Foto: dailymail.co.uk

Liverpool memang merupakan kesebelasan Inggris yang paling sukses di kompetisi Eropa. Namun, soal siapa kesebelasan Inggris yang menjuarai Liga Champions pertama kali, jawabannya tentu Manchester United.

Hingga saat ini, hanya lima kesebelasan Inggris yang pernah meraih gelar juara Liga Champions. Mereka adalah Liverpool, Manchester United, Nottingham Forest, Aston Villa, dan Chelsea. Sementara itu, Leeds United dan Arsenal sama-sama pernah sekali melenggang ke babak final, tapi gagal merengkuh gelar. Total, kesebelasan Inggris merengkuh 12 gelar Liga Champions yang tiga di antaranya diraih oleh United.

Trofi Liga Champions pertama yang diraih United hadir pada musim 1967/1968. Momen itu sekaligus merupakan peringatan 10 tahun Tragedi Munich yang merenggut hampir semua tim utama United.

Pembentukan Kembali Skuat

United sejak jaman itu sudah menerapkan sistem pembentukan skuat untuk jangka panjang. Matt Busby saat itu dipilih sebagai komandannya. Apa yang ia lakukan sejak mengambil alih manajerial klub sejak 1945 terbukti efektif.

Meski membutuhkan waktu, tapi United berhasil meraih gelar juara pada Divisi Satu pada 1951/1952, 1955/1956, dan 1956/1957. Namun, Tragedi Munich pada 6 Februari 1968, membuat semua yang telah dibangun hancur begitu saja. Sebanyak 23 orang yang ikut dalam rombongan, termasuk delapan skuat “Busby Babes” wafat.

Selain menimbulkan korban jiwa, tragedi itu pun membawa United ke jurang nestapa. Amat besar trauma yang ditimbulkan karena Tragedi Munich. United mesti membangun ulang skuat, karena hidup tak bisa berhenti di situ saja.

Skuat baru pun mulai dibentuk. Pada era 1960-an, hadir salah satu legenda United, George Best, bersama dengan Bobby Charlton, dan Denis Law. Ketiganya kerap disebut sebagai “The Holy Trinity”.

Pada era tersebut, United berhasil meraih dua gelar Divisi Satu pada 1964/1965 dan 1966/1967. Atas hasil pada musim 1967, United pun mewakili Inggris ke Liga Champions (Dulu disebut European Cup).

Tanpa Denis Law

The Holy Trinity menunjukkan kerja sama yang begitu apik. Namun, pada musim 1967/1968, Denis Law menderita cedera parah pada lututnya. Sialnya, cedera itu tak bisa diatasi pada babak semifinal dan final Liga Champions. Padahal, Law adalah ujung tombak United. Pada musim sebelumnya, Law mencetak 23 gol dari 32 penampilan yang menjadikannya sebagai pencetak gol terbanyak United pada musim itu.

Law sebenarnya sudah melakukan hampir segalanya. Di setiap pertandingan, ia diberi suntikan pereda rasa sakit. Namun, hal itu justru memperburuk keadaan karena cederanya menjadi bertambah parah.

Perjalanan United terbilang mulus. Pada babak pertama, United menang dengan agregat 4-0 atas kesebelasan asal Malta, Hibernians. Empat gol United berasal dari dua gol David Sadler dan dua gol Denis Law.

Pada babak kedua, United ditahan imbang tanpa gol oleh Sarajevo, yang dulu merupakan bagian dari Yugoslavia. Di Old Trafford, dua pekan kemudian, United unggul terlebih dahulu lewat gol John Aston dan George Best, sebelum diperkecil oleh Salih Delalic. Kedudukan pun berakhir 2-1 untuk kemenangan United.

Pada babak perempat final, United kembali menghadapi lawan yang terbilang bisa diatasi di atas kertas. Lawan mereka kala itu adalah Gornik Zabrze, wakil dari Polandia. Sejak pertandingan itu, tidak ada nama Denis Law dalam susunan pemain. Posisinya digantikan pemain berusia 19 tahun yang baru bergabung pada musim tersebut, Brian Kidd. Bertanding dalam dua leg, United menang agregat 2-1. Salah satu gol United dicetak oleh Kidd.

