Sebelum melakoni pertandingan terakhirnya bersama tim nasional Inggris, Wayne Rooney mendapatkan kesempatan melakoni wawancara eksklusif bersama beberapa media. Dalam wawancaranya tersebut, Rooney menceritakan soal pengalamannya menjalani karier sebagai pemain Manchester United dan tim nasional Inggris.

Tentang Manchester United

“Saya merindukan klub ini. Bermain bersama mereka adalah puncak karier saya. Saya menghabiskan waktu sangat lama bersama mereka.”

Alasan Meninggalkan United

“Saya tidak mendapat banyak menit bermain. Saya selalu menjadi pemain yang ingin bermain. Saya berbicara dengan manajer dan sepertinya saya tidak akan mendapat banyak kesempatan. Memutuskan untuk pergi adalah sebuah keputusan tepat dan waktunya pun cukup ideal. Saya pergi dengan banyak kenangan indah dan melewati masa-masa hebat bersama United. Sekarang, saya memiliki kesempatan baru untuk bermain di Amerika.”

Penyesalan yang Masih Terasa

“Karier saya bersama United ditutup dalam laga final Liga Europa melawan Ajax. Akan tetapi, akan sangat menyenangkan jika saya bisa menutup karier di Old Trafford.”

Masa-masa Sulit Bersama Manchester United

“Ada beberapa periode di mana saya tidak bisa merasa percaya diri dan meragukan kemampuan Anda sendiri. Musim 2006/2007 adalah contohnya. Saat itu saya mencetak banyak gol tetapi untuk beberapa laga setelahnya saya absen membuat gol. Saya sangat kecewa karena saya tidak bisa menyelesaikan masalah itu dan membuat saya frustrasi.”

“Jalan keluar tidak bisa saya temukan. Saya tidak bisa mencari tahu jawaban atas apa yang membuat saya tidak bisa mencetak gol atau apa yang membuat saya tidak bermain. Saya selalu ingat Sir Alex Ferguson memanggil saya dan berkata, ‘Dengar, Anda berusaha terlalu keras. Mainlah secara sederhana saja. Ambil bola, cetak gol. Kesempatan akan selalu datang jika Anda bisa mencetak gol.’ Itulah yang saya lakukan pada pertandingan berikutnya, mendapat bola, memainkan satu-dua sentuhan, dan mencetak hattrick ketika melawan Bolton.”

“Musim terakhir saya bersama United juga menjadi masa-masa sulit. Ketika Jose Mourinho meninggalkan saya dari tim, say mulai ragu kepada diri sendiri. Saya yakin saya masih bisa berguna untuk tim, tetapi saya tidak mendapat peluang itu. Saya hanya bermain satu menit pada final Liga Europa dan saya tidak jadi masuk pada final Piala Liga melawan Southampton. Itu juga menjadi momen memalukan.”

“Saya kemudian berpikir kalau saya tidak bisa terus-terusan seperti ini. Dalam laga melawan Southampton, Mourinho memaksa saya untuk mengangkat piala. Tapi saya merasa tidak pantas karena saya tidak bermain. Tapi Mourinho gigih meminta saya dan saya akhirnya tetap mengangkatnya. Saat itu saya hanya berpikir kalau saya harus pindah ke tempat lain.”

Aktivitas yang dilakukan saat Libur Kompetisi MLS

“Saya akan kembali ke sana (Old Trafford) pada periode Natal untuk menyaksikan mereka bermain. Saya menantikan masa itu untuk melihat beberapa rekan setim dan para staf yang sudah lama saya tidak lihat. Saat saya kembali bersama Everton (musim lalu), para penggemar memberi saya sambutan yang luar biasa. Itu momen yang bagus. Akan menyenangkan bisa melihat wajah-wajah mereka kembali saat Natal.”

Karier Tim Nasional Saya

“Secara keseluruhan, karier saya berjalan bagus. Mencatatkan rekor memang menjadi pencapaian bagus, tetapi ada beberapa kekecewaan ketika saya mengikuti beberapa turnamen internasional. Euro 2004 contohnya. Saya hingga saat ini yakin kalau kami sebenarnya bisa memenangkanya.”

“Saya seharusnya tidak pergi pada Piala Dunia 2006. Sebelumnya saya menderita patah kaki, namun tetap memaksakan diri agar saya bisa pergi. Sulit memang untuk meninggalkan Piala Dunia, tetapi saya merasa kalau saya baik-baik saja. Kaki saya memang baik-baik saja tetapi saya tidak siap untuk menjalani turnamen.”

Tentang Kartu Merah Melawan Portugal

“Saya frustrasi. Dua sampai tiga pemain mereka datang mendorong dan menarik saya namun wasit tidak melakukan apa-apa. Kemudian, Carvalho dilanggar oleh saya, dan itu jelas pelanggaran. Saya pikir, kalau kartu merah itu akan mengubah jalannya pertandingan. Situasi yang sangat aneh karena saya tahu semua orang akan kecewa. Perjalanan kami kemudian berakhir di babak adu penalti. Perasaan saya sangat aneh saat itu, jika kalah di final dan tersingkir, maka itu adalah kesalahan Anda. Momen kartu merah itu selalu terngiang di kepala saya dan menjadi titik terendah bagi saya.”

Pemain Terbaik yang Pernah Bermain Bersama Rooney di Tim Nasional

“Kalau United, saya memilih Paul Scholes. Untuk tim nasional, saya memilih Steven Gerrard. Dia bisa terlibat dalam banyak peran di saat kami kehilangan Gary Neville, Rio Ferdinand, dan David Beckham.”

Laga Terbaik Rooney Bersama Tim Nasional

“Pertandingan persahabatan melawan Argentina pada 2005. Kami menang 3-2. Saya masih muda saat itu dan saya menyukainya. Tidak terasa aura pertandingan uji coba saat itu. Mereka memiliki pemain habit. Perasaan saya luar biasa setelah pertandingan itu.”

Tim Terbaik yang Pernah Dilawan Rooney

“Timnas Spanyol. Saya diganti Sven Goran Eriksson pada paruh waktu. Selama 40 menit, saya menghancurkan Michel Salgado dan berseteru dengan Iker Casillas. Saya bisa saja diusir wasit jika Sven tidak menarikku keluar.”

Memecahkan Rekor Gol Tim Nasional

“Penuh tekanan ketika mengeksekusi penalti. Saya gugup saat itu. Saya ingat kalau Gary Lineker gagal penalti sehingga jumlah golnya mentok di angka 48. Saya berharap penalti saya saat itu bisa masuk karena Anda tidak tahu apakah mendapat kesempatan pada laga berikutnya atau tidak. Beruntung, sepakan saya menjadi gol dan sukses mencatatkan rekor adalah sebuah kelegaan dan kebanggaan.”

Dua Kali Mematahkan Rekor Bobby Charlton

“Senang saya bisa melakukannya untuk United dan timnas Inggris. Tentu saja bagi Bobby Charlton menjadi momen spesial ketika memberikan saya selamat atas keberhasilan saya mematahkan rekornya. Momen yang luar biasa.

Aktivitas Setelah Pensiun dari Sepakbola

“Menjadi pelatih adalah sesuatu yang saya sukai dan saya ingin melakukannya. Saya harus menyelesaikan lisensi kepelatihan saya, yang saya lakukan di Amerika. Mudah-mudahan, saat saya kembali ke Inggris, saya bisa menyelesaikannya dan sudah berada dalam posisi untuk menerima atau menolak tawaran yang saya dapat. Jika belum berhasil, maka saya bisa menjadi pundit.”