Posisi striker Chelsea Diego Costa di klubnya semakin sulit dan terjepit. Hubungannya dengan pelatih Antonio Conte dan manajemen klub terus memburuk. Costa memang sudah tidak lagi masuk dalam rencana The Blues, julukan Chelsea, terutama sejak Conte memutuskan untuk melepasnya pada bursa transfer musim dingin Januari 2017.

Keputusan itu terpaksa diambil oleh pelatih asal Italia tersebut, karena dia tak bisa lagi mentolerir sikap indispliner yang kerap ditunjukkan Costa. Bahkan, sang bomber juga sempat terlibat friksi dengan Conte dalam sesi latihan pada Januari 2017 lalu.

Meski begitu, Conte memang masih memberinya kepercayaan hingga akhir musim; terbukti Costa bisa mencatatkan 42 penampilan di semua ajang, bahkan dia selalu jadi starter dalam 35 laga di Premier League musim 2016/2017 lalu.

Namun, penyerang kelahiran Brasil berkewarganegaraan Spanyol itu tetap saja membuat ulah, karena dia pun sudah tak tahan lagi untuk segera hengkang dari Stamford Bridge, markas Cheslea. Terbaru, Costa sengaja tak hadir dalam sesi latihan pramusim pada Juni 2017 lalu. Alhasil, dia pun didenda dua pekan gaji, seperti dilansir oleh Sky Sports News.

Costa sendiri mengaku muak dengan sikap klubnya, bahkan menurutnya sudah memperlakukannya seperti ‘kriminal’. Pemain berusia 28 tahun itu dikabarkan juga sempat menaikkan berat badannya untuk menurunkan nilai jualnya, karena merasa jengkel pihak Chelsea memasang banderolnya yang terlalu mahal mencapai 50 juta paun, seperti dilansir Goal Internasional. Padahal, Costa memang sudah tak sabar untuk meninggalkan Chelsea. Namun, karena banderolnya terlalu mahal, klub lain enggan melakukan negosiasi untuk pemain yang masih terikat kontrak hingga Juni 2019 tersebut.

Menariknya, baru-baru ini Costa mengaku dirinya telah menjali kontak dengan manajer Manchester United, Jose Mourinho. Juru taktik asal Portugal yang notabene merupakan mantan pelatihnya di Chelsea pada musim 2014/2015 lalu itu menghubungi langsung Costa ke telepon pribadinya.

Ada apakah gerangan Mourinho menghubungi striker yang musim lalu mengoleksi 22 gol di semua ajang tersebut? Kabar ini pun tentu saja langsung menarik perhatian banyak pihak. Pasalnya, tim Setan Merah sendiri sempat dilaporkan tertarik untuk merekrut Costa, dilansir The Sun pada Juni 2017 lalu.

Namun, percakapan antara pemain dan mantan pelatihnya itu ternyata bukan soal kemungkinan mereka akan bekerja sama lagi. Rupanya, Mourinho ingin menyampaikan langsung rasa simpatinya kepada bekas anak asuhnya yang tengah menjalani situasi sulit tersebut. Costa pun mengakui pelatih berusia 54 tahun itu telah memberikan dukungan padanya agar bisa terus meraih kesuksesan.

“Jose telah menghubungi saya, langsung ke telepon saya, hanya untuk mengecek apakah saya baik-baik saja dan bagaimana keadaan saya. Dia berharap saya bisa sukses,” ungkapnya kepada Daily Mail.

Costa pun menegaskan hubungannya dengan Mourinho baik-baik saja selama ini, tidak seperti yang pernah diberitakan bahwa hubungan mereka memburuk sejak sang manajer dipecat oleh Chelsea di akhir 2015. Ketika itu, 17 Desember 2015, pelatih berjuluk The Special One tersebut diberhentikan dari jabatannya setelah Chelsea mengalami sembilan kali kekalahan dalam 16 laga di liga.

“Saya tidak pernah memiliki masalah sama sekali dengan Jose, kami punya hubungan yang kuat. Semua sangat sedih ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik di akhir dirinya menangani Chelsea,” tambah Costa.

Sebelumnya, April 2017, pemain bernomor punggung ’19’ itu juga pernah memuji Mourinho. “Jujur, saya akan selalu bercerita pada orang-orang bahwa saya bersyukur pernah dilatih Mourinho karena dia sangat membantu saya.”

“Dia salah seorang manajer terbaik di dunia. Saya ingin bergabung ke Chelsea karena Mourinho. Dia sosok yang menuntut kemampuan maksimal para pemain. Meski di musim kedua tidak berjalan baik, Mourinho berjasa besar mengembangkan karir saya,” ucapnya dilansir Sky Sports. Seperti diketahui sang pelatih berjasa membawa Costa ke Chelsea pada Juli 2014.

Tak seperti banyak diberitakan bahwa Mourinho sering berkonflik dengan para pemainnya di setiap klub yang pernah dibesutnya, ternyata dia juga sangat dihormati dan disayangi mantan-mantan anak asuhnya; meski tetap saja sang pelatih terkadang bisa mendatangkan emosi.

“Mourinho itu pelatih yang bagus, dia adalah pelatih yang 100 persen kompetitif. Mourinho selalu ingin, dan sangat ingin menang dalam setiap laga yang dilakoninya. Namun sering kali dia mencoba memancing emosi para pemain, klub, hingga suporter,” kata Xabi Alonso pula, yang pernah ditanganinya saat di Real Madrid pada kurun waktu 2010 hingga 2013 silam, suatu ketika pada April 2016 lalu, seperti dilansir Marca.