Meski hanya semusim berseragam Manchester United, nama Radamel Falcao cukup sering dibicarakan. Sayangnya, bukan soal catatan golnya yang apik seperti saat masih membela Porto atau Atletico Madrid. Tapi justru anjloknya performa pemain asal Kolombia itu.

Falcao seperti kehilangan taringnya ketika menjalani masa pinjaman bersama United. Sama seperti kehidupan, karir pemain yang berulang tahun pada hari ini, 10 Februari, ini juga diwarnai pasang surut yang cukup kuat.

Bakat Falcao muda sudah tercium ketika ia membela River Plate, klub keduanya setelah Lanceros Boyacá. AC Milan pernah melayangkan tawaran untuk Falcao pada 2008, begitu pula dengan Aston Villa dan Fluminense. Namun River Plate menolak untuk melego Falcao. Pemain berjuluk El Tigre itu sudah menjadi pemain andalan raksasa Argentina di bawah asuhan Diego Simeone.

Falcao mencicipi debutnya bersama River Plate pada Maret 2005 dalam kemenangan 3-1 melawan Instituto de Córdoba. Musim 2005/2006, ia langsung di percaya menjadi pemain utama. Namun sayangnya ia harus menepi karena cedera ligamen. Pada latihan pre-season Januari 2006, ia kembali mengalami cedera dan memaksanya absen enam bulan. Sebuah petaka yang tentunya sama sekali tidak diharapkan pemain manapun, apalagi ketika namanya sedang naik daun.

Falcao akhirnya pulih dan kembali bermain apik. Catatan 35 gol dalam dua musim terkhir bersama River Plate membuat Porto mendaratkannya ke Portugal. Falcao secara instan berubah menjadi macan yang semakin tajam taringnya. Dua musim membela Porto, catatan gol pemain bernama lengkap Radamel Falcao Garcia Zarate itu luar biasa, 72 gol berhasil ia lesatkan hanya dalam 87 pertandingan. Falcao menjadi tulang punggung bagi Porto di bawah asuhan Andre Villas-Boas yang berhasil meraih Liga Portugal, Piala Portugal, dan Europa League pada musim 2010/2011.

Performa gemilang Falcao membuat Atletico Madrid rela menggelontorkan uang sebanyak 40 juta euro untuk menebusnya pada Agustus 2011. Empat bulan berselang, Simeone diperkenalkan sebagai pelatih Atletico menggantikan Gregorio Manzano. Reuni dengan Simeone membuat Falcao semakin rajin menjebol gawang lawan.

Raihan 36 gol di musim pertama dan 34 gol di musim kedua lebih dari cukup untuk melabelinya sebagai striker kelas dunia. Meneruskan tren Atletico yang memiliki striker berkualitas seperti Fernando Torres dan Sergio Aguero. Tawaran bermain di klub yang lebih besar pun kembali berdatangan.

Falcao sempat diberitakan akan hengkang ke rival sekota Atletico, Real Madrid. Jorge Mendes selaku agen Falcao sempat berkicau di Twitter yang menyatakan Falcao akan segera pindah. Namun transfer tersebut gagal setelah Madrid menolaknya. Atletico sendiri sama sekali tidak menahan Falcao untuk pindah, Atletico justru membuka pintu sangat lebar bagi Falcao untuk hengkang.

“Mereka (Ateltico) tampaknya memang harus menjual saya untuk terus bertahan. Kami paham kondisi finansial saat itu. Mereka tak pernah menawarkan saya untuk bertahan. Monaco membuka pintu untuk saya dan saya sangat senang,” ujar Falcao.

Falcao akhirnya pindah ke Monaco. Sebuah keputusan yang di anggap sebagai langkah mundur karena ia memutuskan untuk pindah ke Ligue 1 yang tidak sekompetitif La Liga. Meski tidak dapat dikatakan buruk, namun performanya bersama Monaco tidak sebaik kala bersegaram Porto atau Atletico. Falcao hanya mencetak 11 gol dalam musim pertamanya dalam total 19 pertandingan. Ia sempat cedera dan menepi cukup lama pada musim pertamanya itu.

Petaka besar datang ketika cedera pada Januari 2014 yang membuat ia harus merelakan Piala Dunia 2014. Bukan hanya itu, Falcao terlihat sangat kesulitan kembali ke performa terbaiknya. Musim 2014/2015, Falcao dipinjamkan ke Manchester United dengan opsi pembelian di akhir musim, bergabung bersama skuat regenerasi United di bawah asuhan Louis Van Gaal.  Tapi apadaya, pemain yang pernah menggemari baseball ini hanya mampu mencetak empat gol dalam 29 pertandingan bersama United.

United memutuskan untuk tidak mempermanenkan Falcao seiring dengan performa buruknya. Falcao tidak kembali ke Prancis pada musim 2015/2016, ia kembali di pinjam oleh tim Inggris lainnya, Chelsea. Jose Mourinho saat itu menyatakan siap untuk mengembalikan permainan terbaik Falcao. Tapi ceritanya tidak jauh beda, Falcao bahkan hanya mampu mencetak satu gol dalam 12 pertandingan bersama The Blues.

Kembali ke Monaco

Kembali ke Monaco pada awal musim ini, Falcao menunjukkan taringnya kembali ketika dua golnya ke gawang Fenerbache di babak kualifikasi Liga Champions membuat Monaco lolos ke fase grup Liga Champions. Meski catatan ia kembali berhasil mencetak gol, ia juga kembali harus berurusan dengan cedera yang membuat ia harus melewatkan tiga pertandingan Ligue 1.

Falcao kembali bermain melawan Rennes pada pekan kelima dan berhasil mencetak gol, Tapi ia kembali harus menepi selama hampir dua bulan. Seolah ingin membuktikan kepada publik, Falcao berlatih sendirian dan menghabiskan waktunya di gym untuk memulihkan kondisi fisiknya.

Pada pekan ke 10, Falcao kembali merumput dan sukses menyarangkan bola ke gawang Montepellier. Setelah itu, ia benar-benar ingin membuktikan kepada publik bahwa dirinya belum habis. Gelontoran gol tak hendti ia persembahka untuk Monaco. Falcao berhasil mencetak 11 gol dari sebelas pertandingan setelah kembali dari cedera.

Falcao berhasil membuktikan bahwa dirinya masih dapat digolongkan kepada striker top Eropa. Torehan 18 gol dalam 23 pertandingan adalah bukti bahwa ia benar-benar kembali. Pada 4 Februari lalu, ia berhasil mencetak dua gol ke gawang OGC Nice yang memantapkan posisi Monaco di puncak klasmen. Meski belum genap semusim kembali bermain baik, namun ayah dari dua anak ini tidak dapat di pandang sebelah mata lagi. El Tigre benar-benar kembali!

Baca juga: Radamel Falcao membantu AS Monaco sebagai kesebelasan tersubur di Eropa saat ini.