Bryan Robson memiliki sejumlah hal bersejarah sepanjang kariernya. Berikut kami sarikan untuk Anda.

Comeback Melawan Barcelona

Pada musim 1983/1984, United berhadapan dengan Barcelona yang dikapteni oleh Diego Maradona dalam perempat final European Winners’ Cup. Si Setan Merah harus mengakui keunggulan 0-2 Blaugrana pada leg pertama. Mereka herus mencetak lebih dari dua gol agar bisa melaju ke babak semifinal.

Old Trafford menghelat laga leg kedua tersebut. Pertandingan itu menjadi salah satu pertandingan dengan atmosfer yang luar biasa, dan juga bersejarah tentunya. Khususnya bagi Robson yang sukses mencetak dua gol dalam kemenangan dramatis 3-0 United. Seusai pertandingan, fans United menggila dan berlari ke arah Robson, lalu mengangkatnya dan membawanya keliling lapangan. United pun berhasil melaju ke babak semifinal, berhadapan dengan Juventus. Sayangnya Robson absen pada kedua leg tersebut dan United gugur dalam fase tersebut.

Penampilan Luar Biasa Di FA Cup 1984/1985

Fans United pada masa itu pasti mengingat betapa bagusnya United dalam ajang FA Cup. Pada babak semifinal, United berhasil mengalahkan rival utama mereka saat itu, Liverpool. Dalam pertandingan di Goodison Park, United bermain imbang 2-2 dan Robson mencetak satu gol diantaranya. Babak replay di Maine Road, United berhasil mengalahkan The Reds dengan skor 2-1, Robson mencetak gol kemenangan pada pertandingan itu. Lagi, Robson digotong oleh fans yang masuk ke lapangan dan merayakan kemenangan dengan Robson. United berhasil menjuarai FA Cup setelah sukses menundukan Everton di partai puncak. United membuktikan mereka bisa mengalahkan dua tim terbaik Inggris saat itu.

Dua Gelar Liga Penutup Karirnya Bersama United

FA memperkenalkan Liga Primer pada musim 1992/1993, menggantikan konsep kompetisi lama First Division. Musim itu juga berarti bagi United, sejak kedatangan Ferguson, mereka semakin berkembang. Ditambah dengan mendaratnya Eric Cantona di Old Trafford pada November 1992. United akhirnya sukses menjadi juara liga pada musim itu. Dan jika melihat siapa pemain yang paling pantas dengan titel itu, ia adalah Robson. Ia berjasa besar dalam perkembangan United di bawah kepemimpinan Ferguson hingga akhirnya sukses mengantar United menjadi kampiun.

Musim selanjutnya, United sukses mempersembahkan gelar liga kembali. Lebih spesialnya lagi untuk Robson adalah itu musim terakhirnya bersama United mengingat umurnya yang sudah menginjak 37 tahun. Ia diberi tepuk tangan meriah pada pertandingan liga terakhir melawan Coventry City di Old Trafford, yang juga menjadi pertandingan terakhirnya berseragam United. Meskipun sebenarnya, United masih memiliki satu pertandingan lagi, yaitu pertandingan final FA Cup melawan Chelsea. Robson tidak masuk dalam daftar pemain cadangan sekalipun. Namun ia tetap menerima keputusan itu tanpa protes.

Pensiunnya Robson sempat membuat publik Old Trafford khawatir. Mereka akan kehilangam sosok pemain krusial di lapangan tengah. Namun, United memiliki penerus Robson dalam diri Roy Keane. Robson sendiri mengungkapkan bahwa Roy Keane memang memiliki potensi untuk menjadi pemain hebat. Tak jarang Robson sharing pengalamannya. Mereka juga cukup sering bermain bersama. Artinya, United akan tetap memiliki pemain hebat dalam posisi gelandang setelah Robson pergi.

Kebiasaan Minum

Sehebat apapun Robson, ia tetap pemain Inggris, pemain inggris yang memiliki kebiasan minum-minum. Namun ia masih dapat mengontrolnya sehingga tidak mengganggu performa di lapangan. Kebiasaan minumnya itu pun sering ia lakukan bersama rekan setim. Sambil meneguk segelas minuman beralkohol, ia kerap mendiskusikan perannya di lapangan. Ia juga sering menyemangati rekannya. Jadi, setidaknya keebiasaan buruknya itu masih bermanfaat.

Tragedi Istanbul

bryan-robsonz

Pada tahun 1993, United berhadapan dengan Galatasaray di partai penyisihan Liga Champions. Baru saja mendarat di Istanbul, penggawa United diteror oleh fans ekstrem yang membawa spanduk bertuliskan ‘Selamat Datang di Neraka’. Laga tersebut memang berlangsung panas. Generasi emas United yang diperkuat oleh Peter Schmeichel, Paul Ince, Mark Hughes, dan Eric Cantona, harus menjalani laga penuh emosi. Robson pun mengingat laga tersebut sebagai laga yang sangat kacau.

Seusai pertandingan, pemain United bahkan bentrok dengan polisi. “Dalam sebuah momen, Eric dipukul dari belakang oleh seorang polisi. Maka saya balas memukul polisi itu. Tiba-tiba, perisai polisi yang lain telah menghantam saya,” ujar Robson.

“Keadaan menjadi kacau setelah itu. Terjadi perkelahian yang melibatkan polisi setempat. Bahkan Alex Ferguson terlihat ikut dalam adu fisik itu. Saya membutuhkan delapan jahitan di siku. Setahu saya, jarang terjadi di negara lain, polisi ikut memukuli pemain,” tambahnya.

Pendakian Kilimanjaro

Robson, mantan bek United Kevin Moran serta 25 tekker lainnya mendaki Gunung Kilimanjaro pada 2013. Gunung tertinghi Afrika itu didaki Robson dalam rangka pengumpulan dana untuk acara amal yang membantu anak-anak pengidap kanker.

Gunung setinggi 5,895 meter itu harus ditaklukan. Lengkap dengan perubahan suhu yang ekstrem. Saat malam, suhu bisa mencapai minus 22 derajat Celcius. Mereka juga harus melakukan perjalanan 18 jam sehari.

Namun, Robson sendiri merasa bahwa perjalanannya itu akan aangat berarti bagi acara amal tersebut. Mereka total mengumpulkan 116 ribu paun. “Bagi kami menyumbang lebih dari 100 ribu Poundsterling untuk Manchester United Foundation sudah merupakan perjalanan yang luar biasa,” imbuh Robson.