Kemenangan Dramatis di Madrid

Lawan berat menanti United di babak semifinal. Juara enam kali Liga Champions, Real Madrid, telah menanti. Pada pertandingan pertama, di Stadion Old Trafford, sebanyak lebih dari 62 ribu pasang mata menjadi saksi bagaimana George Best mencetak gol semata wayang. Tentu kemenangan tersebut menjadi semu andai United tak mampu mempertahankan kedudukan di leg kedua pada 15 Mei 1968.

Pertandingan yang dihelat di Santiago Bernabeu dan disaksikan 125 ribu pasang mata itu berlangsung dramatis. Madrid mencetak dua gol terlebih dahulu lewat kaki Pirri pada menit ke-32. Selanjutnya Madrid menambah keunggulan lewat gol Francisco Gento pada menit ke-41.

Sial buat Madrid karena gelandang mereka, Ignacio Zoco, mencetak gol bunuh diri pada menit ke-44. Pertandingan babak pertama sepertinya akan berakhir dengan skor 2-1 untuk keunggulan Madrid. Namun, sayap kanan Madrid, Amancio Amaro, mencetak gol tambahan pada menit ke-45 untuk mempertahankan kedudukan 3-1 untuk Madrid.

Pada babak kedua, suntikan motivasi diberikan. United tampil lebih beringas dengan mencetak dua gol dari Sadler pada menit ke-73, serta Bill Foulkes pada menit ke-78. Hingga peluit dibunyikan kedudukan pun sama kuat 3-3. Karena United unggul 1-0 pada leg pertama, The Red Devils-lah yang lolos ke final.

Di babak final, Benfica yang menang agregat 3-0 atas Juventus telah menunggu. United beruntung karena partai final dilangsungkan di Stadion Wembley, Inggris, yang memberikan keuntungan jarak baik untuk tim maupun untuk penggemar.

Final yang Mengharukan

Tampil di partai final merupakan momen mengharukan buat Matt Busby. 10 tahun silam, ia berjanji membawa United tampil di final. Tapi, takdir berkata lain. United harus memupus asa itu karena Tragedi Munich.

Di Final 1968, Busby menurunkan Bobby Charlton dan Bill Foukes, yang juga selamat dari Tragedi Munich. Momen pada 29 Mei 1968 itu amatlah mengharukan.

Disaksikan lebih dari 92 ribu penonton, pertandingan berjalan ketat. Pada babak pertama, tidak ada gol yang terjadi. Kedudukan imbang 0-0 saat kedua kesebelasan masuk ruang ganti.

Delapan menit babak kedua berjalan, Bobby Charlton mencetak gol pembuka untuk United. Benfica yang mengenakan kostum putih-putih, membalas lewat gol Jaime Graca pada menit ke-79.

Hingga peluit babak kedua dibunyikan, kedudukan masih tetap imbang 1-1. Pertandingan pun dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu. Pada momen inilah United tampil begitu menggila.

Best mencetak gol kedua pada menit ke-92. Selanjutnya, sang pemuda 19 tahun, Brian Kidd, menambah keunggulan pada menit ke-94. Pertandingan pun ditutup lewat gol kedua Charlton pada menit ke-99. Pertandingan pun berakhir untuk kemenangan United 4-1.

Meraih Segalanya

Selain 92 ribu penonton yang menjadi saksi di Wembley, pertandingan tersebut diperkirakan disaksikan 250 juta pasang mata. Menurut BBC ini adalah pertandingan yang paling banyak disaksikan setelah final Piala Dunia 1966.

Salah satu hal unik dalam pertandingan itu adalah soal kostum kesebelasan. Karena keduanya menggunakan warna merah sebagai kostum utama, maka diputuskan kedua kesebelasan mengenakan kostum tandang. Benfica menggunakan warna putih sementara United warna biru.

“Mereka telah membuat kami bangga,” kata Matt Busby, “Mereka kembali dengan segenap hati untuk menunjukkan kepada semua orang dari apa Manchester United itu terbuat. Ini adalah hal paling indah yang terjadi dalam hidupku dan aku adalah orang yang paling bangga di Inggris malam ini.”

Atas gelar tersebut, Matt Busby pun diberikan gelar kesatriaan. Setelah musim tersebut, Matt Busby berhenti sebagai manajer United setelah 23 tahun. Bertahun berselang, Bobby Charlton pun mendapatkan gelar kesatriaan atas apa yang telah ia peroleh.

Final 1968 bukan cuma menjadi gelar Eropa pertama untuk Inggris, tetapi lebih dari itu, final 1968 menjadi obat luka atas nestapa yang begitu mengoyak jiwa.