Federasi Sepakbola Inggris, FA, tengah menyiapkan langkah hukum untuk membawa kasus pelarangan Bunga Poppy oleh FIFA ke Pengadilan Abritrase Olahraga. Hal ini tak lepas dari FIFA yang mendenda FA setelah para pemain dan suporter memeringati Armistice Day di babak kualifikasi Piala Dunia melawan Skotlandia bulan lalu.

FIFA sendiri memiliki aturan yang melarang penggunaan simbol-simbol politik. Dalam hal ini, penyematan Bunga Poppy dianggap sebagai simbol politik karena merupakan bentuk peringatan terhadap tentara yang wafat saat perang.

FA mendapatkan sanksi berupa denda senilai 35 ribu paun atas sejumlah insiden di mana mereka menggunakan simbol politik.  Sementara itu, Federasi Sepakbola Skotlandia didenda 15 ribu-an paun. FA dan SFA sendiri telah diperingatkan oleh FIFA bahwa menampilkan simbol politik di pertandingan bisa berakibat pada hukuman. Namun, keduanya teguh pada pendirian dengan masih menyematkan Bunga Poppy.

SFA merasa kecewa dengan keputusan tersebut. Mereka mempertimbangkan untuk membawanya ke tahap selanjutnya. Sementara itu, FA masih menunggu alasan di balik keputusan Komite Disiplin FIFA tersebut. Meskipun demikian, FA sudah berencana untuk melakukan banding.

“Kami sudah mencatat keputusan Komite Disiplin FIFA, yang mana kami akan melakukan banding,” ucap juru bicara FA.

Selain memberikan sanksi tersebut, FIFA pun menegaskan bahwa sanksi yang lebih tegas akan diberikan jika kejadian serupa kembali terulang. Namun, FA tidak menghendaki hal ini karena Remembrance Day sudah menjadi kebiasaan di Inggris untuk diperingati termasuk di sepakbola. Untuk itu, FA pun mendaftarkannya ke Pengadilan Abritrase Olahraga. Dalam pelaporan itu, FA ingin menguji apakah Bunga Poppy merupakan simbol politik atau bukan.

Selain FA, Federasi Sepakbola Wales dan Irlandia pun ikut dihukum. Wales didenda 15 ribu paun sementara Irlandia 11 ribu paun. Awalnya, FIFA memperbolehkan Inggris, Skotlandia, dan Wales, untuk mengenakan Bunga Poppy pada jeda internasional pada 2011. Namun, keputusan tersebut berubah setelah Gianni Infantino menjadi Presiden FIFA.

“Dengan keputusan-keputusan itu, bukan niat kami untuk menilai atau mempertanyakan peringatan khusus yang sangat kami hormati yang mana punya sejarah dan latar belakangnya sendiri,” ujar Claudio Sulser, Ketua Komite Disiplin FIFA.

“Bagaimanapun yang perlu diingat, aturan tersebut harus diaplikasikan secara netral dan adil ke semua 211 anggota FIFA, bahwa memperlihatkan simbol politik atau agama itu amat dilarang. Di stadion atau di lapangan, itu adalah tempat untuk olahraga. Bukan yang lain,” jelas Sulser.

Sementara itu, Menteri Olahraga Inggris, Tracey Crouch, menyatakan kekecewaannya kepada FIFA.

“Sunggu mengecewakan bahwa FIFA tidak menganggap sentimen terhadap poppy yang mana itu bukan simbol politik. Poppy adalah penghormatan untuk prajurit yang berani dan berani berkorban, dan pesepakbola serta penggemar mestinya boleh mengenakannya dengan kebanggaan,” ucap Crouch.