saya, yang membuat pekerjaan seorang manajer lebih sulit adalah mental pemain yang rapuh. Saya merasa mungkin itu kekurangan saya sebagai manajer, bahwa saya kesulitan memahami mentalitas pemain yang berbeda dengan saya,” ujar pelatih berkebangsaan Portugal itu.

“Sangat sulit untuk mengerti hal itu jadi saya butuh waktu untuk memahaminya dan terkadang saya tidak tertarik dengan pemain itu lagi. Kadang saya meminta asisten saya untuk membantu saya karena mungkin mereka memiliki kepribadian yang berbeda dengan saya. Karena saya sebenarnya ingin disukai pemain dengan karakter seperti ini, dengan kepribadian seperti ini,” tambahnya.

Mentalitas tersebut memang keras dan tidak mudah untuk dihadapi. Namun begitulah Mourinho dan ia terlihat tidak akan mengubah hal mendasar itu. Hasilnya, ia tak ragu untuk menekan pemain dengan kritikan pedas di depan media.

Musim ini, dua pemain muda United menjadi sasarannya. Luke Shaw dan Anthony Martial dikritik cukup pedas oleh Mourinho di depan media. “Saya tidak bisa membandingkan komintmen, kinerja latihan, fokus, dan ambisi yang ia punya. Dia sangat jauh tertinggal,” tutur Mourinho ketika membandingkan Shaw dengan bek kiri United lainnya seperti Ashley Young, Matteo Darmian, dan Daley Blind.

Sementara itu, Mourinho sebenarnya mengakui bahwa Martial memiliki potensi namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum mendapat kepercayaannya. “Apakah saya berpikir bahwa Anthony adalah pemain dengan potensi yang luar baisa? Ya. Apakah saya berpikir dia bisa sukses bermain bersama saya? Ya. Tapi dia perlu memberikan hal yang saya suka,” ungkap eks manajer Real Madrid itu.

Bagaimana rasanya dikritik seperti itu di depan media? Tidak menyengankan tentunya. Lalu bagaimana agar menjadi menyenangkan? Merubah segala kritikan tersebut menjadi pujian. Itulah reaksi ideal yang seharusnya dimiliki pemain. Jika semua pemain United bereaksi seperti itu, maka mereka akan terus berkembang seiring dengan kritikan Mourinho yang sepertinya tak akan pernah berhenti.

Namun sepertinya memiliki pemain seperti itu tidaklah mudah. Apalagi membuat mentalitas pemain menjadi sekuat itu. Mourinho juga perlu mengimbangi kritikannya agar tidak terjadi ketidakharmonisan di ruang ganti. Seperti apa yang terjadi pada Chelsea musim lalu hingga Mourinho mengaku dirinya dikhianati pemain.

Jadi, semoga saja Shaw dan Martial bisa menyikapinya dengan baik dan membuat performanya musim depan meningkat.