Klub papan bawah Premier League, Crystal Palace, kembali membuat kejutan pada awal pekan ini. Untuk kedua kalinya tim asuhan pelatih Sam Allardyce itu menaklukkan tim-tim papan atas klasemen dalam tiga pertandingan terakhir mereka di liga. Kali ini, Arsenal yang menjadi korban keberuntungan dari skuat klub berjuluk The Eagles tersebut. Dalam pertandingan yang bertajuk Derby London tersebut, tim asuhan manajer Arsene Wenger pun dihancurkan dengan skor 3-0 ketika melawat ke markas mereka di Selhurst Park pada Selasa (11/4/2017) dini hari WIB.

Tim tamu benar-benar dibuat tak berdaya dalam pertandingan tersebut. Juru taktit Palace, Sam Allardyce, sendiri mengaku memang sudah mengetahui kelemahan lawannya yang berjuluk The Gunners itu, dan dia pun berhasil mengeksploitasinya sepanjang pertandingan tersebut. Menurut mantan pelatih yang sempat menangani tim nasional Inggris selama beberapa bulan sejak Juli 2016 lalu itu, dua bek sayap Arsenal, Nacho Monreal dan Hector Bellerin terlalu sering main menyerang, sehingga hanya meninggalkan dua palang pintu di belakang: Shkodran Mustafi dan Gabriel Paulista.

“Saya pikir kelemahan Arsenal selama ini adalah pertahanan, karena mereka membuat Mustafi dan Paulista benar-benar terekspos. Monreal dan Bellerin bermain seperti winger. Mereka bergerak bersama penyerang utama, sedangkan dua pemain belakang dibiarkan sendiri. Jadi jika Anda bisa mencermati itu, Anda bisa masuk ke kotak penalti mereka dan menciptakan peluang. Saya rasa kami punya banyak kesempatan untuk mencetak gol, dan malam ini saya kira secara taktik para pemain saya tahu apa yang harus dilakukan untuk mengalahkan Arsenal,” ungkap Allardyce dilansir Goal.

Sejak menit awal, Palace seperti mengajarkan lawannya cara bermain lebih efektif, meski permainan didominasi oleh Arsenal. Bahkan, tim tamu yang terus menekan sejak wasit meniup peluit tanda pertandingan di mulai malah kebobolan lebih dulu. Andros Townsend mencetak gol pembuka pada menit ke-17, dan skor 1-0 terus bertahan hingga turun minum. Arsenal sempat kembali bersemangat di babak kedua. Namun, lagi-lagi mereka kebobolan pada menit ke-63 melalui gol Yohan Cabaye. Selang lima menit kemudian, Palace mendapat penalti dan Luka Milivojevic sukses jadi eksekutor.

Alhasil, klub yang juga dijuluki The Glaziers itu pun semakin bergerak menjauhi zona degradasi. Kini mereka bertengger di posisi 16, dengan jarak enam poin dari tim peringkat 18, batas zona degradasi. Catatan paling penting bagi Palace tentu saja lima kemenangan yang mampu mereka raih dalam enam pertandingan terakhir di liga. Padahal, ketika Allardyce pertama kali datang ke Selhurst Park pada 23 Desember 2016 lalu, dia juga sempat babak belur. Pelatih 62 tahun itu hanya bisa meraih satu hasil imbang di laga debut, dan empat kaga berikutnya di liga pun berakhir dengan kekalahan.

Sebenarnya, Palace sudah hancur-hancuran sejak awal musim 2016/2017 ini, di bawah asuhan juru taktik Alan Pardew yang sudah bergabung sejak Januari 2015. Dalam 17 pertandingan di liga musim ini yang dijalaninya, Palace hanya mampu meraih empat kemenangan dan tiga hasil imbang, sedang sisanya kalah.

Bahkan, dalam dua laga pertama di liga musim ini mereka sudah mengalami kekalahan dan berlanjut dengan enam kekalahan berturut-turut sejak 15 Oktober 2016 hingga 26 November 2016. Usai kembali menelan dua kekalahan di tengah Desember 2016, akhirnya Pardew pun dipecat.

Perlahan tapi pasti, Allardyce mulai memperbaikinya. Sejak 25 Februari 2017, mereka meraih empat kemenangan berturut-turut. Salah satunya saat mereka secara mengejutkan berhasil menaklukkan pemuncak klasemen sementara, Chelsea di markasnya sendiri dengan skor 2-1. Itulah kekalahan pertama sang calon juara sejak 4 Januari 2017 ini, dan dilakukan oleh klub yang sempat terancam degradasi. Meski pun begitu, jalan Palace hingga akhir musim ini memang masih berat. Masih ada empat dari lima besar klasemen sementara, termasuk Manchester United yang harus mereka lewati.

United sendiri sukses mengangkangi Palace di markasnya pada paruh pertama musim ini. Pertemuan kedua, tim asuhan pelatih Jose Mourinho akan menjamu lawannya itu di Old Trafford. Di atas kertas, tentu tim Setan Merah diunggulkan meraih tiga poin.

Namun, Mourinho tetap harus ingat, bahwa dia dan timnya saat ini punya catatan buruk saat bermain di Theatre of Dreams. Dari 20 kontestan liga musim ini, United adalah tim paling banyak mengoleksi hasil imbang di kandang sendiri, yaitu sembilan kali, sehingga markasnya pun kini dijuluki Theatre of Draws. Jangan sampai saat menjamu Palace di laga penutup musim ini pada 21 Mei 2017 nanti, tim tamu malah berhasil mencuri poin.