Selain karena kehebatannya di lapangan hijau, Eric Cantona juga terkenal karena perangainya yang suka memberontak. Ia kerap beberapa kali berselisih baik itu dengan rekan setim, pelatih yang menangani, penonton bahkan hingga ke jajaran federasi tempatnya bermain. Cantona dan masalah. Keduanya bagai tidak bisa dipisahkan dari pemain yang sekarang berusia 51 tahun ini.

Lahir dari Keluarga Pemberontak

Cantona lahir di Marseille, lebih tepatnya di pegunungan Massif de la Saint Baume. Ia dilahirkan dari pasangan Albert Cantona dan Eleonore Raurich. Kedua pasangan ini lahir dari orang tua yang bisa dikatakan pemberontak. Ayah dan Ibu Albert yaitu Joseph dan Lucienne pindah ke Prancis setelah kabur dari Sardinia, Italia. Sementara orang tua Eleonore adalah buronan di Spanyol karena menolak rezim Franco pada 1930-an.

Selain faktor keturunan, kondisi ekonomi yang serba terbatas juga mempengaruhi sisi emosional Cantona. Ayahnya hanyalah seorang perawat sementara Ibunya adalah seorang penjahit. Tinggal di kaki pegunungan, sebagian besar kehidupan Cantona dihabiskan untuk membantu sang Ayah dengan menebang pohon dan berburu burung di hutan. Meski keadaannya tersebut membuat dia sulit mendapatkan teman, namun pemilik empat gelar Liga Inggris ini mengaku bahagia dengan kondisi tersebut.

“Bagi orang-orang, kebahagiaan adalah ketika mereka memiliki mobil mewah dan punya banyak uang. Tapi tidak untuk saya,” ujar Cantona dalam biografinya.

Ia menambahkan,”Aku dan saudaraku tidak pernah mendapatkan hadiah karena orang tuaku tidak punya cukup uang. Tapi aku merasa bahwa itu pilihan yang harus dilakukan oleh orang tuaku. Hiburan kami semasa kecil adalah melihat warna fajar, mencium bau tanah dan kayu, serta mendengar kicauan burung di tengah hutan,” tambahnya.

Ada hiburan lain yang sangat disukai Cantona. Itu adalah sepak bola. Mengetahui anaknya berbakat, Albert memasukkan anaknya ke akademi SO Caillolais. Namun perangai kerasnya sempat membuat dirinya kesulitan beradaptasi di sana. Meski demikian para petinggi klub menyukai sifat Cantona.

“Cantona adalah sosok yang istimewa. Dia punya kualitas. Saat berusia sembilan tahun ia bermain selayaknya usia 15. Kami memenangi banyak turnamen bersamanya. Dia bisa membuat perbedaan. Meski kepalanya panas namun ia adalah si genius,” tutur Yves Cicculo presiden klub Caillolais.

Akrab dengan Masalah

Pemain bertinggi 188cm ini kemudian hijrah ke Auxerre sebagai pemain professional. Akan tetapi alih-alih prestasi, Cantona justru akrab dengan masalah. Ia sempat memukul rekan setimnya Bruno Martini pada 1987. Sebelumnya ia juga menolak perintah negaranya untuk mengikuti wajib militer. Musim berikutnya ia melakukan tekel berbahaya kepada pemain Nantes, Michel Der Zakarian hingga harus dihukum selama tiga bulan.

Auxerre yang tidak tahan kemudian menjualnya ke Marseille. Bersama mantan juara ligue 1 2010 ini, ia kembali berselisih. Kali ini ia bertikai dengan rekan setimnya Laurent Blanc dan Carlos Valderrama. Ketika digantikan pada uji coba melawan Torpedo Moscow, ia menendang bola ke kerumunan lalu merobek baju dan melemparnya ke tanah. Ia pun kemudian dihukum tidak bisa memperkuat timnas Prancis selama setahun.

Marseille kemudian meminjamkan Cantona ke Bordeaux. Disana ia kembali berulah dengan rekan setimnya Jean Claude Lemoult. Ia bahkan melemparkan sepatunya tepat mengenai wajah Lemoult. Beberapa pemain Bordeaux menuntut agar Cantona dikembalikan ke Marseille namun para pemain Marseille macam Blanc dan Valderrama memohon kepada Bordeaux agar menahan Cantona.

Nyaris ke Liverpool

Sempat bermain untuk Montepellier dan Nimes, Cantona kemudian hijrah ke Inggris berkat saran dari Michel Platini dan Gerard Houllier. Platini sempat menawarkan kepada Liverpool bahwa Cantona bisa dijual ke mereka. Namun manajer Liverpool saat itu, Graeme Souness mengatakan bahwa Cantona tidak akan bisa bersaing karena di sana sudah ada Ian Rush dan John Barnes.

Sempat trial bersama Sheffield United, Cantona kemudian hijrah ke Leeds United. Di musim pertamanya Cantona hanya bermain sebanyak 15 kali dan mencetak tiga gol. Namun kehadirannya mampu membuat Leeds meraih gelar liga Inggris di musim tersebut. Ia juga mencetak hattrick dalam kemenangan 4-3 melawan Liverpool di Community Shield. Setelah membuat 35 penampilan dan membuat 15 gol, Cantona hijrah ke Manchester United dan meraih kejayaan besar sepanjang karirnya.